Share

Barbara Datang

Penulis: Susi_miu
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-08 12:59:07

“Kau lihat saja, aku akan memotong penismu jika sampai ibuku mengetahui bekas yang kau tinggalkan.”

Moreau tidak benar – benar mengancam, tetapi dia yakin itu akan cukup menunjukkan betapa dia merasa kesal kepada ayah sambungnya.

Kedutan samar di sudut bibir Abihirt memperlihatkan respons signifikan bahwa sebenarnya pria itu sedikit terhibur oleh sesuatu yang mungkin membuat ketegangan mereka selama beberapa hari meluap begitu saja.

“Kau akan membawa pakaian kering ini ke kamarku?"

Hanya kebetulan hening berusaha mengambil tempat dan tiba – tiba sayup suara Barbara menyelinap di sekitar udara. Dapat dipastikan wanita itu sedang berbicara kepada Caroline. Barangkali secara kebetulan mereka bertemu di lorong lantai dua, tetapi bagian tersebut adalah petunjuk bahwa Barbara akan segera menginjakkan kaki ke kamar; tidak perlu mengetuk sekadar beranjak masuk masuk; cukup dengan menekan gagang pintu andai Abihirt lupa mengunci dari dalam. Dia tak benar – benar mengamat
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Perjanjian Terlarang   Menuntut Barbara

    Napas Barbara berembus kasar kali pertama mendapati suaminya sudah ada di kamar. Dia masih menyentuh gagang pintu dan segera menutup kamar dengan rapat. Posisi Abihirt persis begitu tenang duduk di pinggir ranjang. Kedua tangan pria itu berpangku pada kaki yang menapak di lantai, bentuk posisi yang tampak benar – benar tidak memberi banyak pengaruh, walau Barbara harus mengakui bahwa suaminya perlu sedikit membungkuk sembari melakukan kontak mata berdua. Rasanya sudah cukup—semalam mereka menghadapi pertengkaran hebat dan berakhir dengan Abihirt meninggalkan pelbagai ketakutan di benaknya. Barbara sudah begitu khawatir ketika pria itu tidak memberi kabar. Dia hampir tidak tidur semalam, tetapi tidak dimungkiri bahwa urusan kantor tidak bisa ditinggal hanya karena butuh terlelap lebih lama, meski kebutuhan tersebut seakan telah lenyap tak bersisa. Mungkin ini saatnya. Setiap detil bagian dari tindakan Abihirt tidak luput dari perhatian Barbara, termasuk saat dia harus

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Perjanjian Terlarang   Menguncinya

    “Apa yang ingin kau lakukan, Abi?” tanya Barbara dengan kewaspadaan merangkak cepat ke permukaan. Dia berusaha beringsut mundur saat mengetahui suaminya telah mencondongkan tubuh dan menepis sisa jarak di antara mereka. Wajah pria itu benar – benar mendekat. Sesuatu yang menyebarkan beberapa tanda tanya besar. Barbara harus menghadapi desakan tak terduga di mana Abihirt telah merampas bibirnya dengan begitu terburu. Dia masih cukup terkejut, tetapi segera mengendalikan diri untuk mengimbangi apa pun yang terasa masih sangat mendadak. Sedikit senyum di balik ciuman mereka—Barbara tidak akan bersikap terancam andai dia tahu inilah yang kemudian Abihirt lakukan. Paling tidak, bukan lagi tentang kemarahan, perdebatan semalam dan hal – hal yang terasa menjengkelkan. Hanya kemudian Barbara terkesiap ketika tangan Abihirt mendorongnya kasar supaya beringsut ke belakang. Pria tersebut ingin dia bersandar di kepala ranjang, maka itulah yang dia lakukan. “Kau benar – be

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Perjanjian Terlarang   Membawanya Pergi

    Moreau mendengar segala sesuatu di sana. Suara tautan bibir; perintah Abihirt; dan bagaimana Barbara kemudian bersuara. Semuanya merupakan prospek yang jelas memberi dia petunjuk tentang apa yang telah terjadi di atas kepalanya saat ini, di mana ranjang sesekali terdengar berderak dan .... Ya, cukup sakit membayangkan Abihirt saat ini sedang mencumbu Barbara; memberi wanita itu kepuasan—apa pun, yang berkaitan dengan kebutuhan meluapkan hasrat bersama. Sementara dia harus bersembunyi seperti seseorang yang baru saja memborong kebodohan. Hanya berharap tidak pernah ketahuan. Berharap dengan bersembunyi bisa menghindari masalah lebih besar. Mungkin terlalu naif jika dia masih mendambakan pertolongan secepatnya. Tidak ada yang tahan untuk berada di sini lebih lama; ditumbuk oleh pelbagai kenyataan paling getir bahwa betapa pun dia terjebak pada situasi yang tak dapat dikendalikan, itu masih tergolong ke dalam keputusan paling salah. Seharusnya tidak membiarkan Abihirt menye

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Perjanjian Terlarang   Kembali Kepadanya

    Tidak terlalu lama sebenarnya, tetapi Barbara tidak menyukai saat – saat dia harus dibuat begitu penasaran terhadap sesuatu yang tidak berusaha Abihirt ungkapkan secara gamblang. Rasanya seperti membiarkan dirinya terpanggang di dalam oven, sementara pria itu pergi berkeliling ke suatu tempat untuk kemudian muncul kembali tanpa peringatan. Hanya suara ranjang berderak dan membuat Barbara berusaha menahan separuh kekesalan yang bertumpuk di benaknya. Dia tidak ingin lepas begitu saja. Mereka sudah cukup puas bertengkar semalam. Meski tidak dimungkiri bahwa cara Abihirt meninggalkannya dengan situasi seperti ini menyerahkan begitu banyak gambaran tidak masuk akal. Dorongan implusif seakan memberi tahu agar dia dapat berpikir lebih jernih untuk mencurigai suaminya. “Kau dari mana saja?” tanya Barbara setelah merasakan betapa jarak antara dia dan bagaimana Abihirt sudah begitu dekat, lalu membuka ikatan dasi di yang menutup di matanya. Aroma maskulin—khas dari tubuh pria it

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Perjanjian Terlarang   Menghadapinya Lagi

    “Hanya berjalan keluar sebentar.” Abihirt tetap tenang saat sorot mata Barbara menyerupai kilatan menyambar. Wanita itu bahkan tidak tahu betapa ini akan lebih buruk dari perdebatan yang pernah mereka hadapi. Tidak perlu terburu – buru mengeksekusi satu bagian yang berada tepat di depan mata. Satu langkah mendekat, Abihirt benar – benar menyingkirkan sisa jarak membatas. Barbara terlihat menunjukkan sikap waspada. Kedua tangan wanita itu masih terikat di kepala ranjang. Samar sekali sudut bibir Abihirt berkedut. Membiarkan wajah mereka perlahan mendekat. Napas Barbara mulai memberat, semacam suatu petanda bahwa ini akan segera dimulai. Abihirt memberi kecupan samar di sudut bibir wanita itu. Keterkejutan bukan sesuatu yang sepenuhnya dapat digerakkan dengan baik. “Hanya untuk menunggumu benar – benar siap. Bukan karena ada sesuatu yang sedang kusembunyikan,” dia berbisik lambat sekadar memberi Barbara kepastian. Nyaris memberi wanita itu sentuhan bibir yang leb

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Perjanjian Terlarang   Diakhiri

    Semua harus dilakukan dengan hati – hati. Barbara tidak ingin mengambil risiko. Dia akan mempertimbangkan andai Abihirt mau bekerja sama. “Sedang kupikirkan.” Tidak ada kepastian dari jawaban singkat suaminya. Barbara harap dia tidak mencelupkan diri ke dalam kesalahan besar ketika memutuskan untuk ... perlahan menarik napas kemudian mengembuskan secara kasar. “Itu punya Samuel,” ucapnya, cukup tak berani menatap ke wajah Abihirt. Ya, memalingkan wajah ke dinding kamar menjadi keputusan terbaik. Barbara akan menunggu. Beberapa saat lebih lama tidak apa – apa. Dia memejam sebentar. Mencoba menghitung dalam hati. Namun, sepertinya keterdiaman Abihirt sudah melampaui batas. Dia tidak akan pernah tahu apa pun, jika menempatkan dirinya pada ancaman berbahaya. Akhirnya ... setengah enggan, Barbara menjatuhkan perhatian di wajah pria itu. Tatapan dingin seperti akan membuatnya menjadi kepingan membeku. Apa yang sedang Abihirt pikirkan? Dia mungkin bisa menduga – duga te

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Perjanjian Terlarang   Setidaknya Barbara

    Moreau tidak memiliki banyak kesiapan ketika tiba – tiba dia harus mendapati ibunya membuka pintu kamar, kemudian langkah wanita itu terdengar kasar mendekati kaki ranjang. Makan malam baru selesai dan dia akui bahwa memang tuntutan untuk tidak terlibat merupakan kebutuhan terpenting pada saat – saat tertentu. Moreau sungguh tidak pernah menduga bahwa ibunya akan muncul sepaket dengan nampan tergenggam erat di tangan. Ekspresi wajah wanita itu datar usai meletakkan benda tersebut di atas nakas. Hanya mengambil beberapa langkah mundur ke belakang, kemudian Barbara melipat tangan di depan dada. “Caroline bilang kau tidak mau turun ikut makan bersama. Jadi, kubawakan makan malam untukmu.” Kali pertama bicara, suara wanita itu terdengar sinis. Moreau tidak tahu apa yang mempengaruhi suasana hati ibunya, sehingga dia merasakan dampak sebagai seseorang paling dekat untuk saat ini. Bertanya – tanya apakah ini berkaitan langsung tentang kecurigaan Barbara yang mungkin belum

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Perjanjian Terlarang   Caroline Tahu

    Suara pintu terbuka segera menarik perhatian Moreau untuk menoleh ke satu titik di sana. Senyum tipis Caroline secara naluriah membuatnya mengatur punggung lebih tegak di sandaran sofa. Wanita itu ragu – ragu melangkah masuk—mungkin sempat berpikir bahwa Moreau akan menyelesaikan makan lebih cepat. Memang sedikit lagi. Dia masih melanjutkan setiap suapan ke dalam mulut, meski tadi benar – benar menaruh perhatian memikirkan sesuatu yang tidak seharusnya. “Maaf telah mengganggu Anda, Nona ....” Suara Caroline terdengar gugup setelah langkah wanita itu telah begitu dekat. Caroline berlebihan, bahkan Moreau sama sekali tidak merasa keberatan. Hanya sedikit merasa belum sepenuhnya siap, jika pada akhirnya wanita paruh baya itu akan menemaninya menyelesaikan makan malam sampai tuntas. “Duduklah, Caroline. Aku tahu kau mungkin lelah setelah menyelesaikan pekerjaan rumah seharian,” ucap Moreau pelan. Respons Caroline dapat dipastikan bahwa wanita paruh baya itu berusaha meny

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14

Bab terbaru

  • Perjanjian Terlarang   Jebakan

    “Tidak sulit mencari tahu di mana kau akan tinggal.” Pernyataan tersebut terdengar ambigu. Moreau mengangkat sebelah alis tanpa sadar, sembari memperhatikan cara ayah sambungnya meletakkan perangkat masak yang kotor ke atas westafel. Tidak dimungkiri bahwa penampilan Abihirt natural. Sempurna alami, dengan kemeja polos sewarna biru muda, yang bagian tangan digulung sebatas siku dan memperlihatkan betapa kedua lengan itu indah diliputi urat yang tampak menjalar, kemudian menghilang di balik bahan kain lembut di sana. “Apa ibuku yang memberitahumu?” Setelah mengerjap, Moreau mengembalikan kesadaran dengan kembali bertanya. Memang, begitu banyak cara mengetahui di mana dia akan tinggal, tetapi dugaan tentang Barbara terdengar sebagai kemungkinan paling dekat. Tidak dimungkiri apabila ibunya tiba – tiba bersedia bicara kepada suami wanita itu. “Tidak.” Singkat. Namun, itulah yang ntah bagaimana dengan mudah menarik perhatian Moreau supaya melangkah l

  • Perjanjian Terlarang   Lapar

    Berulang kali kelopak mata Moreau mengerjap oleh sulur – sulur suara yang merambat semakin jelas saat dia akhirnya menatap ke sekeliling ruangan. Tidak ada perubahan signifikan. Hanya beberapa bagian, setidaknya, terlihat sedikit lebih rapi setelah dia melakukan penataan ulang. Moreau meregangkan otot – otot yang terasa kaku. Dia tidak ingat kapan terakhir memutuskan untuk tidur dan ketika terbangun, langit terlihat cukup gelap di luar sana. Sial, dia tertidur cukup lama—dengan suara perut lantang menyaring ke udara. “Kau lapar, Baby?” Sambil memegangi bagian tubuhnya yang masih terlihat rata, Moreau tersenyum—tidak terbiasa bicara seperti ini, tetapi ini mungkin akan menjadi rutinitas krusial. Dia perlu memasak sebelum bisa mencicip sesuatu yang bisa membuatnya kenyang. Barbara telah menyiapkan bahan mentah—mungkin Moreau tidak akan memilih menu berat atau yang akan membutuhkan waktu lebih lama menuju matang. Dia sudah merasa bisa memakan kuda, jika tidak secepatn

  • Perjanjian Terlarang   Rumah Baru

    “Aku memang mengizinkanmu untuk tinggal sendiri dan belajar menjadi mandiri di sini, tapi tidak berarti kau memiliki kebebasan pergi bersama temanmu.” Tidak tahu harus berapa kali Moreau mendengar kata – kata ibunya yang mengandung makna serupa. Mungkin wanita itu tidak akan pernah benar – benar selesai sebelum mengapai kepuasan menuju proses kesimpulan yang menyenangkan. Seluruh bagian dari tempat ini. Dari sudut mana pun—memang adalah pilihan sempurna. Tidak sulit bagi Barbara menemukan rumah layak tinggal dengan kenyaman fasilitas sebagai prospek utama. Rumah barunya. Ya. Moreau menyukai tempat ini. Rasanya, dia tak bisa membayangkan ketenangan seperti apa yang akan dia usahakan. Sekarang dan hari berikutnya dia akan terbebas dari Abihirt maupun drama pernikahan pria itu bersama ibunya; atau yang tidak bisa Moreau lupakan ... mengenai masalah mereka yang tak pernah menuju ujung kesepakatan. Paling tidak, dia bisa mencoba—perlahan – lahan untuk mer

  • Perjanjian Terlarang   Tidak Bisa Melarang

    “Kau tidak bisa mengatakan apa pun, itu artinya kau memang menguping. Sekarang biarkan aku pergi. Juan sudah menunggu di luar.” Moreau bergeser ke samping demi mencari sisa ruang untuk melewati tubuh ayah sambungnya. Namun, telah dipastikan bahwa Abihirt tidak akan melepaskannya begitu saja. “Aku kebetulan melewati dapur dan tidak sengaja melihatmu dan ibumu,” pria itu menambahkan jawaban. Sesuatu yang membuat Moreau merasa tertarik. Paling tidak, bersedia bertahan sesaat. “Lalu kau berhenti dan mendengarkan semuanya, begitu?” dia bertanya. Tidak ada kata – kata terungkap dari mulut Abihirt. Seolah diam ... telah cukup sekadar menegaskan informasi di antara mereka. “Lupakan. Tidak penting juga. Aku sudah terlambat latihan. Jangan melarangku pergi.” Moreau benar – benar tidak berusaha menaruh perhatian apa pun. Dia sungguh akan melanjutkan langkah tertunda, meski secara garis besar Abihirt langsung mengambil tindakan untuk mencegahnya pergi. “Mengapa ka

  • Perjanjian Terlarang   Menguping

    [Cepatlah, Amiga. Aku sudah menunggumu sejak tadi.] Pesan sarat ekspresi tidak sabar dari Juan terus mendesak Moreau saat dia sedang menyiapkan kebutuhan tersisa. Ponsel, tas dan botol minum. Ketiga hal tersebut tidak boleh dilupakan. Juan akan mengatakan segala sesuatu lebih panjang ketika pria itu mendapati ketidaksengajaan yang lantas bermula di antara mereka. Pada akhirnya, mereka harus mengakui bahwa Anitta tidak memberi izin libur, tidak peduli sebenarnya Juan telah mengatakan Moreau mengalami masalah kesehatan—seperti yang malam itu pria tersebut katakan. Semua selesai dalam waktu singkat. Selebihanya, dia hanya perlu dengan cepat mengambil langkah meninggalkan kamar. Harusnya tidak sulit menuju ambang pintu, tetapi keberadaan seseorang di belakang, secara tidak langsung membuat tubuh Moreau terdorong mundur. Dia terkejut. Lantas mengangkat wajah—nyaris tak begitu siap mendapati Abihirt menjulang tinggi diliputi tatapan tajam. Seperti ada kemarahan di dalam

  • Perjanjian Terlarang   Permohonan Kecil

    “Mom, ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu.” Setelah memikirkan pelbagai rencana yang akan dia ambil sepanjang malam. Moreau akhirnya sampai pada keputusan akhir. Keluar dari rumah ini adalah pilihan yang tepat. Mereka tidak akan menghadapi masalah lebih rumit. Tidak akan ada kecemburuan lebih buruk atau membayangkan bagaimana posisinya mengalami kemerosotan tidak adil. “Apa yang ingin kau bicarakan?” Pertanyaan sinis dari Barbara mencuak ke permukaan. Ibunya terdengar tidak dalam suasana hati yang bagus. Namun, bagaimanapun Moreau tidak bisa menunggu lebih lama. Ini desakan darurat dan kebetulan Abihirt tidak terlihat di mana pun di sekitar dapur. Barangkali pria itu sedang disibukkan oleh kegiatan sendiri. “Aku berencana tinggal sendiri.” “Maksudmu kau ingin mengangkat kakimu dari rumah ini?” “Ya.” “Mengapa begitu tiba – tiba?” “Tidak tiba – tiba. Aku merasa sudah cukup besar dan sudah saatnya aku membangun kehidupanku sendiri.”

  • Perjanjian Terlarang   Cara yang Berbeda

    “Kau tidak mencintaiku.” Hanya itu yang Moreau katakan sebagai bentuk antisipasi. Dia tidak ingin terlalu jatuh dan akhirnya terjerembab pada jurang tak bertepi. “Aku mencintamu.” Lagi. Ungkapan Abihirt merupakan bagian dari sikap ingin membantah. Moreau tidak percaya. Dia tak akan pernah bisa percaya setelah semua yang mereka hadapi. Semua terlalu mendadak membayangkan jika ternyata tiba – tiba pria itu akan mengatakan semuanya. “Tidak. Kau mencintai ibuku, Abi. Kau tidak bisa membohongi perasaanmu.” Supaya mereka tetap waras. Moreau mengingatkan ayah sambungnya. Melihat sejauh mana pria itu akan bereaksi. Hampir tidak ada apa pun, sesuatu yang mungkin dapat memberi pengaruh. Ketenangan Abihirt semacam luas samudra—tidak dapat dibelah, sebaliknya dia akan tenggelam tanpa pernah bisa mencapai dasar. “Aku justru membohongi perasaanku sendiri, jika tidak pernah mengatakan ini kepadamu. Kau sangat berarti, Moreau. Maaf, kalau apa pun yang telah kulakukan,

  • Perjanjian Terlarang   Pengakuan

    “Abi, keluarlah.” Moreu tidak ingin menunggu lebih lama. Sudah cukup rasa muak mengadili ketakutan di dalam dirinya. Seseorang berusaha tidak mendengar apa pun, sementara dia sendirian—mati – matian, mendambakan akan ada hasil dari sesuatu yang telah membentuk sebongkah reaksi lelah. Persetan! Moreau tidak peduli. Tindakan yang dia lakukan tidak lagi menyentuh pergelangan tangan Abihirt, tetapi beralih mendorong tubuh pria itu dari belakang. Perlu usaha sangat keras hingga ... setidaknya, ada prospek bagus di mana dia merasakan satu kaki ayah sambungnya mulai terangkat dan sulur – sulur pria tersebut menggeram tidak setuju. Itu bagus. Moreau kembali melakukan pelbagai usaha agar jarak mereka terduga lebih dekat dengan ambang pintu balkon. Dia terlalu memaksa. Barangkali menjadi alasan utama, mengapa sisi berbeda dari diri Abihirt segera mengambil andil. Tidak tahu kemarahan lainnya—yang berasal dari mana, yang akhirnya memenangkan pertempuran. Tubuh Moreau n

  • Perjanjian Terlarang   Tak Pernah Percaya

    “Kau sudah tahu?” Suara serak dan dalam pria itu terdengar lambat, seakan – akan ingin memastikan. “Kenapa? Kau berharap aku tidak pernah tahu. Jadi, kau bisa melakukan segala sesuatu tanpa perlu berpikir bahwa aku akan menolak? Aku bukan mainan-mu, kau tahu itu. Apa yang kau pikirkan, huh? Kau pikir aku masih bersedia menjadi submisif-mu setelah ini? Kau jahat, Abi ....” Nada bicara Moreau diakhiri proses yang mencekat. Dia mengembuskan napas, kemudian mengusap wajah dengan kasar. Abihirt tidak terlihat terpengaruh oleh apa pun. Apakah sungguh tidak terdapat sedikipun penyesalan setelah apa yang telah pria itu lakukan? Moreau merasa sangat bodoh kali ketika dia berharap ayah sambungnya, paling tidak, akan berusaha menawarkan kehangatan. “Aku lepas kendali.” Demikian yang pria itu katakan. Semacam menyiratkan kenyataan bahwa ‘lepas kendali' adalah sesuatu yang perlu dimaklumi. Saat dia masih begitu buta melihat kebenaran. Moreau mungkin akan menc

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status