"Apa-apaan? Kenapa kau berubah pikiran? Bukannya kau ingin mereka berpisah 1 tahun lamanya?" Kata seorang pria bersuara serak."Itu sebelum aku tahu dia hamil!" Bentak pria kedua."Sebenarnya apa tujuanmu?""Bukan urusanmu!"" Aku selalu melakukan perintahmu tanpa bertanya, karena kau membayarku dan anak buahku sangat tinggi, walaupun dalam hati aku heran, kau melakukan pengintaian bertahun-tahun, hanya untuk eksekusi yang akan kau batalkan di tengah jalan??""Yang penting pembayaran ku beres kan? kalian nggak usah pikir yang lain.""Jadi sekarang apa tugas kami?""Sementara berdiam dirilah, sampai ada pemberitahuan dariku!""Baiklah,"Kemudian si pria pertama keluar meninggalkan pria kedua sendirian, termenung...Dia tahu apa yang dikatakan pria pertama itu benar, segala usahanya akan sia-sia jika dia berhenti di tengah jalan, sudah terlanjur terjadi, kerusakan sudah dibuat, tapi itu sebelum dia tahu Almira Mayangsari hamil!***Pesta berlangsung dengan sangat meriah walaupun tert
Bastian tidak pernah menyangka satu kata bisa mewakili begitu banyak hal, bisa menjawab banyak keraguan dan menenangkan hati yang gelisah.Almira : how?Bastian : miss uAlmira : luv uBastian : me tooHari-hari bergulir dengan cepat, setiap hari Bastian melakukan tugasnya dengan semangat baru yang bertambah setiap hari, sedikit demi sedikit.Dia melakukan rutinitasnya, mengecek tugas-tugas sekolah anak-anak, mengantar mereka ke sekolah, bermain dengan mereka, kemudian berangkat ke kantor.Membesarkan perusahaannya yang memang sudah besar, merupakan satu-satunya aktifitas yang menghiburnya, aktifitas yang dikenalnya, sangat dikuasainya.Saat ini yang paling mendebarkan hatinya adalah saat dia duduk diam di depan komputer, menunggu email dari Almira yang dikirim dengan bahasa Prancis, pernah bahasa Belanda, seringnya berbahasa Inggris.Dengan pandainya Almira menyisipkan huruf diantara email yang isinya mengirimkan penawaran, juga permohonan kerjasama, yang terakhir email komplai
"Katakan apa salahku?" "Apa maksudmu, Al?" "Kenapa kau menghindariku?"**Ryan White sedang termenung di meja kerjanya sehari setelah pesta kemenangan Dewan Kota yang menghebohkan.Dia sedang mengingat pertanyaan Almira yang dilontarkan saat mereka akan berpisah dan masuk ke kamar masing-masing.Tidakkah Almira bisa merasakan beratnya perjuangan Ryan menahan kuatnya rasa yang Almira timbulkan malam hari itu?Awalnya heboh karena Cindy Xantana tidak bisa menahan mulutnya, kemudian heboh lagi saat Almira menanggapi dengan lemah lembut, dan puncak kehebohan terjadi saat Almira berkata akan memperlihatkan sihirnya kepada Cindy.Kemudian mengalunlah lagu "YOU" begitu Almira selesai tampil bisa dipastikan tidak ada seorang pun di ruangan yang tidak setuju dengan pilihan Ryan White, menurut mereka semua, si wanita jelita itu sangat pantas menjadi kekasih Ryan White, cocok! Banget!!Setelah pesta itu, dalam perjalanan pulang, di dalam mobil, sesaat set
Ryan mengutuk kebodohannya sendiri, kenapa dia tadi berterus terang tentang perasaannya kepada Almira, pasti setelah ini Almira akan merasa canggung berinteraksi dengannya.Tapi sebenarnya sudah hebat bukan dia bisa memendam rasa cintanya hampir 7 bulan lamanya, mereka serumah, setiap hari semakin cinta, seharusnya bisa dimaklumi jika setelah tadi malam dia tidak bisa lagi menyembunyikan perasaannya.Seandainya dia diberi kesempatan, dia akan mencintai Almira dan anak yang dalam kandungannya dengan sepenuh hati dan jiwanya.Walaupun mungkin bukan anaknya tapi apapun yang menjadi bagian dari Almira akan dicintainya.Akhirnya Ryan memutuskan untuk mengurung diri di ruang kerjanya, Dia tidak makan siang bersama Almira untuk menghindari kecanggungan di antara mereka.Semoga nanti malam mereka sudah lebih bisa berinteraksi dengan baik.Akhirnya Ryan menyibukkan diri dengan lagunya dan tenggelam dalam banyaknya pekerjaannya yang tertunda.**Almira kembali dan berjalan dengan hati yang p
Sejak pagi Bastian sudah merasa tidak nyaman, semuanya seakan sedang menguji kesabarannya, anak-anak yang sudah sejak lama tidak rewel kembali berulah, usaha menarik perhatian Bastian dengan berbagai cara.Lalu lintas di jalan juga kacau sehingga dia harus terhambat sampai hampir 15 menit lebih lama hanya karena sopir yang tidak mau mengalah dan yang lebih merisaukan, Aydan yang masih mencoba mencium keberadaan Almira dan sejauh ini belum memberi kabar.Di kantor pun tidak jauh beda, semuanya menyita perhatiannya lebih ekstra dibanding hari-hari lainnya.Hingga saat semuanya sudah berakhir, setelah makan malam, anak-anak sudah berangkat tidur, barulah Bastian bisa merenung dalam keadaan tenang.Seandainya saat ini ada Almira disisinya maka tidak akan seberat ini rasanya.Almira selalu memiliki cara sendiri untuk menghilangkan kepenatan, bahkan tanpa mengatakan satu kata pun, hanya dengan sentuhan lembut... Bastian merasa beban nya sudah terangkat. 'Almira... kau memang satu da
Setelah ada Mom yang menemani anak-anak, Bastian lebih bisa fokus melakukan apa yang selama ini belum terealisasi.Saat ini Bastian sedang bersama Aydan dan Samuel. "Walau pun semua bukti mengarah ke luar negeri, info dari Almira juga di luar negri, tapi kamu tetap ingin aku mengawasi pria itu?" Bastian mengangguk."Kau curiga masalah istrimu ada hubungannya dengan dia?" Bastian teringat tatto di leher si penyanyi, kali ini Bastian menggeleng."Dia tidak ada hubungannya dengan masalah saat ini, tadinya aku berpikir begitu, tapi ternyata tidak!" "Lalu kenapa aku harus mengawasinya?" "Aku bukan menyuruhmu mengawasi, aku ingin kau membawanya ke hadapanku." Aydan tak bergerak sedikitpun, hanya mengangguk lalu pergi. Tinggal Samuel bersama Bastian. "Kau tidak merasa pria ini ada hubungannya dengan istrimu?""Tidak untuk masalah yang sekarang." "Tapi kau tetap ingin Aydan menangkapnya untukmu?" "Yap, ada masa lalu yang belum selesai di antara kami." Penjelasan Bastian berhen
Bastian terdiam mendengar pertanyaan Ibunya. "Almira...istriku baik baik saja." Hanya itu yang Bastian katakan.Mrs Philip hanya mengangguk dengan wajah sedih. "Mom, urusan dengan Dad, sudah beres?" Bastian bertanya."Belum, sudahlah jangan dipikirkan itu, ada yang lebih penting!" jawab Mom."Kapan Dad datang nyusul Mom?" Bastian masih berusaha mencari tahu seberapa parah kerusakan yang terjadi di antaranya kedua orang tuanya. "Nggak akan, prinsip Daddymu adalah jika terjadi pertikaian dengan wanita, bukan pria yang harus merangkak-rangkak," jawab ibu Bastian sendu.Bastian tidak mendebat prinsip Daddy-nya, tapi dalam hati Bastian berkata, kalau untuk mendapatkan cinta Almira dia harus merangkak, maka dia akan merangkak!! 'Yaah... walaupun ayah dan anak, karakter kami memang berbeda.'"Mom, aku harus segera berangkat, tolong Mom beritahu anak-anak, cium anak-anak untukku." Bastian bersyukur anak-anak masih tidur, hingga dia tidak harus melihat wajah anak-anak yang menangis."
Ryan mengamati pria itu dan melihat ada keragu-raguan di wajahnya.Kemudian Ryan menghampiri pria itu, tapi tidak terlalu dekat, seolah-olah Ryan pun sedang punya kegiatan sendiri yang tidak berhubungan dengan pria itu."Excuse me."Ryan mendengar si pria menegurnya dari belakang punggungnya.'ini saatnya...ok mari kita mainkan dengan benar,' kata hati Ryan.Kemudian Ryan berbalik menghadap pria yang menegurnya.Ryan menilai postur mereka hampir sama, tinggi hampir sama, postur tubuh tegap yang sama, berat badan kemungkinan besar nyaris sama, dan ...kesedihan yang sama di wajah mereka berdua.FIX! Ini dia orangnya, sesuai dengan perkiraannya di awal, berarti ada satu lagi persamaan mereka yaitu mencintai wanita yang sama."Can i help you?" Ryan berusaha menjawab dengan suara datar, untunglah dia memakai kacamata hitam, hingga tidak susah menyembunyikan sorot pengenalan di matanya.Terlihat si pria sedang memikirkan apa yang akan diucapkannya, mempertimbangkan mungkin? 'Good jo
"Ceritanya panjang, yang pasti sejak kalian meninggalkan pantai, aku menemukan orang tua yang termenung dengan laptop terbuka yang berhiaskan wajahmu.""Aku menyewa agent untuk mengikuti orang itu, dan setelah mendapat alamat yang pasti aku datang, aku tidak bertemu tapi ternyata orang tua itu adalah Mr Philip."Saat itu telepon seluler Almira berbunyi.Almira menyalakan speakernya."Bagaimana keadaan di sana, Al?" tanya Samuel."Sudah beres Sam," jawab Almira."Syukurlah, aku akan kabari Aydan." "Tidak usah, aku sudah menghubunginya." Sela Bastian."Kok kamu nggak hubungi aku, Bast?" "Kamu tahan jarimu lima detik saja, pasti aku yang lebih dulu meneleponmu, lagian kenapa juga kamu telepon istriku dulu bukan aku?" Terdengar tawa Samuel membahana."Al, kamu dengan siapa sekarang?""Dengan_""Dengan suaminya yang sah! Kamu nggak usah mencemaskan istri orang Sam, cari istrimu sendiri!"Sambil tersenyum Almira menyuruh Samuel berbicara dalam bahasa Inggris."Buset galak banget, untun
Sepeninggal anak-anaknya, mereka berdua termenung, Mrs Philip hanya ingin mengatakan kebenaran setelah itu dia akan melanjutkan hidupnya, selagi dia masih mampu meninggalkan pria yang sudah menemaninya selama 39 tahun kehidupan perkawinan mereka."Aku tidak mengatakan siapa ayah Bastian, bukan karena aku mencintai pria itu kalau aku melindunginya darimu, juga bukan karena aku ingin menyembunyikan identitasnya, tapi karena aku tidak tahu siapa dia!" Mrs Philip memulai pengakuan yang sudah lama ingin diungkapkannya tapi tidak pernah dia menemukan keberanian untuk itu.Nampak Mr Philip terkejut luar biA mendengar penuturan istrinya."Bagaimana mungkin kau tidak tahu siapa pria yang bersamamu? Kalian harus _""Dengarkan aku!" Mrs Philip memotong kalimat suaminya, dia ngeri jika harus mendengar tuduhan tambahan yang makin menambah nyeri di hatinya. "Saat kita bertengkar hebat dan kita berpisah, aku berusaha bertahan, tapi aku semakin gila berhari-hari di rumah, akhirnya aku keluar,
Setelah Perjalanan udara yang cukup melelahkan selama hampir 22 jam, ditambah 1 jam perjalanan darat akhirnya Almira dan Bastian sampai di hotel.Mereka chek in hampir jam 22.00 waktu Indonesia, di Prancis baru jam 4 sore.Setelah selesai beristirahat yang bener-bener beristirahat, Almira segera bangun dan bersiap untuk pergi ke rumah orang tua Bastian.Bastian sengaja memilih hotel yang paling dekat dengan rumah orang tuanya agar Almira gampang pulang pergi dari hotel."Dad, aku pergi sekarang aja, biar nggak terlalu lama.""Kalau Mom minta kamu menginap gimana, Ra?"Almira berpikir kayaknya nggak mungkin dia menginap."Ternyata curhat aja bisa sampai sejauh hampir 13.000 kilometer, Ra!"Almira tersenyum tipis, kemudian mencium Bastian mesra, ingin Almira menjawab ini bukan curhat biasa, tapi tidak ada satupun kalimat yang keluar dari bibirnya."Ra, kalau Mom nggak ada langsung kamu telepon aku ya!""Iya Dad, udah bobok lagi!""Malas sendirian, Ra.""Daddy mau ke mana?""Di bar and
Hari sudah terang, anak-anak sudah berangkat ke sekolah, saat Bastian terbangun, Bastian merasa heran kenapa dia bangun dengan perasaan yang tidak enak.Setelah terdiam dan mengingat beberapa lama Bastian tahu apa yang membuat hatinya susah, nanti siang istrinya akan terbang ke Prancis, meninggalkannya dan anak-anak di Indonesia.Bastian bergegas bangun, masuk ke kamar mandi.Sepuluh menit kemudian Bastian sudah siap turun dan mencari istrinya.Mencari kemana-mana, Bastian belum juga menemukan istrinya, akhirnya Bastian ke dapur, nggak ada juga."Ning, ibu dimana?"Ning melihat majikannya, kemudian seperti berpikir."Ibu nggak bilang mau kemana Tuan, tadi sih di ruang adik baby, habis itu ke mana saya kurang tahu Tuan, saya cari dulu Tuan." Ning bergegas akan mencuci tangannya.Bastian langsung sadar, dia belum mencari ke ruang baby."Nggak usah Ning, kamu lanjutin aja kerjaanmu," kata Bastian sambil berjalan meninggalkan Ning di dapur.Kemudian Bastian menuju ruang baby, dan menemuk
"Oke, aku akan mencarikan tiket pesawat secepatnya."Kemudian Bastian menelepon Vanya, untuk memesankan pesawat untuk Almira secepatnya berangkat ke Prancis."Pakai maskapai biasanya, Sir?" tanya Vanya."Sewa pesawat saja, yang paling cepat, satu dari tiga yang biasa kita pakai, yang sudah terbukti bagus, jangan yang lain!" Perintah Bastian.'Tiap kali ada masalah mendesak baru aku terpikir untuk membeli pesawat, coba sudah direalisasikan, nggak bingung kayak sekarang,' batin Bastian.Tidak berapa lama, kembali Vanya menelepon,"Mr Navarell, mereka semua full untuk hari ini, kalau besok siang ada satu yang kosong!""Oke, langsung deal ya, urus semua, thank you!""Yes, Sir!" jawab Vanya dengan semangat.Bastian meletakkan telepon lalau menghadap istrinya."Ra, yang paling cepat bisa kita dapatkan, besok siang, ok?"Almira menganggukkan kepalanya, ada binar samar di matanya, juga ada sorot lain yang Bastian tidak bisa menterjemahkannya. "Ra, ini terakhir kamu pergi tanpa aku, paham? H
Bastian kembali dari menjenguk anaknya, wajahnya berbunga-bunga seakan ada beban yang terangkat dari hatinya.Dia ingin putranya cepat besar, agar dia bisa mengajarkan segala yang dulu dia impikan, dia ingin membimbing anaknya, bersorak dan menangis bersama, dia tahu waktu itu akan tiba, tidak sabar rasanya membuat itu segera jadi kenyataan.Saat itulah, Bastian melihat Samuel sedang menunduk, termenung di ruang tunggu, dia kira Samuel sudah pulang."Aku kira tadi kau sudah pulang, Sam!"Samuel kaget mendengar suara Bastian."Aku tadi makan siang, ini aku bawakan untukmu, kebetulan mereka menjual masakan kesenanganmu.""Mau nyogok?""Apa nyogok?" tanya Samuel."Suap, praktek suap ada undang-undang nya lho." "Nggak, aku inget aja kamu suka, nggak mau ya aku kasih Almira, siapa tahu dia mau... bahkan kalaupun dia nggak mau, untuk menjaga perasaan orang lain dia akan bilang mau." Panjang lebar Samuel membahasnya."Almira itu istriku, Sam!"Seketika Samuel tertawa keras-keras.Setelah t
Almira melihat Bastian masih belum mengiyakan, akhirnya Almira bangun dan duduk tegak, kemudian mengalungkan kedua tangannya di leher Bastian."Look into my eyes, i love you 'till my last breath Mr Navarell!" Lalu Almira mencium mesra bibir suaminya, Almira dapat merasakan tangan Bastian yang mulai memeluk pinggangnya. Almira semakin mendesakkan tubuhnya, kemudian menyusupkan kepalanya di leher Bastian dan mulailah aktivitas favorite dimulai."Dad, tiap hari pakai kaos aja, gampang," ujar Almira di sela-sela gigitannya."Hmm, Sayang...ini curang. Kalau masih discuss, belum deal...harus dibahas dulu sampai selesai, nggak boleh langsung serang gini, gimana aku bisa menang, Ra? Yang ada nyerah terus jadinya!"Almira menarik kepalanya, kemudiam memandang Bastian, hanya sejenak, kembali Almira menyasar leher suami tampannya yang semakin menggemaskan jika sedang serius berpikir. "Almira Navarell, ayolah."Kembali Almira menarik kepalanya untuk yang kedua kalinya, menengadah, menatap s
Di penghujung malam, Mom and Dad menelepon dari Prancis, Bastian tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya mendengar suara Mom and Dad, minimal orangtuanya bisa bertahan bersama di bawah satu atap, itu sudah kemajuan bukan? Dibanding kemarin-kemarin tiap kali Bastian menelepon, mereka tinggal di tempat yang berbeda."Sayang, mana anak perempuan Mom."Mendengar pertanyaan Mom, Bastian segera memindahkan telepon ke pangkuan Almira, Almira memberi isyarat agar speakernya di on-kan."Hai Momm!" Almira sangat bahagia mendengar suara mertuanya, yang begitu baik, dia tahu darimana suaminya mendapatkan kebaikan hatinya."Sayang, maafkan ya Mom belum bisa datang, rencana Mom dalam 2 minggu ke depan kalau semua urusan sudah beres baru Mom bisa ke Indo, Sayang!""Nggak apa-apa Mom, selesikan dulu aja urusan Mom, mumpung si kecil kerjaannya masih tidur mulu, pagi siang sore malam tetap tidur terus." "Iya, nanti Mom usahakan 2 minggu semua beres, biar Mom bisa bantu kamu dan Bastian di Indo."
Hari yang melelahkan tapi membahagiakan karena banyak saudara, sahabat, kolega dan teman yang datang memberi selamat atas kelahiran putra mereka."Selamat ya Bu Almira, Pak Bastian." Kalimat itu terdengar berulang-ulang sepanjang pagi hingga siang ini. "Selamat..selamat.., ini baru anak pertama ya Almira?" Salah seorang pejabat tinggi Bank Asia pun datang menjenguk di rumah sakit.Almira mengangguk, tapi Bastian segera menukas," Anak laki-laki pertama tapi anak ketiga kami.""Wow, sorry.. cepet juga Ra, kejar tayang ya." Dan mereka yang ada di ruangan pun tertawa mendengarnya.Almira ikut tersenyum, dalam hati Almira sedang bermonolog, "lihatlah betapa spesialnya suamiku, dia selalu menganggap Binta dan Saras anak kandungnya, bahkan sepertinya dia sudah lupa mereka sebenarnya keponakanku. Pria yang murah hati, dijuluki miliarder murung padahal memiliki cinta yang melimpah ruah yang diberikan dengan murah hati buat istri dan anak-anaknya.Almira memandang suaminya dan berjanji dala