Share

Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan
Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan
Author: Emylia Arkana Putra

Bab 1

last update Last Updated: 2022-03-18 08:40:28

Setiap mata kini memandangku. Gunjingan demi gunjingan dari para tamu undangan yang datang dalam resepsi pernikahanku dengan Pak Yogi terdengar begitu jelas di telinga.

Bagaimana tidak, Kanaya yang hanya seorang office girl tiba-tiba menjadi istri direktur dari perusahaan besar. 

Semua tak seindah yang kalian bayangkan. Karena aku dan Pak Yogi memiliki perjanjian. Bahwa pernikahan ini hanya akan berlangsung selama enam bulan. Dan setelah itu aku harus siap diceraikan.

Pernikahan macam apa ini?

Aku terpaksa menerima tawaran dari Pak Yogi hanya demi mendapatkan uang. Bukan karena aku perempuan matre, tapi semua itu aku lakukan agar bisa membayar hutang orang tuaku dari rentenir. 

Aku sudah bingung harus mencari pinjaman pada siapa lagi. Gajiku sebagai office girl hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

Sedangkan Pak Yogi sendiri melakukan pernikahan ini agar bisa mendapatkan harta warisan dari kakeknya. Karena menikah adalah syarat untuk memperoleh warisan tersebut.

Pak Yogi dimataku adalah laki-laki yang sangat acuh dengan perempuan. Entah karena pernah sakit hati. Atau memang tidak tertarik dengan wanita. Pertanyaan yang sampai saat ini belum mendapatkan jawaban.

Dan yang masih menjadi misteri. Kenapa Pak Yogi tiba-tiba menawarkan perjanjian tersebut padaku? Kenapa bisa begitu pas dengan kondisiku yang memang benar-benar sedang membutuhkan uang.

…………………

Kini ekor mataku melirik pada sosok laki-laki tampan dengan postur tubuh tinggi dan berkulit bersih yang sudah sah menjadi suamiku. Meski kami berdua memiliki perjanjian di dalam pernikahan. Tapi pernikahan kami bukan pernikahan pura-pura.

"Sampai kapan kamu akan berdiri di sana?" tanya Pak Yogi yang duduk ditepi ranjang.

Seketika mataku membulat sempurna dan sesekali menelan salvia.

"Te - terus, saya harus ngapain, Pak?"

"Kamu masih belum sadar? Kalau kita sudah di dalam kamar," jawab Pak Yogi dengan menatapku.

Aku segera menutup dadaku dengan kedua tangan yang menyilang. Bagaimana ini? Masa' iya, aku dan Pak Yogi tetap melakukan malam pertama? Tidak ... aku tidak mau. Enak saja. 

Tapi, dalam perjanjian itu hanya tertulis tentang pernikahan yang akan berlangsung selama enam bulan saja. Selebihnya tidak ada perjanjian lain.

Berarti ... Pak Yogi berhak atas diriku sebagai seorang istri?

"Jangan berpikir macam-macam! Kamu bukan perempuan typeku!" terangnya dengan menaruh selimut tebal, bantal dan sebuah guling di tanganku. "Kamu tidur di sofa!" terangnya lagi dengan menunjuk sofa mewah dan lebar. Mungkin lebih lebar dari tempat tidurku di rumah.

Hah ... aku pun bernapas dengan lega.

Segera kulangkahkan kaki menuju sofa yang berada persis disamping ranjang Pak Yogi.

"Kamu tidak ganti baju dulu? Memangnya mau tidur pakai gaun pengantin seperti itu?"

Oh iya, aku baru sadar kalau masih mengenakan gaun pengantin. Tapi ... masa' aku ganti baju di depan Pak Yogi?

"Itu pintu ke kamar mandi. Kamu ganti di sana!" jelasnya dengan menunjuk sebuah pintu berwarna putih.

Segera kuambil daster kesayangan yang biasa kupakai untuk tidur dari dalam tas.

Ini beneran kamar mandi? Semewah ini? Bersih dan wangi lagi. Hah ... tidur di sini pun aku betah, ucapku sendiri setelah berada di dalam kamar mandi.

Selesai melepas gaun, aku langsung ganti memakai daster dan ke luar dari kamar mandi.

Untung saja gaunnya simple, jadi bisa dengan mudah aku melepas tanpa harus meminta bantuan. Ngga ngebayangin kalau harus minta bantuan Pak Yogi, hi hi hi, ucapku pelan dengan pikiran yang sedikit ngelantur.

Tiba-tiba Pak Yogi menatapku tanpa berkedip. Raut wajahnya menunjukkan seakan-akan ada yang salah dengan penampilanku.

Aku pun menatap diriku sendiri dari ujung kaki sampai ke atas dada. Tidak ada yang salah. Terus ngapain Pak Yogi menatapku seperti itu?

Dengan cepat aku langsung lari ke arah sofa dan membalut tubuhku dengan selimut.

Pak Yogi terlihat berdiri dan mengambil sesuatu di dalam lemarinya yang begitu besar.

"Ganti!" seru dia dengan memberikan sebuah piyama.

Aku pun mendongakkan wajah ke arah Pak Yogi dengan sedikit bingung.

"Kenapa saya harus ganti, Pak? Daster saya bersih kok. Ngga bau juga," terangku dengan berkali-kali mencium dasterku sendiri.

"Buruan!" terangnya dengan nada lebih tegas.

Aku pun segera mengambil piyama yang ada di tangan Pak Yogi.

"Itu piyama baru, belum pernah saya pakai."

 

Hah ... belum apa-apa sudah banyak aturan. Memangnya salah? Kalau aku pakai daster.

Dengan cepat aku balik lagi ke kamar mandi untuk ganti baju. Kini piyama milik Pak Yogi sudah kupakai. 

Beneran mirip orang-orangan sawah. Apa Pak Yogi tidak mikir? Kalau bajunya pasti kebesaran di badanku. Dasar orang kaya, mentang-mentang banyak duit, apa yang diinginkan harus dituruti. Menyebalkan, ucapku dengan berdiri di depan cermin besar yang ada di dalam kamar mandi.

"Nah, 'kan lebih enak diliatnya."

Apanya yang enak diliat? Kedodoran begini, gumamku dalam hati dengan menghembuskan napas kasar dari mulut.

***

Suasana yang begitu hening di dalam kamar. Pak Yogi dari tadi hanya sibuk dengan laptopnya. Sedangkan aku sendiri belum bisa memejamkan mata. 

Malam pertama yang aneh. 

"Pak ... Pak Yogi," panggilku dengan suara pelan.

"Sudah malam. Jangan berisik! Banyak kerjaan yang harus saya selesaikan," jawabnya ketus.

"Sa - saya boleh tidak, Pak, nonton tivi yang besar itu?" tanyaku dengan menunjuk tivi besar yang menempel di tembok.

Sesaat Pak Yogi menatapku sebelum akhirnya memberikan sebuat remote tivi.

Segera kutekan tombol on untuk menghidupkannya. Kupilih chanel favorit dengan acara lagu dangdut.

Baru sedikit saja terhibur dengan lagu dangdut, tiba-tiba Pak Yogi mengecilkan volumenya. 

"Pak, besarin dikit! Saya ngga denger," rengekku.

Tapi Pak Yogi tetap diam dan mengabaikan ucapanku.

Kurebahkan tubuhku di sofa dengan mata yang masih belum bisa terpejam.

"Pak, kenapa Bapak memilih saya untuk pernikahan enam bulan ini? Kenapa tidak perempuan lain? Atau karyawan di kantor Bapak yang cantik-cantik dan juga pintar," tanyaku dengan menatap langi-langit kamar yang begitu indah.

"Justru karena kamu tidak cantik dan tidak pintar, makanya saya pilih. Biar saat perceraian nanti, orang-orang bisa memahami kenapa saya menceraikan kamu," jawabnya sembari menutup laptopnya.

Kini aku berpikir keras mencoba memahami ucapan dari Pak Yogi. 

"Mak - maksudnya. Kalau perempuan tidak cantik dan tidak pintar seperti saya, bisa diperlakukan semena-mena? Dianggap perempuan bo*oh?"

"Setidaknya kamu tidak rugi dengan pernikahan ini. Jadi cukup ikuti saja sampai tiba waktunya kita bercerai!" terangnya dengan merebahkan tubuh di atas ranjang.

Ya sudahlah, ngapain juga aku harus mempermasalahkan hal ini. Lagian dari awal 'kan memang sudah ada perjanjian sebelum menikah. Yang terpenting hutang-hutang orang tuaku bisa lunas.

Bersambung

Related chapters

  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 2

    Sebenarnya aku masih sangat mengantuk. Tapi berusaha membuka mata karena mencium bau parfum yang begitu menyengat di hidung.Saking nyamannya tidur di sofa empuk, sampai membuatku enggan bangun dari rebahan.Dengan pandangan masih sedikit samar-samar, aku melihat Pak Yogi sudah berdiri di samping sofa."Pak Yogi?" seruku dengan langsung bangun. "Pa - Pak Yogi kenapa berdiri di sini?" tanyaku pada laki-laki yang sudah terlihat rapi dan tampan serta bau wangi parfum yang melekat di tubuhnya.Tiba-tiba dia memberikan dua amplop cokelat di tanganku."Itu uang enam puluh juta dan dua puluh juta," terangnya langsung beranjak pergi begitu saja."Tunggu!" Pak Yogi langsung menghentikan langkahnya. "Saya cuma butuh tiga puluh juta. Kenapa Bapak memberikan sebanyak ini?" Aku langsung mendekati Pak Yogi dan mengembalikan yang lima puluh juta padanya."Kenapa kamu kembalikan?" tanya Pak Yogi dengan memandangku yang masih

    Last Updated : 2022-03-18
  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 3

    "Pak Yogi, saya belum selesai makan, Pak," terangku dengan menahan diri dari tarikan tangan Pak Yogi."Kanaya, cukup!" jawabnya sembari menutup bibirku dengan jari telunjuknya.Aku langsung terdiam dengan tatapan yang terarah pada laki-laki tampan tersebut. Ih ... apa-apaan sih, Kanaya? Ingat ya, nikah enam bulan saja. Jadi kamu harus benar-benar bisa mengontrol perasaan! ucapku sendiri dalam hati."Sudah, memandang saya?"Pak Yogi terus menggandeng tanganku dan mengajak masuk ke dalam kamar.Ya ampun ... kamar lagi, kamar lagi. Emangnya ngga ada tempat lain apa? Secara rumah sebesar ini.Pak Yogi langsung duduk di sofa tempatku tidur dengan masih tetap menggenggam tanganku.Dia terlihat seperti memikirkan sesuatu yang sangat serius. Aku masih berdiri dengan tangan yang digenggam Pak Yogi, berusaha untuk melepaskan.Bukannya terlepas, tapi justru tubuhku terjatuh di atas tubuh Pak Yogi yang seket

    Last Updated : 2022-03-18
  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 4

    Mobil Pak Yogi berhenti di depan sebuah salon. "Ayo turun!"Aku pun mengekori langkah Pak Yogi. Kami masuk ke sebuah salon yang begitu mewah. "Pak. Bapak mau nyalon di sini?" Pak Yogi hanya diam tanpa menghiraukan pertanyaan dariku.Terlihat beberapa karyawan salon yang sangat cantik. "Pantes nyalon di sini. Karyawannya saja cantik-cantik begitu." Pak Yogi menghentikan langkahnya dan menatapku serius."Kamu bisa diam ngga?"Segera kututup bibirku dengan tangan."Saya minta, kalian rubah perempuan aneh ini menjadi cantik!" pinta Pak Yogi pada karyawan salon."Eh, Yogi. Ada yang bisa kami bantu?" tanya perempuan cantik dengan rambut berwarna cokelat dan postur tubuh yang semampai."O - oh. Aku nganter istriku nyalon."Perempuan tersebut menatapku dari ujung kaki sampai ujung kepala. "Di - dia istri kamu, Gi? Aku denger sih, kamu udah nikah. Tapi ....""Maaf. Pernikahan kami memang dipercepat. Jadi banyak tema

    Last Updated : 2022-03-18
  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 5

    Kakek Jaya tersenyum melihat perubahanku."A - aneh ya, Kek?""Bukan aneh, tapi kamu sangat cantik, Nay. Pantes cucu Kakek terpikat."Aku tersenyum malu menanggapi pujian Kakek Jaya. Sedangkan Pak Yogi, seperti biasa, dia hanya diam dengan sikapnya yang kaku."Kamu betah 'kan Nay, tinggal di rumah ini? Kalau kurang nyaman karena ada Kakek, kalian bisa tinggal di rumah yang satunya lagi. Kakek tidak keberatan. Kalian 'kan sudah menikah."Sebenarnya enakan tinggal di rumah Bapak dan Ibu. Bisa nyantai. Rumah sebesar dan semewah ini tak menjamin rasa nyaman. Apalagi ... punya suami nyebelin, kaku dan sombong, ucapku dalam hati dengan melirik Pak Yogi yang duduk di sampingku.Seketika Pak Yogi menatapku. Dia menggeser duduknya lebih dekat. "Kamu membatin saya?"Aku melihat ke arah Kakek Jaya dengan senyum yang dibuat-buat."Kalian ini. Sudah dekat hampir satu tahun. Tapi masih terlihat kaku."

    Last Updated : 2022-03-18
  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 6

    Pagi ini aku joging dengan Kakek Jaya di depan rumah."Kakek tiap hari joging seperti ini, ya?" tanyaku dengan menggerakkan tangan ke kanan dan ke kiri."Iya, Nay. Sudah jadi rutinitas wajib untuk Kakek. Dulu Yogi selalu menemani Kakek. Sekarang dia terlalu sibuk dengan kerjaannya.""Iya tuh, Kek. Di kamar saja sibuk dengan laptopnya."Kakek Jaya tersenyum dengan pandangan tetap ke depan. "Tapi kamu cinta 'kan Nay dengan cucu Kakek?""Cinta? Pak Yogi itu bukan type Nayla, Kek. Jadi mana mung ... kin." Astaga. Keceplosan. Aduh, Nay ... to*ol banget sih, kamu, ucapku dalam hati dengan menepuk bibirku sendiri.Kakek Jaya langsung menghentikan gerakan jogingnya. "Apa, Nay?"Ma*pus. Tamat riwayatmu, Nay.Belum sempat aku menjawab. Pak Yogi tiba-tiba datang di situasi yang begitu menegangkan."Kek. Besok Yogi sudah mulai berangkat ke kantor lagi." Kakek Jaya tidak menjawab ucapan Pak Yogi. Beliau masih teru

    Last Updated : 2022-03-18
  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 7

    Netraku membulat sempurna ketika melihat isi kotak yang diberikan Kakek Jaya.Sebuah kalung yang begitu indah. Sangat indah. Dan juga sebuah kunci. Tapi aku sendiri tidak tahu itu kunci apa.Di dalam kotak tersebut terselip sebuah surat.Untuk Kanaya, cucu mantu tersayang.Kanaya. Kakek berharap, kamu mau memakai kalung tersebut.Sebelum neneknya Yogi meninggal, dia pernah berpesan agar kalung tersebut diberikan pada siapapun perempuan yang menjadi istrinya, Yogi. Dan Kakek sudah memenuhi wasiat dari neneknya Yogi.Sedangkan untuk kunci. Kamu simpan baik-baik! Jangan sampai siapapun tahu tentang kunci tersebut! Bahkan Yogi sekalipun.Suatu saat, kamu pasti akan membutuhkan kunci itu.Salam sayang dari Kakek Jaya.Memangnya ini kunci apa? Kenapa Kakek memberikannya padaku? tanyaku dalam hati dengan begitu penasaran."Apa isi kotak itu, Nay?"Segera kusimpan kunci dan surat di kantong celana sebel

    Last Updated : 2022-04-01
  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 8

    "Dari tadi Kakek perhatikan, sikap kalian tidak seperti biasanya? Ada apa? Kalian sedang bertengkar?" Setelah kejadian tadi malam, sikap Pak Yogi lebih banyak diam. Ya ... meskipun setiap hari memang cuek, tapi ada kalanya dia bicara. Meskipun menyebalkan. Apa dia marah karena kejadian tadi malam? Aku 'kan tidak sengaja tidur di kasurnya. Lagian aku sudah berusaha bangunin, juga. Terus. Salahku di mana? "Ng - ngga ada apa-apa kok, Kek," jawabku dengan senyum kaku. "Mas Yogi mau sarapan roti pake selai apa? Biar Naya ambilin?" Aku berusaha bersikap perhatian. Semua ini kulakukan untuk Kakek Jaya. Sama sekali Pak Yogi tidak menanggapi ucapanku. Hih, benar-benar ya, nih, cowok. Kaya' anak kecil saja ngambeknya. "Sayang ... pake selai apa?" tanyaku dengan suara halus sembari menginjak kakinya. "Aaa ...," teriak Pak Yogi karena kakinya kuinjak. "Ada apa, Gi? Kamu seperti kesakitan." Pak Yogi men

    Last Updated : 2022-04-01
  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 9

    POV Author--------Yogi segera mengunci pintu kamar setelah Kanaya keluar dengan membawa bunga yang sangat mengganggunya."Lama-lama bisa gila menghadapi kelakuan Kanaya. Kenapa bisa, waktu itu saya memilih dia untuk perjanjian menikah selama enam bulan? Hahh ..., tapi semua sudah terjadi," gerutu Yogi dengan memegang kepala.Baru saja Yogi sedikit tenang. Tiba-tiba Kanaya sudah balik lagi.Dok dok dok"Pak Yogi ... bukain pintunya! Saya mau ambil ponsel!" teriak Kanaya dengan terus menggedor pintu."Hari ini kamu tidak boleh masuk kamar, Nay! Saya mau istirahat tanpa ada gangguan dari kamu.""Okey. Tapi ambilin ponsel dan baju saya, Pak! Nanti saya ganti pakai baju apa?""Bukan urusan saya," jawab Yogi ketus."Iiih ... awas saja kamu, Pak Yogi." Dengan perasaan kesal, Kanaya pun langsung pergi."Ada apa, Mbak Naya? Kok cemberut begitu?" tanya Minah salah satu ART yang sedang sibuk memb

    Last Updated : 2022-04-02

Latest chapter

  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 35 Tamat

    Sudah sore, tapi Yogi belum pulang dari kantor. Dia masih sibuk menyelesaikan masalah yang terjadi di perusahaan selama dipegang oleh Zein.Kanaya yang sudah selesai membantu Dina memasak. Dia langsung mandi dan dandan begitu cantik. Malam ini Kanaya ingin menyambut kepulangan Yogi dengan penampilan spesial. Tidak berapa lama, terdengar suara mobil Yogi. Kanaya merasa senang sekali. Akhirnya yang dia tunggu pulang juga.Yogi pun langsung masuk ke dalam kamar. Dia meletakkan tas kerja dan langsung merenggangkan dasi."Ekhem ...." Kanaya berdehem kecil.Yogi hanya diam. Dia sama sekali tidak menanggapi Kanaya. "Mas, kamu capek, ya?" tanya Kanaya dengan mendekatkan wajahnya agar Yogi melihat dia yang sudah dandan cantik.Lagi-lagi Yogi mengabaikan Kanaya.'Ini orang kenapa, sih? Apa karena masalah di kantor? Ya ... percuma dong aku dandan cantik begini. Kalau Mas Yogi saja cuek,' Kanaya pun duduk di sampingnya."Kamu kenapa, Mas? Apa karena masalah kantor yang kemarin?" Kanaya ingin me

  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 34

    Pagi yang sangat indah. Kanaya terlihat enggan untuk beranjak dari tempat tidur. Semalam, Yogi memeluk erat dirinya. Meskipun sampai saat ini, mereka belum melakukan malam pertama sebagai suami istri.Kanaya belum tersadar kalau sebelahnya sudah tidak ada Yogi. Melainkan guling yang ditutup selimut."Mbak Naya. Mbak ...," panggil ART sembari mengetuk pintu."Ya ... sebentar!"Kanaya segera beranjak dari tempat tidur untuk membukakan pintu."Ini, Mbak, sarapannya. Tadi Mas Yogi yang meminta saya untuk mengantar sarapan buat Mbak Naya.""Mas Yogi? Lha. Mas Yogi 'kan masih tidur."ART yang mengantar sarapan tersenyum. "Mas Yogi sudah berangkat ke kantor dari tadi, Mbak Naya.""Terima kasih ya, Mbak." Kanaya segera mengambil nampan dari tangan Mbak Minah dan meletakkan di atas meja. Lalu balik lagi ke tempat tidur dan menyibak selimut. "Guling? Aku pikir Mas Yogi masih tidur." Drrttt drrrttt drrtttPonsel di atas nakas bergetar. Kanaya pun langsung mengambilnya."Mas Yogi, VC? Tumben."K

  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan    Bab 33

    Teriakan amarah terdengar dari kamar Zein. Semua barang-barang dia lempar sampai berserakan. Dia sangat kecewa dan kesal dengan keputusan Kakek yang menurutnya tidak adil. Sangat tidak adil. "Zein. Kamu tidak boleh menyerah begitu saja!" ucap Dina yang langsung masuk ke kamar anaknya. "Rayu Kakek kamu, Zein!" Menoleh dengan wajah yang memerah. "Mama pikir, Kakek mau mendengar ucapan Zein? Tidak, Ma." "Semua ini gara-gara Yogi. Dia selalu mendapat apa yang Kakek punya. Mama juga kecewa dengan keputusan kakekmu." Dina tak kalah kesal. "Mama jangan salahkan Yogi! Tadi kalian dengar sendiri 'kan? Sebenarnya Yogi juga berat menerima keputusan tersebut." Dina yang tadi duduk di tepi tempat tidur langsung beranjak mendekati suaminya dengan tatapan penuh amarah. "Apa Papa tidak lihat? Zein begitu terpukul dengan keputusan kakeknya. Dan sekarang, Papa justru membela Yogi. Apa karena dia anak kandung Papa? Iya?" Rudi menghembuskan napas berat. Dia berjalan menuju arah jendela. Berdiri d

  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 32

    Sampai juga Yogi dan Kanaya di rumah Kakek. Rumah yang telah menumbuhkan benih-benih cinta pada mereka. Yogi hanya terdiam. Ketika Pak Didik sudah memarkirkan mobil di depan rumah. Pandangan lurus ke depan seakan Yogi masih ragu untuk keluar. Kanaya pun memandang laki-laki tampan yang telah memikat hatinya tersebut. Tangannya dikibaskan di depan wajah Yogi. "Mas ... Mas Yogi."Seketika Yogi menoleh ke arah Kanaya."Sudah sampai, Mas. Kenapa diam saja? Ayo turun!" Dengan langsung membuka pintu mobil. Kanaya turun lebih dulu.Dia segera membukakan pintu mobil untuk Yogi. "Ayo turun! Kalau ngga mau turun, ngapain tadi ke sini?" Kanaya menarik tangan Yogi.Yogi akhirnya menerima ajakan Kanaya untuk keluar dari mobil. Netranya langsung terarah pada mobil milik papanya. Yogi hanya diam dan berdiri di depan rumah. Lagi-lagi Kanaya harus sedikit memaksa agar Yogi mau masuk ke dalam."Assalamu'alaikum. Kakek ...," ucap Kanaya. Sikapnya masih sama seperti dulu. "Wa - Wa'alaikumsalam." Terden

  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 31

    "Ka - Kakek," ucap Kanaya begitu terkejut melihat Kakek Jaya yang tiba-tiba datang."Zein. Pulang!" titah Kakek dengan menatap tajam Zein. Sesaat Kakek memandang Yogi dan Kanaya. Lalu pergi meninggalkan mereka begitu saja. Tanpa ada sepatah katapun yang terucap untuk Yogi dan Kanaya.Zein segera mengikuti langkah kakeknya tersebut. Yang berjalan keluar dari restaurant."Kakek tunggu di rumah!" Zein pun hanya menjawab dengan anggukan. Kakek Jaya langsung masuk ke dalam mobil meninggalkan Zein yang masih berdiri di halaman restaurant.Dengan cepat, Zein pun langsung menuju mobilnya untuk segera pulang ke rumah.---"Duduk!" titah Kakek sesaat setelah Zein sampai di rumah.Zein pun duduk berhadapan dengan kakeknya. "Ada apa, Kek? Kenapa menyuruh Zein pulang? 'Kan masih jam kerja kantor.""Kakek tidak suka dengan sikapmu tadi. Memalukan.""Memalukan? Maksud Kakek?" Zein benar-benar tidak tahu diri. Dia masih bersikap seolah-olah tidak melakukan hal yang salah. Dia selalu merasa benar

  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 30

    Hari begitu cepat berlalu. Tak terasa sudah hampir satu bulan Yogi tinggal di rumah orang tua Kanaya. Yogi masih terus menekuni pekerjaannya sebagai tukang becak menggantikan Heru—mertuanya.Sebenarnya, bisa saja Yogi mencari pekerjaan di kantor. Apalagi dengan kemampuannya yang sudah tidak diragukan lagi sebagai mantan seorang direktur. Tapi dia merasa mendapat kenyamanan tersendiri sebagai tukang becak. Untung saja kedua mertuanya tidak pernah memandang Yogi dari segi materi. Meskipun sekarang dia tidak memiliki kemewahan seperti dulu, tapi Tari dan Heru tetap menerimanya sebagai suami dari putri semata wayang mereka. Justru dengan kejadian ini. Orang tua Kanaya merasa bersyukur. Karena pada akhirnya bisa menyatukan Yogi dan Kanaya dalam sebuah pernikahan sebenarnya. Bukan pernikahan dengan perjanjian.Hubungan Yogi dan Kanaya sendiri sebagai suami istri masih tetap sama. Mereka belum pernah melakukan hal yang sebenarnya sudah halal dalam pernikahan. Meskipun demikian, semakin har

  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 29

    Senyum mengembang membingkai bibir Zein. Dia begitu senang karena akhirnya Kakek memberi kesempatan padanya untuk menggantikan posisi Yogi di kantor.Zein berdiri di depan cermin dan menatap bangga dirinya sendiri."Aku memang lebih pantas menjadi direktur. Harusnya dari dulu Kakek mengambil keputusan seperti ini." Senyum jahat Zein mengembang."Kenapa Kakek mengusir Yogi? Harusnya office girl itu saja yang Kakek usir! Yogi menikah dengan perjanjian karena dia tidak mencintai perempuan itu. Semua juga gara-gara Kakek yang memaksa Yogi untuk segera menikah." Suara lantang Siska membuat Zein keluar dari kamarnya.Kakek tidak menghiraukan ucapan Siska. Beliau hanya diam saja."Siska. Jaga bicara kamu!" tegur Zein mencari muka di depan kakeknya. Dia langsung menarik tangan Siska dan mengajaknya keluar."Lepas! Apa-apaan sih kamu, Zein?"'Perempuan ini bisa bahaya juga untukku. Dia pasti berharap Yogi kembali dan menjadi direktur lagi di p

  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 28

    BrakkkZein menggebrak meja. 'Seenaknya saja Yogi memukulku seperti tadi,' batinnya dengan menahan kesal.Kakek Jaya yang baru saja pulang. Beliau memandang ke arah Zein dan mendekatinya. "Kamu kenapa, Zein?""Kakek mau tau kenapa? Lihat ini, Kek!" ucap Zein sembari menunjuk wajahnya yang lebam. "Semua ini karena Yogi.""Yogi? Memangnya kenapa dia sampai melakukan hal seperti itu?"'Saya tau. Yogi bukan orang yang ringan tangan. Pasti ada sebab, kenapa dia sampai menyakiti Zein,' batin kakek."Zein hanya bilang jangan mempermalukan keluarga Adijaya. Hanya itu saja. Tapi Yogi tiba-tiba emosi."Zein tidak mengakui kesalahannya di depan Kakek. Padahal sudah jelas, Yogi memukul dia karena telah merendahkan Kanaya."Bikin malu?" Kakek terlihat penasaran dengan ucapan Zein."Iya, Kek. Kakek tau, sekarang Yogi menjadi tukang becak. Memalukan sekali 'kan Kek?"'Yogi menjadi tukang becak? Apa dia bisa mel

  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 27

    Heru mengajak menantunya mangkal di pertigaan tak begitu jauh dari rumahnya."Kita mangkal di sini saja, Nak Yogi! Yang dekat-dekat dulu.""Baik, Pak."Yogi dan Heru duduk di samping becak sembari menunggu penumpang datang."Nak Yogi apa tidak malu menarik becak seperti ini?" tanya Heru membuka obrolan."Apa Bapak malu menjadi tukang becak?" Sebuah pertanyaan kembali dibalikkan Yogi pada mertuanya."Tidak, Nak Yogi. Kenapa harus malu? Kalau kita kerja dengan cara halal.""Itu juga jawaban dari saya, Pak.""Tapi Nak Yogi 'kan beda dengan Bapak. Nak Yogi orang kaya. Selalu mendapatkan apa yang diinginkan dengan mudah. Tanpa harus bersusah payah."Yogi memandang ke arah jalan. Dia tersenyum mendengar ucapan mertuanya tersebut."Sekarang saya bukan orang kaya lagi, Pak. Dan Bapak salah kalau menganggap semua yang saya inginkan bisa didapat dengan mudah. Sejak kecil, saya tidak pernah mendapat kasih sayang

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status