Share

Chicao

Author: Susi_miu
last update Last Updated: 2024-11-26 12:43:36

Tidak banyak kegiatan usai Barbara meninggalkan rumah. Perlu digaris bawahi jika Moreau tetap mengambil tindakan tak bersikap patuh—sengaja memutuskan untuk menonton hingga cukup larut dengan minat yang begitu minim menaiki undakan tangga, tetapi itu harus.

Dia dan ibunya memang tidak memulai banyak percakapan setelah kali terakhir pernyataan Barbara di meja makan. Hubungan rumit mereka tidak dapat dikatakan sepenuhnya salah, meski itulah adanya. Moreau tak bisa mengharapkan sesuatu akan berjalan baik – baik saja, sementara mereka tahu Barbara selalu menginginkan apa yang menurutnya benar—kemudian tak pernah mau mencoba mengambil tempat sekadar berdiri di sudut pandang seseorang; tidak peduli apakah itu salah atau tidak.

Akan menjadi keputusan paling buruk kalau - kalau Moreau tidak meluapkan segala bentuk rasa muak di benaknya, karena bagaimanapun mereka tahu apa yang akhirnya membuat Barbara berhenti dari keinginan melihat langsung jam tangan mahal pemberian Abihirt.<
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Perjanjian Terlarang   Sampai di Kamar

    Masih dengan usapan ringan di bulu lembut Chicao. Moreau sedikit memiringkan wajah saat memikirkan beberapa hal. Dia tak sedang membicarakan sentuhan tangan Abihirt kepada hewan peliharaan pria itu—hanya sesuatu yang paling mendekati—ketika mereka mulai menginginkan satu sama lain; melampiaskan segala hal tertahan, meski merupakan kesalahan besar; seperti tiba – tiba Chicao memutar tubuhnya. Hampir sekadar membuat pola melingkar, mengikuti ekor yang juga mengibas – ngibas. Namun, Moreau tak pernah menduga anjing milik Abihirt akan langsung melarikan diri. “Tunggu, Chicao. Kau mau ke mana?” Satu prospek di mana tujuan Chicao terasa mengerikan. Moreau tak ingin mereka sampai menggapai kamar ibunya, sementara suami wanita itu sedang ada di sana—tidur; istirahat. Abihirt tak akan peduli tentang keinginan Chicao yang masih menjadi misteri. Anjing tersebut sudah begitu dekat, persisi duduk dengan tenang, seolah sedang meminta untuk dibukakan pintu dan menatap diliputi sorot ma

    Last Updated : 2024-11-26
  • Perjanjian Terlarang   Berdua

    Posisinya berada di garis taruhan. Moreau mengerti bagaimana telah dijadikan bahan pelampiasan. Hanya tidak bisa menahan diri ketika mulai menyukai pria itu. Tolol. Dia tersenyum getir membayangkan telah memborong kebodohan. Abihirt tidak akan berusaha jatuh kepada yang lain, sementara hanya terhadap Barbara pria tersebut begitu cinta. Rasanya, semacam suatu hal; benar – benar mengenaskan. Sambil diam – diam menarik napas dalam dan mengembuskan perlahan. Moreau secara tentatif mengulurkan ujung jemari tangan sekadar menyapu di lengan atas ayah sambungnya. Merasakan setiap sentuhan di sana, mungkin yang paling sering pula Barbara lakukan. Masih belum ada reaksi spesifik di mana tangan pria itu tetap tergoler dengan posisi membentuk sudut siku dan jemari—nyaris terkepal longgar; hampir menyentuh wajah sendiri. Iris biru terang Moreau segera bergerak setingkat lebih tinggi pada satu titik sekadar memperhatikan kelopak mata yang terpejam. Ingin mengagumi sentuhan bulu panj

    Last Updated : 2024-11-27
  • Perjanjian Terlarang   Terdesak

    “Apa yang kau lakukan di sini, Moreau?” Suara serak dan dalam Abihirt menyerupai parau, seakan pria itu telah benar – benar tenggelam, sehingga butuh waktu beberapa saat mengembalikan suatu memoar yang sempat hilang. Bahkan, dengan sisa – sisa rasa ngantuk masih meliputi, ayah sambungnya beberapa kali mengerjap, mengusap wajah kasar, lalu Moreau akan mendapati pria tersebut tak akan meninggalkan kontak mata di antara mereka. Seharusnya memang tidak baik membiarkan Abihirt menunggu terlalu lama. Dia memastikan tidak lagi mengatupkan bibir erat. Mencoba untuk mengambil udara lebih banyak ketika menemukan jawaban paling tepat. “Ibuku bilang kau kelelahan.” Hanya itu. Jika Abihirt berpikir tidak masuk akal saat mereka harus langsung melakukan percakapan di sini. Biarkan saja. Masih ada alasan lainnya untuk memberitahu pria tersebut. “Ya. Tapi bagaimana kau ada di sini? Di mana ibumu?” Tidak ada penyangkalan, tetapi Moreau seperti tidak siap mengatak

    Last Updated : 2024-11-27
  • Perjanjian Terlarang   Menunggunya

    “Ibuku membelikan kalung yang bagus.” Dia bicara seraya memuji—ntahlah, sesuatu dapat dikategorikan sebagai reaksi murni. Tidak ada maksud tujuan lain. Tidak ... bahkan saat Abihirt secara naluriah menatap ke arahnya. “Kembalilah ke kamarmu.” Suara serak dan dalam pria itu bicara nyaris menyerupai bisikan samar, seolah sengaja meninggalkan kesan tertentu supaya dia segera mengerti tentang keinginan mengusir yang termuat dalam bentuk paling halus. “Kau tak ingin melihatku ada di sini?” tanya Moreau sekadar memastikan bahwa sesekali sikap konradiktif Abihirt memang selalu tak mudah ditebak. “Kita berdua ke kamarmu.”Bibir Moreau masih terbuka beberapa saat meski Abihirt baru saja membawa Chicao pergi, meninggalkan kamar ibunya dengan bertelanjang dada, seolah itu adalah urusan paling penting sebelum keadaan di sekitar kamar temaram terasa begitu hening. Moreau diam untuk beberapa saat sambil merapatkan bibir secara perlahan. Sedikit memikirkan bebera

    Last Updated : 2024-11-27
  • Perjanjian Terlarang   Membicarakannya

    “Dia bilang kepadamu begitu?” Namun, Abihirt malah bertanya persis seseorang yang telah kehilangan informasi krusial. “Ya.” Moreau yakin tidak ada yang salah, terlepas apakah Barbara telah mengirim pesan dengan pelbagai alasan atau tidak. Sejak awal Abihirt tidak menyibukkan diri pada seluler genggam dan itu termasuk dalam gambaran yang wajar. Dia terus memperhatikan setiap langkah ayah sambungnya ketika pria itu menderap di atas lantai kamar. Tentu dengan sedikit rasa waspada dan hal – hal yang akan memberi dampak saat Abihirt mulai semakin dekat. Bahkan setelah pintu menutup, semua seperti begitu banyak kejanggalan. Moreau bertanya – tanya mungkinkah Abihirt memutuskan untuk mengurungkan niat pergi dari kamar ini? Karena pria itu tahu Barbara tidak akan kembali sampai besok sore, dan maka seharusnya segala sesuatu dapat dinikmati di sini. Semua yang mereka inginkan. Apa yang kau pikirkan? Moreau nyaris mengutuk diri sendiri dalam hati. Pemikira

    Last Updated : 2024-11-28
  • Perjanjian Terlarang   Masih Tentangnya

    Tidak ada petunjuk yang begitu dekat, selain sebelah alis Abihirt terangkat tinggi—seperti sedang memikirkan sebuah jawaban singkat, tetapi belum juga tersirat sesuatu yang ingin pria itu katakan. Hanya sentuhan – sentuhan ringan—hampir memberi Moreau efek tertentu saat dia menjatuhkan perhatian pada ujung jemari Abihirt berhenti di lengannya. Mungkin ini yang pria itu butuhkan. Menunggu saat – saat dia tidak memiliki tingkat waspada tinggi, kemudian menggulingkan posisi mereka lagi dengan keadaan mendominasi. Menindih. Terasa benar – benar mengambil kendali. Jarak wajah mereka bahkan terlalu dekat ketika Moreau nyaris tak bisa berhenti mengunci mata kelabu Abihirt. Begitu banyak bentuk antisipasi terperangkap di dalam dirinya. Memang temaram. Namun, semacam suatu sihir gelap, dia seakan tak dapat melakukan apa pun, selain diam. Menunggu ntah untuk sesuatu yang seperti apa dan segera menahan napas ketika; kali pertama yang pria itu lakukan adalah menyingkirkan beberapa helai anak

    Last Updated : 2024-11-28
  • Perjanjian Terlarang   Diam-Diam

    Tiba – tiba Moreau menjadi gugup membayangkan andai Abihirt akan bersikap setuju. Ini semacam keputusan untuk membuat hubungan mereka dimulai dari awal. Atau bagian paling ironi adalah ayah sambungnya turut mengambil keputusan untuk mengakhiri kesepakatan terlarang, yang selama ini hanya sebagai ajang pembalasan. Dia mungkin berpikir terlalu jauh, tetapi itulah adanya. Insting dan dorongan sekadar mempertahankan sesuatu menjelma sebagai suatu kejutan listrik dengan gambaran tiga dimensi—yang tinggi. “Ibumu tetap tidak akan pernah mengakui hubungannya bersama pria lain, jika kau masih berusaha memperbaiki kesalahannya.” Suara serak dan dalam Abihirt terdengar persis mendesis, seolah pria itu mati – matian mengumpulkan rasa sabar, yang tidak pernah Moreau sadari apakah itu benar – benar bentuk penanganan diri atau pada akhirnya menyadari sikap putus asa menjadi sesuatu tak terungkap. Dia mengerti beberapa hal tentang Barbara. Tak akan menyangkal apa pun. Namun, tetap dihan

    Last Updated : 2024-11-29
  • Perjanjian Terlarang   Keinginannya

    “Tadi. Aku tahu kau menganggapku konyol, karena rasa takut akhirnya membuatku lompat dari ketinggian,” sergah Moreau untuk memancing beberapa bagian yang dia tahu akan cukup relevan di antara mereka saat ini. “Rasa takut membuatmu mengambil tindakan berani. Kau selalu berani.” Paling tidak, Moreau tak menyumbat pengetahuan di puncak kepalanya dengan ungkapan Abihirt barusan. Aneh mendengar pria itu memberi pujian. Rasanya dia tak bisa menahan diri. Tergelitik. Lucu. Seakan – akan gambaran tentang ayah sambungnya yang sedingin bekuan es hilang tak berjejak. Sial. Moreau benar – benar tertawa. Benar – benar tak bisa menahan diri. Walau masih sedikit ditahan saat dia sendiri tak ingin suaranya berakhir menggelegar. Sudah terlalu larut dan hening jauh lebih bergemuruh daripada mereka harus terus bicara serius. “Apa yang kau tertawakan?” Pertanyaan Abihirt malah mengundang hal lain, yang Moreau harap tidak akan memberi dampak parah. Berusaha tidak melepas g

    Last Updated : 2024-11-29

Latest chapter

  • Perjanjian Terlarang   Geram

    “Keluarlah.” Sebuah perintah serius, sepertinya Moreau akan menghadapi masa sulit andai dia masih bersikap keras kepala untuk tidak menuruti setiap keinginan pria itu. Secara naluriah bahunya mengedik tak acuh. Lupakan bahwa ini adalah peringatan terakhir. Dia melipat lengan di depan dada tanpa mempedulikan Abihirt di sana. Ayah sambungnya akan mengerti jika tindakan tersebut masih menjadi bagian dari sikap tidak patuh dan seharusnya pria itu mengambil inisiatif sendiri sekadar melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah kalau – kalau memang hal demikian merupakan bagian dari daftar panjang yang tak terlewatkan. Celakalah, Moreau tidak pernah menduga jika ternyata Abihirt akan mengambil tindakan tak terduga dengan menarik tubuhnya secara paksa dan lagi ... pria itu mendekap persis diliputi cara di klub tadi, membuat dia terombang – ambing menahan sisa rasa pening nan pekat, sementara perutnya meninggalkan sensasi tidak menyenangkan—tertekan di garis bahu yang terasa kokoh

  • Perjanjian Terlarang   Membangkang

    Tubuh Moreau terdesak ke depan ketika dia nyaris setengah terlelap. Mobil ditumpanginya menghadapi krisis tiba – tiba ... seolah itu memang suatu tindakan disengaja. Tidak tahu apa yang sedang berserang di puncak kepala Abihirt saat suami Barbara memutuskan untuk menginjak rem secara tak terduga. Barangkali hal tersebut tidak jauh dari motivasi sederhana ayah sambungnya supaya dia terbangun, sementara makhluk kaku itu tidak menemukan cara untuk menarik Moreau kembali ke permukaan. Menyedihkan. Secara naluriah dia menoleh ke wajah Abihirt. Pelbagai desakan telah menyumbat di puncak kepalanya sekadar meluapkan segala sesuatu yang tertahan. Mungkin keinginan tentang menghantam wajah tampan di sana ... dengan pukulan serius adalah gagasan paling potensial. Moreau harap bisa menuntaskan ide – ide yang berkeliaran bebas, hingga bergelantungan di belakang bahunya dengan cepat. Namun, di satu sisi tak terduga dia harus membayangkan bagaimana menjadi tenang tak tersentuh—

  • Perjanjian Terlarang   Kesal

    Moreau merasa sangat malu. Ironi. Dia tak punya cukup tenaga untuk memberontak. Kepalanya terasa pening karena alkohol dan sekarang semacam terombang – ambing di lautan berombak dahsyat, diliputi sengatan aroma tubuh ayah sambungnya yang memabukkan. “Moreau sudah bilang tak ingin kau ganggu, Rowan. Turunkan dia!” Mereka sudah separuh jalan menuju pintu keluar, kemudian suara Robby cukup lantang menghentikan Abihirt, lalu menarik perhatian pria itu untuk berbalik badan—di mana Moreau perlu berjuang memalingkan separuh wajah jika dia ingin tahu tentang apa yang akan Robby lakukan kepada ayah sambungnya. “Kau tidak perlu ikut campur terhadap urusanku.” Suara serak dan dalam Abihirt memang terdengar tenang, tetapi tersisip reaksi ganjil yang Moreau sadari coba pria itu tahan. Dia ingin tahu. Bertanya – tanya apakah keberadaan Robby telah memberi banyak pengaruh, meski ayah sambungnya masih berusaha tidak menunjukkan reaksi signifikan di antara mereka. Apakah mu

  • Perjanjian Terlarang   Memaksa

    Mungkin ... yang tersisa di antara mereka adalah sikap Abihirt ... masih berusaha hati – hati saat pria itu menghadapi keputusan serupa. Moreau menggeleng tegas. Terlalu konyol jika mereka bertengkar di sini. Di hadapan banyak orang, apalagi sampai mereka tahu tentang status hubungan yang begitu konyol sekadar dimaklumi. Bagaimanapun Moreau tak bisa memungkiri bahwa sikap Abihirt terlihat seperti seorang pria dewasa yang enggan berbagi. “Jika kau ingin pulang, kau bisa pulang sendiri. Aku tidak butuh perhatian darimu.” Persetan! Meski sesuatu dalam diri Moreau mengingatkan supaya dia bersikap tenang, ada satu bagian lain yang bernama ego ... mendorong agar dia menunjukkan keberanian di hadapan pria itu. “Ibumu sudah menunggu di rumah.” Apa pedulinya? Haruskah Moreau katakan bahwa Abihirt sedang mengandalkan Barbara demi membujuknya? Tidak. Dia akan memastikan itu bukan prospek yang mempan. Lebih baik sudahi segala sesuatu yang membuat dia merasa lebih gila.

  • Perjanjian Terlarang   Rowan ....

    “Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Moreau sarat nada sinis. Menyingkirkan keberadaan tangan Abihirt adalah kebutuhan dasar. Dia menepis pria itu dengan kuat. Sudah cukup membiarkan waktu berjalan beberapa saat. Keheningan memang sudah bergemuruh sejak terakhir kali tidak ada satu pun kata terucap dari bibir ayah sambungnya, tetapi Moreau muak menghadapi sikap pria itu. Abihirt sudah seringkali memberi tatapan tajam, seakan – akan demikianlah cara pria tersebut melakukan komunikasi intens. Tidak. Seharusnya pria itu mengerti kalau – kalau hal tersebut merupakan bentuk paling menyakitkan. “Aku ingin kau pulang.” Kali pertama bersuara, Moreau dapat mencerna betapa suara serak dan dalam itu terdengar dingin membekukan. Jika Abihirt mengira dia akan setuju begitu saja, suami ibunya salah—sangat salah. Untuk saat ini Moreau tidak menerima perintah. Dia segera menoleh ke wajah Robby, merasa hal tersebut merupakan prospek bagus sekadar memperlihatkan kepada Abihirt bahwa

  • Perjanjian Terlarang   Robby

    [Aku tidak akan pergi ke mana pun untuk meletakkan bokongku di ranjangmu.] Itu adalah pesan terakhir yang Moreau kirimkan sebelum dia dan Juan akhirnya memutuskan untuk terjebak di tengah – tengah musik menggelegar. Tidak ada yang dilakukan di sini. Selain, sesekali menaruh minat serius apakah Abihirt akan membalas pesan terakhir darinya atau tidak. Ironi. Kenyataan bahwa Moreau harus mendapati pria itu bahkan sudah membaca, alih – alih meninggalkan sedikit jejak supaya dia tidak terus menebak – nebak suatu hal yang bahkan tidak mendekati pengetahuan murni di benaknya. Barangkali Abihirt tidak punya waktu lebih sekadar menaruh sedikit perhatian, atau paling tidak ... menanyakan ke mana dia telah pergi. Moreau yakin pria itu sedang bersama Barbara, karena apa pun alasan yang dia berikan kepada ibunya adalah prospek bagus untuk bisa berada di sini. Menghirup hiruk pikuk yang terasa memuakkan, tetapi juga dapat dijadikan sebagai tempat pelampiasan. “Kau dari tadi h

  • Perjanjian Terlarang   Persetan

    “Ada apa dengan kenalanku?” pria itu bertanya lambat, seolah pemikiran di benak Moreau telah sampai, kemudian membuat Juan mempertimbangkan sesuatu yang terasa begitu tiba – tiba di antara mereka. “Kau tidak pernah membicarakan tentang kenalanmu. Aku curiga kalau yang ingin kau pertemukan kepadaku ternyata satu spesies denganmu.” Sambil mengedikkan bahu tak acuh, sekarang Moreau mendapati ekspresi wajah Juan penuh selidik ke arahnya. “Apa maksudmu bicara seperti itu? Spesies apa, huh?” Pria itu sedang menuntut, tetapi jelas tak benar – benar serius. Sesuatu yang membuat Moreau nyaman untuk berada di samping Juan. Akan selalu begitu. “Aku yakin kau mengerti maksudku, Juan ....” Demikian yang dia katakan dan segera menerima respons decakan keras dari Juan—pria itu bahkan merangkul lehernya erat. Nyaris membuat Moreau benar – benar menunduk. Dia tertawa saat berusaha melepaskan diri. Terlalu menikmati momen kebebasan seperti ini hingga tidak pernah menyadari bahwa

  • Perjanjian Terlarang   Nasihat Juan

    “Kulihat ... akhir – akhir ini kau seperti tidak ada semangat hidup, Amiga. Apa lagi? Kau bertengkar dengan ibumu atau berondong ibumu? Yang mana? Katakan saja, aku siap menjadi pendengar yang baik.” Demi Tuhan; rasanya Moreau tidak ingin meluapkan segala sesuatu di sini saat mereka baru saja menyelesaikan sesi latihan panjang. Dia lelah, terutama ketika harus menerima kenyataan palsu dan menyakitkan, tetapi Juan seakan tidak pernah tahu tempat untuk tidak melibatkan masalah serius yang bergemuruh di benaknya. Atau barangkali kesalahan memang murni berada di tangan Moreau. Dia yang tak bisa membedakan kapan harus memastikan dirinya tetap profesional dan tidak. Kemesraan Barbara tadi pagi .... Ntahlah .... Itu hanya sikap peduli tunggal, di mana ibunya seperti berusaha membujuk Abihirt supaya hubungan yang nyaris melampaui regang, dapat dipulihkan sebagaimana mestinya. Moreau tidak pernah berharap bahwa keretakkan itu akan semakin parah atau hal – hal r

  • Perjanjian Terlarang   Ternyata ....

    “Aku tahu kau mungkin ingin membuat ibuku membayar apa yang sudah dia lakukan di belakangmu. Tapi ada satu hal yang membuatku tidak mengerti. Kau muda. Kaya. Bisa mencari wanita lain di luar sana. Mengapa harus aku? Mengapa harus seseorang yang terikat bersama ibuku? Kau tahu itu akan sangat – sangat menyakitinya. Kita bahkan hampir melakukannya sekali, walau mungkin saat ini ... aku belum terlalu yakin bahwa ibuku akan percaya begitu saja ....” Ada jeda beberapa saat ketika tiba – tiba Moreau memutuskan untuk menimbang. Nyaris tak pernah sadar bahwa jemari tangannya telah menggenggam di lengan Abihirt—tidak cukup erat, tetapi dapat memberi dampak bahwa jemari yang panjang telah menancap sedikit dalam. “Katakan ... mengapa harus aku?” dia melanjutkan dan sama sekali tidak memungkiri bahwa suaranya nyaris terdengar parau. Ada ketakutan tersemat, sekaligus sulit menjabarkan bagaimana rasanya terjebak pada sesuatu yang salah seperti ini. “Aku menidurimu tanpa pernah t

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status