Share

Rusak

Penulis: Susi_miu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-26 13:38:43

“Terima kasih.”

Seharusnya tidak ada apa pun lagi. Sisa hal yang ingin Moreau lakukan hanya kembali mengenakan kalung itu. Dia akan mandiri untuk saat – saat seperti ini. Ironinya, tidak sempat membaca secuil peringatan saat Abihirt dengan sikap tak terduga malah menariknya masuk ke dalam danau.

“Abi—ponselku!”

Moreau berteriak secara naluriah. Sekarang dia tergenang cukup tinggi. Nyaris seuruh tubuh benar - benar membasah. Dan hal paling pertama yang dilakukan adalah merenggut seluler genggam yang jelas – jelas tersisip di saku belakang celana. Setidaknya masih menyala, tetapi cukup ragu itu akan bertahan setelah hampir keseluruhan komponan teris air. Dia menatap Abihirt tajam. Tidak tahu apakah perlu merasa bersyukur ketika masih memegang kalung di tangan begitu erat. Mungkin, dia akan langsung menyisir ke tepian sekadar memastikan apakah ponselnya baik – baik saja atau tidak.

Moreau mengangkat benda pipih tersebut tinggi – tinggi ke udara. Pinggir danau teras
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjanjian Terlarang   Perhatiannya

    Moreau membiarkan tangannya terendam di air, membiarkan sentuhan di sana, di lengan Abihirt seperti meninggalkan jejak saling membutuhkan. “Ibumu tidak akan pulang hari ini.” Kemudian sebuah bisikan dari suara serak dan dalam itu menambahkan sesuatu yang hampir tidak pernah Moreau pikirkan. Refleks ... dia membuka bibir dan bertanya, “Kenapa memangnya?” “Dia meminta izin untuk berlibur.” Baiklah. Dia mungkin sempat melupakan hal tersebut; mengenai pernyataan Barbara tempo hari lalu saat melakukan makan malam bersama. Namun, bukan berarti ini menjadi bagian dari kebebasan mereka, bukan? Moreau tetap ingin menjaga batasan atau sebenarnya dia masih menunggu kapan rasa kesal di benaknya lenyap tersingkirkan. “Biarpun begitu, aku tetap mau pulang,” ucapnya final. Biarkan Abihirt mengalah. Pria itu harus selalu mengalah, meski secara tak terduga Moreau merasakan dekapan ayah sambungnya mengendur. Hanya sebentar saja, yang menjadikan sentuhan baru ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Perjanjian Terlarang   Sepakat Pulang

    Moreau sedikit tegang terhadap pelbagai alasan yang bersarang di benaknya. Sentuhan Abihirt menimbulkan kejut listrik dan bagian paling penting adalah luka atas tindakan Froy mungkin akan terlihat jelas. Itu dapat dibuktikan dari ekspresi wajah Abihirt yang mendadak diam, sementara jemari tangan pria tersebut bergerak lambat. Seperti hanya ingin menyerahkan sapuan ringan, lalu seketika menjadi genggaman mantap—tidak menyakitkan di lehernya, tetapi cukup membuat Moreau takut. Khawatir jika tiba – tiba Abihirt akan mencekiknya ketika pria itu tidak berada dalam kendali yang bagus; karena marah mungkin, sekalipun masih belum ditemukan reaksi spesifik, selain ayah sambungnya masih terpaku diam. Atau sebenarnya tidak .... “Kenapa tidak katakan ini dari awal?” pria itu bertanya diliputi suara yang terdengar menyerupai skeptis—tak percaya. Nyaris membuat Moreau tersentak dan mengerjap cepat supaya tidak menimbulkan kecurigaan lebih besar. “Katakan apa?” Dia meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Perjanjian Terlarang   Hotel?

    “Bukankah seharusnya kita pulang? Kenapa kau malah mengajakku ke hotel?” Sejak awal Moreau sudah merasakan sesuatu yang tidak biasa dari keputusan Abihirt. Hanya menunggu saat – saat paling tepat sekadar mengajukan pertanyaan. Paling tidak di sini, ketika mereka terjebak di satu kamar berdua. Tidak ada siapa pun akan menginterupsi, meski sepetinya dia salah mengambil asumsi, karena ketukan samar dari luar segera mendesak pria itu membuka pintu. Moreau tak berusaha tahu siapa orang di balik tubuh besar Abihirt. Tak ingin sengaja menggeser wajah sekadar mengambil risiko besar melihat langsung. Biarkan ayah sambungnya bicara sebentar. Dia juga tak ingin terlibat ke dalam percakapan di sana. Mungkin hanya suatu kebiasaan sebagai pemilik yang menyampaikan informasi kepada staff hotel. Seharusnya bukan apa – apa. Moreau tetap menunggu ... sampai pada akhirnya dia tahu di tangan pria itu membawa pakaian baru. Dia secara naluriah menunduk meneliti setiap apa pun yang merekat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Perjanjian Terlarang   Mau ....

    “Jika ibuku tidak pernah tahu aku pergi denganmu, aku mau.” Kapan lagi dia akan diajak melakukan perjalanan seperti ini di saat Barbara juga akan bersenang – senang di luar sana? “Ibumu tidak akan tahu.” Dalam sekejap luapan di puncak kepala Moreau menjadi sesuatu yang menyenangkan. Dia hampir melompat kegirangan sambil menyentuh kedua lengan ayah sambungnya saat memikirkan satu hal, tetapi segera menahan diri dan bersikap lebih tenang. “Kita akan menginap di Burj Khalifa?” Tetap ada pertanyaan, berikut dengan menunggu jawaban Abihirt yang terlihat luar biasa tenang. “Ya.” Suara serak dan dalam itu nyaris menyerupai gumaman. Mungkin karena Moreau terlalu bersemangat yang membuatnya tetap melompat di depan Abihirt. “Aku tidak sabar.” Dia tersenyum lebar. Hanya sebentar setelah teringat tentang satu hal paling penting dan tidak bisa mereka lupakan. “Bagaimana pakaian kita nanti?” tanyanya, berpikir jika mereka harus pulang ke rumah; bukan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Perjanjian Terlarang   Menungggunya

    Pertemuan bersama Sheikh seharusnya sudah begitu lama. Moreau menunggu berjam – jam di hotel. Tidak tahu apa yang akan dilakukan. Hanya terpaku pada pemandangan indah dari dinding gedung Burj Khalifa ketika semua tampak begitu mengesankan dari atas. Namun, bagaimanapun, kesibukan Abihirt telah memberi pengaruh terhadap antusiasme dalam dirinya dan mungkin itu telah menguap nyaris tak bersisa. Moreau berulang kali harus mengembuskan napas. Duduk tanpa minat sambil sesekali membiarkan udara dari celah bibir membentuk uap pada kaca di hadapannya. Pria itu bahkan pergi tanpa memberi petunjuk. Paling tidak, Abihirt dapat meninggalkan catatan kecil saat sementara ponsel yang biasa digunakan sedang tidak dalam keadaan mendukung ... setelah tercelup bersama tubuhnya di danau kemarin sore. Meski tak dimungkiri bahwa pada setiap detil hal, Abihirt seperti telah merencanakan dari awal. Moreau mungkin tak bisa mengabaikan sedikit perhatian dari pria itu, tentang beberapa pelayanan h

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Perjanjian Terlarang   Akan Tahu Nanti

    Moreau mendambakan jika dia memiliki sayap, lalu melakukan penelusuran panjang di sekitar kota – kota Dubai. menginginkan kebebasan yang mungkin akan terlalu sulit diperkirakan. Memang terdengar hampir terlalu mustahil. Sikap tegas Barbara terkadang terlalu prihatin; selalu membuatnya mengacu pada keraguan terhadap diri sendiri mengenai beberapa hal yang sebenarnya bisa membawa dia supaya berprinsip dengan yakin. “Sudah lama menunggu?” Tidak ada petunjuk kapan pintu kamar hotel dibuka. Moreau langsung menoleh saat suara ayah sambungnya terdengar begitu dekat. Pria itu menjulang tinggi di belakang. Tidak jauh dari kaki ranjang, kemudian melangkah dengan derap langkah begitu sayup dan berhenti ketika kontak mata mereka yang intens terjadi nyaris tanpa jeda. Moreau tidak akan bisa menahan luapan kekesalan dari benaknya. Dia berdengkus sebagai bentuk protes tak tersampaikan. Abihirt dapat mengerti lebih mudah ketika pria itu dapat memastikan hal demikian melupakan info

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Perjanjian Terlarang   Basahi

    Moreau menengadah saat mendeteksi Abihirt menjulang tinggi di hadapannya. “Di kasur?” dia bertanya. Betapa polos. “Ya.” Itu jawaban singkat yang mendesak supaya dia merangkak ke atas ranjang. Moreau merasa ragu, tetapi tidak dimungkiri bahwa dia melakukan setiap perintah tersebut dengan begitu hati – hati. Sekarang telentang di atas ranjang diliputi perhatian terpaku lurus ke wajah ayah sambungnya dan ketegangan yang menyerbu di seluruh bahu. “Kau mau apa, Abi?” Moreau menelan ludah kasar menyaksikan tindakan Abihirt yang tentatif ketika pria itu menarik kedua kakinya supaya dia memiliki posisi sedikit turun ke bawah dengan bokong yang menyentuh garis pinggir ranjang; mungkin bahwa pria itu ingin bersimpuh persis menghadap di antara inti tubuhnya—memberi Moreau pengaruh gugup yang besar. Dia takut mengetahui Abihirt memang mengambil posisi seperti demikian di sana. Segera menggeliat saat ujung jemari pria itu menarik resleting jeans, kemudian melucuti

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Perjanjian Terlarang   Memohonlah

    Iris biru terang Moreau segera menatap pada benda mengerikan—mungkin akan menganggapnya lilin, benar – benar lilin, supaya dapat berbaur dengan baik ketika dia mulai bersedia membuka bibir dan Abihirt memasukkan ujung ‘lilin’ tersebut—hampir mencecoki—hampir setengah ke dalam rongga mulutnya, sehingga memberi jejak basah di sana. Ada kepuasaan di balik seringai samar pria itu. Moreau tidak akan berusaha menebak, tetapi mungkin Abihirt akan menyebutnya sebagai gadis nakal saat sedang bersikap patuh. Dia tidak nakal. Hanya—sering kali terpacu oleh adrenalin selama pria itu mahir memancing sesuatu yang liar di antara mereka. Sesuatu yang sungguh berada di luar batasan dan sangat mengejutkan ketika pria itu menarik keluar lilin di mulutnya, kemudian tangan Abihirt bergerak dengan tujuan begitu pasti, diliputi kontak mata mereka bertemu—saling memerangkap lamat, lalu teralihkan ntah atas tuntutan seperti apa. Betapa Moreau berusaha menahan diri supaya tidak memiliki k

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30

Bab terbaru

  • Perjanjian Terlarang   Kemunculan

    Sudah cukup. Mereka bisa mengakhiri perjanjian tanpa menunggu enam bulan selesai. Tidak ada yang perlu diselesaikan. Semua hanya akan menjadi racun dan bagaimanapun mereka tahu bahwa dampaknya akan terlalu buruk untuk dihirup bersama. Legalitas dapat menjadi bagian paling besar, apalagi sampai menimbulkan lubang berbahaya yang menyeret dengan cara tak terduga. Tak seorang pun menginginkan hal demikian terjadi. Moreau terutama. Dia menghela napas sesaat. Paling tidak, perlu merasa lega bahwa ternyata Abihirt akan berhenti menghubunginya. Layar yang sesaat menyala, sekarang kembali meredup. Tidak tersisa suara getaran. Ya, ini yang Moreau harapkan. Dia mungkin tidak akan segera tidur. Namun, keheningan sudah cukup untuk tidak meninggalkan begitu banyak peristiwa menyedihkan yang membekas di benaknya. Biarkan waktu terus berjalan, maka dia akan terlelap sendirinya. Sayangnya bukan hal – hal lain yang Moreau inginkan. Sama sekali tidak berharap bahwa akan terdengar

  • Perjanjian Terlarang   Menghubunginya

    Getar ponsel di atas nakas, menyelinap di tengah keheningan. Moreau tersentak pada situasi yang terasa begitu mencengkeram. Satu tamparan Barbara seperti meninggalkan jejak dan merekat di benaknya. Dia tidak tahu bagaimana membayangkan bahwa ini hanyalah salah satu refleks singkat. Segera mengernyit samar; lalu berusaha memahami situasi di mana dia tidak pernah mengira akan tertidur lelap, bahkan tanpa pernah merencanakan niat menghindari masalah yang telah wanita itu luapkan. Napas Moreau berembus tanpa sadar. Ini beranjak terlalu jauh, tetapi satu petunjuk di sana segera menuntutnya merangkak ke sudut ranjang. Dia mengulurkan tangan untuk merenggut benda pipih—masih bergetar di atas ranjang. Panggilan suara dari Abihirt, tetapi itu segera berhenti bahkan sebelum Moreau dapat mengangkatnya. Suami Barbara mungkin ingin membicarakan sesuatu. Mereka tidak bisa bertemu. Dia tak ingin bertemu siapa pun. Sedikit terkejut setelah menyadari waktu nyaris tengah malam terungkap

  • Perjanjian Terlarang   Akhiri

    Sambil menghela napas kasar, Barbara berusaha tenang dan tetap memastikan tidak tersisip ledakan hebat. “Baiklah, Abi. Aku salah. Kami menjalani hubungan gelap. Tapi, aku tidak akan mengambil tindakan nekad, jika kau tidak bersikap dingin seperti ini. Kau selalu seperti ini. Kau sibuk dengan duniamu sendiri, seolah kau tidak pernah menikah. Kau sudah menikah, seharusnya bisa lebih peduli pada situasi di sekitarmu. Bahkan terhadap keluargamu sendiri kau bersikap seolah kau adalah orang asing.” Ironinya tidak. Barbara tidak bisa menahan diri ketika dia meluapkan sesuatu yang terpendam dalam dirinya dengan menggebu – gebu. Udara di rongga dada bergerak secara tidak teratur. Namun, Abihirt masih terlihat begitu tenang. “Kau ingin bercerai?” Satu bagian tak terduga adalah pria itu bertanya tanpa emosi tersirat di balik suara serak dan dalam yang merambat sayup di udara. “Tentu saja tidak!” Barbara membantah tegas. Dia tidak terima jika Abihirt mengajukan

  • Perjanjian Terlarang   Terbongkar

    Kebodohannya sungguh tidak pernah terbayangkan akan berakhir pada momen menyedihkan. Betapa Barbara ingin melarikan diri dari situasi yang tak akan pernah bisa dia hadapi. Semua menjelma sebagai kekacauan yang dahsyat. Gumpalan kebohongan telah membentuk serangkaian agenda rumit, sehingga bertingkat – tingkat pula ruang yang bisa ditemukan untuk terbebas. Terutama saat Abihirt berkata, “Caroline sudah cukup tua, jika kau tak lupa. Organ reproduksinya sudah tidak bekerja. Untuk apa mengantisipasi kehamilan dengan alat kontrasepsi?” Sial. Barbara seharusnya tidak melewatkan bagian terpenting seperti ini. Dia tak bisa melupakan begitu saja jika Abihirt pandai menganalisis. Pria itu tidak bodoh. Tak mudah terperangkap ke dalam prospek tidak masuk akal yang dia rangkai sedemikian rupa. Caroline memang sudah cukup tua. Sangat jelas bagaimana Barbara seperti tanpa sengaja melakukan bunuh diri. “Tidak tahu. Bisa saja karena Caroline punya semacam fetis aneh,” dia berkata dengan keteganga

  • Perjanjian Terlarang   Penyangkalan

    “Mengapa harus tahu namanya?” Barbara bertanya cukup hati – hati. Tidak ingin mengambil kesalahan mutlak. Biarkan identitas Samuel tetap anonim, maka Abihirt tidak akan mendesaknya lebih jauh daripada ini. “Untuk memastikan tidak ada yang kau sembunyikan.” Suara serak dan dalam Abihirt nyaris menyerupai desis saat sekali lagi kembali ke permukaan. Pria itu terlihat begitu penasaran; besar; penuh dengan gairah mendominasi dan betapa kelam di sana. Sekujur tubuh Barbara mendadak tegang. Pandangannya berpendar ke segala arah agar bisa menemukan jawaban paling tepat. “Memangnya apa yang aku sembunyikan?” Berpura – pura tidak tahu apa pun adalah jalan pintas. Hanya sangat disayangkan jika ternyata Abihirt akan menunjukkan sikap muak. Pria itu memutuskan kontak mata, seolah – olah ... untuk saat ini butuh jeda supaya tidak lepas begitu saja, lalu mengatakannya dengan sangat jelas, “Hanya kau yang tahu, Barbara.” Perlu usaha serius sekadar memainkan ekspresi.

  • Perjanjian Terlarang   Seharusnya Mengaku

    Namun, pada akhirnya ... selalu bukan hal yang akan mengejutkan lagi di sana. Barbara menghela napas kasar mendapati Abihirt sedang duduk di pinggir ranjang. Hanya mengulik ponsel, seakan pria itu tidak memiliki minat menyiapkan diri terlebih dahulu. Ya, suaminya masih dengan pakaian yang sama; kekacauan tampak membuat setiap helai teracak – acak di rambut gelap Abihirt. Ada beberapa bagian berjatuhan di sekitar kening, menambah nilai estetika dari penampilan yang bisa disebut liar dan tampan secara bersamaan. Barbara tidak tahu bagaimana dia selalu mengagumi suaminya, tetapi juga sulit melepaskan Samuel atas keamanan tertentu. Paling tidak, untuk saat ini ... belum ada kesiapan untuk memilih salah satu. Dia masih tidak bersedia. Masih ada keinginan bersenang – senang, tetapi tidak mudah mendapatkan itu pada diri Abihirt. Apa yang bisa Barbara harapkan dari pria yang tak banyak bicara? Semua orang benar tahu bahwa suaminya terlalu kaku. Dia tak bisa membayangkan betapa h

  • Perjanjian Terlarang   Berbalik Arah

    Barbara mengerjap cepat, kemudian berkata, “Lalu, mengapa kemarin kau bilang tidak tahu tentang keberadaan Moreau?" "Aku tidak ingin kau khawatir, karena inilah yang akhirnya bisa kutebak. Kau sangat marah." Itu benar. Barbara pikir pernyataan Abihirt barusan terdengar cukup masuk akal. "Jadi kau bersungguh – sungguh jika tidak ada hubungan apa pun antara kau dan Moreau?” “Ya. Aku memesan dua kamar jika kau masih berpikiran buruk. Akan kutunjukkan kepadamu bukti transaksi hotel. Mungkin nanti kau yang perlu menjelaskan mengapa ada pria lain di sini.” Berikutnya selesai. Abihirt langsung melangkah pergi. Melewati Barbara; melewati tubuh Samuel di sana; meninggalkan sisa keheningan begitu pekat, hingga embusan napas Barbara berakhir kasar. Dia menatap bahu suaminya tanpa pernah bisa mengalihkan perhatian. Ada ketakutan tak berjarak dari pengetahuan Abihirt yang tak terduga. Barbara memikirkan segalanya. Namun bagaimanapun, harus menanam ketenangan

  • Perjanjian Terlarang   Pelbagai Tuduhan

    “Mengejutkan sekali kau masih mengingat kapan aku berulang tahun. Kupikir kau tidak pernah peduli terhadap apa pun lagi, selain berkencan dengan putriku.” Itu yang Barbara katakan. Betapa dengan sengaja menyindir. Dapat dipastikan wanita tersebut tidak akan berhenti sampai mereka mengakui sesuatu yang masih coba Abihirt tutupi. Secara diam – diam Moreau mengatur posisi supaya bisa sedikit mengintip bagaimana kondisi ibunya saat ini. Tidak banyak. Hanya mengetahui wajah Barbara yang masih begitu masam dan bagaimana wanita itu melipat kedua lengan di depan dada; seolah radar menantang terlalu pekat untuk dihindari. “Mengapa kau diam, Abi? Apa Moreau yang memberitahumu hari ulang tahunku? Jadi, kalian bisa mencari alasan supaya aku tidak merasa curiga?” “Kau mengatur tanggal ulang tahunmu sebagai kode pengaman di ponselku. Bagaimana aku akan lupa?” Tidak tahu apa yang bisa Moreau katakan. Dia terkejut, sekaligus merasa butuh waktu lebih lama agar memahami

  • Perjanjian Terlarang   Pembelaan

    Moreau tidak berusaha membantah. Rasa sakit dari tamparan Barbara masih meninggalkan efek tertentu seperti tak ingin hilang, tetapi dia berusaha menghindari sorot mata wanita yang menatap nyalang dan tiba - tiba pula menepis sentuhan Abihirt di lengannya. Nyaris—bahu Moreau mendadak tegang saat Barbara terduga akan kembali menyerang. Dia telah membuat tameng perlindungan dengan lengan terangkat menutup wajah. Namun, Abihirt segera menegahi; menjadi tembok tinggi untuk melindunginya di belakang. Benar – benar membuat Barbara terdiam—sepertinya wanita itu tak menyangka jika pria yang dinikahi ternyata akan melakukan pembelaan besar. “Tidak bisakah kau duduk tenang dan dengarkan penjelasanku terlebih dahulu?” Sekarang suara serak dan dalam Abihirt mengambil tempat. Pria itu selalu terdengar tenang, walau Moreau tidak tahu apa yang ingin ayah sambungnya jelaskan. “Tidak. Pelacur kecil sepertinya pantas diberi pelajaran.” Barbara menyangga tidak pada atura

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status