Beranda / CEO / Perjanjian Cinta Om Duda / Bab5. Ulang tahun nenek

Share

Bab5. Ulang tahun nenek

Penulis: Warnyi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ternyata, Maheswari telah merencanakan untuk menggantikan acara ulang tahun nenek dengan pertunangan Aryan dan Eira. Bahkan nenek pun sudah mengetahuinya.

"Apa ini tidak terlalu membebani Eira? Walau bagaimana pun, dia belum memberi persetujuan pada sebuah pertunangan," ujar Aryan saat mereka sedang berbicara di ruang kerja sang ayah setelah makan malam. Dia berusaha menghindar dari acara dadakan yang direncanakan oleh kedua orang tuanya.

"Kalau dia tahu, itu namanya bukan kejutan dong?" jawab Maheswari sigap. "Lagi pulan, apa kamu tidak kasihan pada ibumu ini yang sudah sangat ingin menggendong cucu?"

Aryan menghembuskan napas pelan, pundaknya tampak turun kala melihat wajah memelas Maheswari. Tenyata bukan pertunangan yang akan terjadi besaok, tetapi lamaran untuk Eira di tengah acara ulang tahun nenek.

"Bukankah kalian sudah cocok?" Edrik yang sejak tadi hanya memperhatikan mulai membuka suara.

Aryan mengangguk.

"Kalau begitu, sekarang atau nanti apa bedanya?" tanya Edrik lagi.

Aryan kehilangan kata-kata untuk berkelit, Kini dirinya hanya bisa pasrah pada rencana ibu dan ayahnya yang begitu mengejutkan. Dia hanya terdiam sambil memijat pangkal hidungnya yang tiba-tiba saja terasa berdenyut. Ini sama sekali tidak sesuai seperti yang dia bayangkan.

***

Esok harinya, keluarga besar sudah mulai berdatangan sebagai tamu acara ulang tahun nenek. Tak ada sama sekali yang diberi tahu lebih dulu tentang rencana lamaran Aryan pada EIra.

Acara ulang tahun nenek dilaksanakan setelah semua tamu yang merupakan sanak saudara dan keluarga telah hadir. Seiring semakin banyaknya tamu, Eira pun mulai menjadi pusat perhatian, mengingat ini baru pertama kalinya Aryan menggandeng perempuan lagi setelah kejadian dua tahun lalu.

"Tetap berada di sampingku dan jangan asal bicara," peringat Aryan pada Eira, saat mereka mulai bergabung dengan sanak keluarga.

Eira mengangguk sebagai jawaban. Berada di tengah acara keluarga besar seperti ini cukup mengingatkannya akan kehidupannya yang dahulu, ketika kedua orang tuanya masih hidup.

Cukup banyak yang menyapa Aryan dan Eira, mereka sempat berbincang beberapa saat sambil menunggu acara puncak berlangsung. Namun, semakin lama Eira berada di tengah keluarga Aryan, semakin dia tahu bagaimana sikap mereka pada laki-laki itu.

"Aku rasa mereka tidak terlalu menyukai Bapak?" gumam Eira yang sudah tak bisa lagi menahan rasa penasarannya.

"Saya tidak pernah bilang kalau keluarga ini harmonis," jawab Aryan seperti biasanya.

Eira mendengus samar melihat wajah Aryan yang masih saja datar. 'Kalau kayak gini terus mana ada yang percaya kalau kita berdua adalah pasangan.'

Beberapa saat kemudian, Eira sudah bersama dengan Maheswari untuk diperkenalkan pada sanak sudara. Namun, kegiatan itu harus terhenti kala seorang wanita paruh baya menghampiri mereka.

"Wah, siapa ini? Kok aku belum pernah lihat?"

Seorang wanita paruh baya menghampiri Eira dan Maheswari dengan gaya berjalan yang sangat elegan dan pakaian bermerekanya. Dia tampak menatap remeh keberadaan Eira.

"Ini Eira, calon mantuku, Mba" jawab Maheswari sambil tersenyum ramah. Dia mengusap pelan pundak Eira sambil melanjutkan ucapannya. "Perkenalkan, ini Herlita, bibi Aryan."

"Halo tante," sapa Eira sambil tersenyum ramah.

Herlita hanya mengangguk sebagai jawaban, tanpa mau menjabat tangan Eira. Dia memperhatikan penampilan Eira yang menggunakan gaun berwarna biru laut yang sudah disiapkan oleh Maheswari sebelumnya.

"Jadi ini calon istrinya Aryan?" Herlita berkata sinis sambil melirik kilas Eira, lalu melanjutkan. "Syukurlah, kalau Aryan sudah bisa melupakan Alderia. Tapi, bagaimana ya, nanti perasaaan Mba Asih, kalau tahu Aryan sudah bahagia setelah kejadian dua tahun lalu?"

Kerutan di kening Eira terlihat samar, kala dia melihat raut wajah Maheswari yang tampak tegang, saat mendengar ucapan Herlita. 'Apa yang terjadi dua tahun lalu?'

"Apa lagi kalau sampai dia tahu bagaimana penampilan calon istri Aryan ini," sambung Herlita sambil menatap hina penampilan Eira dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Berbeda jauh banget dari Alderia yang seorang selebgram terkenal--" Herlita terus mencecar Eira dengan berbagai pertanyaan sebagai perbandingan dengan Alderia.

Eira mengepalkan tangannya, dia sudah cukup geram mendengar semua perkataan julit dari Herlita. Jika saja ini bukan acara keluarga Aryan, sudah pasti dia akan melawan mulut pedas Herlita.

Maheswari yang mengetahui perubahan wajah calon mantunya, mencoba untuk meredam kemarahan dengan cara menggengam tangan Eira. Bergerak satu langkah ke depan sambil menatap lurus wajah Herlita.

"Sudahlah, Alderia hanyalah masa lalu Aryan. Sepertinya tidak pantas kalau kamu membahasnya di hari bahagia Ibu?"

"Aku hanya berbicara kenyataan, kenapa Mba sewot begitu? Dia juga baik-baik saja tuh" sinis Herlita.

'Sialan nih emak-emak. Kayaknya dia kebanyakan makan pare deh, mulutnya pait banget!' Eira membatin.

"Lagi pula, apa Mba tidak berfikir, bagaimana berita di luar sana kalau sampai mereka tahu jika Aryan menikahi gadis sederhana seperti ini?" Herlita masih terus mencibir Eira. Dia melanjutkan. "Aku dengar, bahkan kedua orang tuanya sudah meninggal dan sekarang kakaknya juga sedang dirawat di rumah sakit."

Eira mengepalkan tangannya, menahan gemuruh amarah di dalam dada. Sungguh, dia tidak bisa lagi menahan kesabarannya.

Sementara itu, di sisi lainnya Aryan yang sedang berbincang dengan beberapa orang keluarga tampak mencuri pandang pada Eira. Namun, kerutan di keningnya tampak terlihat kala telinganya samar mendengar percakapan ibu dan bibinya.

"Saya permisi dulu," pamitnya sambil beranjak berjalan menghampiri Eira.

"Apa salahnya dengan Eira? Pasanganku adalah pilihanku sendiri, urusanku sendiri. Saya tidak pernah perduli dengan ucapan orang lain." Aryan tiba-tiba datang sambil menarik pinggang Eira ke dalam dekapannya.

"Lagi pula, saya tidak butuh wanita sempurna. Karena, EIra Zafran sudah cukup untuk menjadi pendamping hidupku." Aryan mengangkat dagu Eira hingga tatapan keduanya bertemu. "Benar kan, Sayang?"

Deg! Jantung Eira tiba-tiba berdebar kenang. 'Astaga, kenapa hari ini aku ngerasa Pak Aryan ganteng banget ya?'

Eira mengerjap pelan, tatapan hangat Aryan hampir membuatnya kehilangan kendali pada hatinya. Dia menggeleng pelan. 'Sadar, Ra ... ini cuma sandiwara.'

Pelukan Aryan yang semakain mengerat hingga kini tubuh keduanya menempel, menyadarkan Eira dari lamunannya. Dia melirik wajah Aryan kilas sebelum mengangguk pasti, membenarkan ucapan Aryan sebelumnya.

"Saya tahu, Tante yang mengenalkan Alderia padaku. Karena itu saya masih menghargai Tante sampai sekarang. Tapi, jika Tante mengusik kehidupanku dan Eira, saya tidak akan diam lagi," tegas Aryan. Dia berpamitan pada Maheswari lalu mengajak Eira menuju ke depan dan tiba-tiba berlutut di depannya.

"Maukah kamu menikah denganku?" ujar Arya sambil memegang sebuah cincin di tangannya. Namunm, kegiatan itu terpaksa harus kembali terhenti kala sebuah suara teriakan tiba-tiba terdengar dari pintu masuk. "Tunggu! Aku tidak setuju dengan hubungan mereka!"

Bab terkait

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab6. Pembunuh?

    "Tunggu! Aku tidak setuju dengan hubungan kalian!" Seorang wanita dengan lipstik merah menyala berdiri di depan pintu masuk. Napasnya tampak memburu, begitu juga raut wajahnya yang amat sangat marah."Mba Asih?" Maheswari bergumam pelan. Dia terkejut dengan kedatangan wanita paruh baya itu.Begitu juga dengan Aryan yang tampak berdiri mematung dengan tatapan yang rumit. Tak jauh berbeda para sanak saudara yang juga berada di sana.Sementara itu, Eira hanya bisa menatap bingung reaksi semua orang. Dia yang tak tahu apa-apa hanya bisa terdiam dan menyaksikan momen aneh yang sedang terjadi.Plak! Sebuah tamparan yang sangat keras mendarat tepat di pipi Aryan. Namun, laki-laki itu masih tak bereaksi. Walau wajahnya terlihat pucat pasi, dengan mata yang mulai memerah. "Kamu tidak pantas mendapatkan semua ini! Pembunuh sepertimu, harusnya menderita seumur hidup!" teriak Asih tepat di depan wajah Aryan.Deg! 'A-apa maksudnya? Pembunuh?' Eira membolakan matanya, dia tak sanggup lagi menahan

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab7. Luka berkepanjangan

    "Kamu?" Bibir tipis itu bergumam pelan. Matanya menatap Eira dengan pandangan yang sulit untuk diartikan. Aryan memutari kursi taman lalu berdiri tepat di depan Eira dan mengambil alih payung."Maaf, Pak. Saya cuma takut bapak sakit karena kehujanan," gumam Eira pelan. Sempat mengerjap beberapa kali sebelum matanya dia arahkan pada sepasang sendal rumahan berwaran merah muda yang sedang dirinya pakai. Sorot tajam dari sepasang iris mata Aryan mampu membuat nyalinya menciut. Seolah kebetulan yang tak selamanya akan datang, pada saat itu juga hujan turun semakin lebat, hingga membuat tubuh keduanya tak terlindungi oleh satu payung yang dibawa Eira, sekaligus menyadarkan keduanya dari tubuh yang terpaku di tempat. "Hujan. Ayo kita masuk," ujar Aryan sambil merangkul pundak Eira, agar tubuh keduanya lebih merapat.Deg! Jantung Eira seolah terpacu hingga berdebar begitu cepat, kala tangan besar dengan rasa dingin itu menempel di lengannya yang tak terhalang oleh baju dan menariknya denga

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab8. Ancaman

    "M-maaf, aku cuma lewat. Aku gak denger apa-apa kok," ujar Eira cepat. Karena terkejut, dia bahkan tak bisa mengendalikan dirinya hingga suaranya sedikit terbata. Aryan menelisik wajah panik Eira. Bahkan tanpa Eira menyangkal pun, dia tahu betul jika gadis itu sudah mendengar semuanya. Namun, alih-alih menegur, Aryan lebih memilih segera berlalu, meninggalkan Eira begitu saja dengan rasa bersalahnya.'Ish, ngapain sih kamu tuh jadi orang kepo banget, Ira-Ira.' Eira menggeleng lemah sambil terus menyesali perbuatannya yang tak bisa menahan rasa keingin tahuannya.Ya, dia memang tak sengaja mendengar perbincangan Aryan dan kedua orang tuanya ketika berjalan melewati kamar Maheswari dan Dedrik, karena pintu kamar yang sedikit terbuka. Tak kuasa menahan rasa penasaran, Eira malah berhenti dan menguping. Namun, kini dia berasa menyesal karena sudah bersikap lancang. ***Setelah sarapan bersama, Aryan dan Eira berpamitan untuk kembali ke rutinitas masi

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab9. Jadi menantu Ibu

    "Kamu gak papa?" Aryan segera berjalan menghampiri Eira. Dia mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan Asih. Namun, dirinya tak juga menemukannya. "Ra?" Aryan harus sedikit menggoyangkan tubuh Eira agar gadis itu menyadari keberadaannya. "Bapak-" Bibir bergetar Eira bergumam lirih. Matanya perlahan bergulir hingga kini tepat menatap wajah Aryan. "Kamu baik-baik saja? Apa ada yang terluka?" tanya Aryan sambil meneliti tubuh Eira, memastikan jika gadis itu tidak memiliki luka sedikit pun. Namun, kekacauan yang dibuat Asih masih membuatnya khawatir, apa lagi dia tidak tahu di mana wanita itu berada. "Di mana Tante Asih?" Eira hanya menggeleng sebagai jawaban, tetapi matanya kembali mengedar menatap sekitar, lalu bergumam sangat lirih. "Sudah pergi." Aryan menghembuskan napas lega. Walau kini matanya menyipit melihat ada darah di kaki Eira, sepertinya terkena pecahan kaca. "Kamu terluka." Perlahan Aryan memapah tubuh Eira un

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab.10 Bersiap menjadi istri

    Aryan berjalan cepat memasuki retoran tempat Maheswari dan Eira berada, dia langsung bergegas datang setelah menyelesaikan rapatnya. Sungguh, akibat keputusan ibunya yang akan langsung melamar Eira, dia sama sekali tidak bisa fokus dalam mengerjakan pekerjaannya.Semua ini terjadi karena kabar kedatangan Asih ke apartemennya yang telah sampai pada kedua orang tuanya, kini mereka mendesaknya untuk segera menikah. Padahal Aryan sudah berusaha sebaik mungkin menutupi kekacauan yang dibuat Asih. Namun, tampaknya kedua orang tuanya memiliki banyak mata yang mengawasinya di mana pun dia berada.Aryan berdiri di pintu masuk restoran sambil menetralkan napasnya yang terasa memburu. Jantungnya berdebar tak menentu entah karena apa. Pandangannya dia edarkan ke seluruh sudut, mencari keberadaan Maheswari dan Eira. Lalu, meneruskan langkahnya kala matanya telah menemukan dua orang yang dirinya cari."Ibu," sapa Aryan sambil duduk di samping Eira."Nah, kebert

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab11. Janji suci yang ternodai

    "Bibi," sapa Eira begitu dia berdiri di depan Wati. Diam-diam dia melirik wanita paruh baya yang selalu bersikap arogan di depannya. Walau begitu, Eira masih berharap jika bibinya akan berubah pikiran dan kembali menerima dirinya dan Gilang sebagai keluarga. "Duduk!" titah Wati sambil menunjuk kursi di depannya menggunakan dagu.Eira mengangguk lalu duduk. "Kenapa kita bertemu di sini, Bi? Apa Bibi gak mau lihat Kak Gilang?" Wati tersenyum sinis. "Kamu pikir aku ke sini untuk menjenguk mayat hidup sepertinya? Jangan harap." "Bibi!" Tanpa sadar, Eira meninggikan suaranya. Dia tak terima jika Gilang disebut sebagai mayat hidup. "Kakakku masih hidup dan sebentar lagi dia akan sadar, tolong ingat itu, Bi!""Benarkah? Lihat saja nanti, sampai kapan dia akan bertahan dan kamu bisa mendapatkan uang untuk membiayainya," ejek Wati sambil terkekeh sinis. Eira mengepalkan tangannya, kini dirinya mulai menyesal karena telah menemui wanita jahat itu dan masih mengharapkan kebaikannya. "Kalau Bi

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab.12 Bayangan masalalu

    "Bu-bulan madu?" Eira menatap bingung Aryan dan Maheswari secara bergantian. Bukankah ini hanya sebuah pernikahan palsu, tetapi kenapa harus ada bulan madu? Bagaimana dengan pekerjaanya, terlebih dia juga masih harus mengurus Gilang."Iya, sayang. Ini adalah tiket bulan madu selama sebulan."Eira semakin terkejut kala mendengar waktu bulan madu yang sangat panjang. "Ta-tapi, Bu-" Eira semakin merasa prustasi ketika melihat Aryan yang diam saja. Jelas-jelas acara ini tidak ada dalam perjanjian, dia tidak akan mau jika harus meninggalkan Gilang dalam waktu yang lama."Terima kasih untuk hadiahnya, Bu, Papah. Tapi, apa kita bisa membicarakan semua ini nanti saja," pinta Aryan yang akhirnya membuka suara."Baiklah. Tapi, keberangkatan kalian besok pagi, jadi jangan sampai terlambat ya." Maheswari mengelus pelan pundak Eira sambil tersenyum lembut.Eira hanya mengangguk pelan sebagai jawaban. Dia bahkan sudah tidak berselera lagi unt

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab.13 Malam pertama

    Aryan berdiri di bawah dinginnya tetes air shower yang terus membasahi tubuhnya. Menyugar rambut basahanya, dia mendongak membiarkan wajahnya langsung terkena air sambil terus mengatur napasnya yang masih memburu. Aryan merutuki dirinya sendiri yang hampir saja terbawa oleh amarah bayangan masa lalu. Untung saja asistennnya tiba-tiba menelepon hingga getar ponsel di sakunya mampu menyadarkannya dan mencegahnya melakukan hal yang terkutuk pada Eira.Inilah salah satu alasan dia tidak lagi mau berhubungan dengan mahluk yang bernama perempuan. Dia bahkan belum dapat melupakan bagaimana sakitnya dikhianti oleh kepolosan dan kelembutan yang ternyata menyembunyikan beribu duri dan racun yang sangat mematikan. Bukan hanya dirinya, tetapi juga keluarganya yang hancur. Cukup lama Aryan berada di sana, berteman dengan dinginnya air dan rasa benci akan ketidakberdayaannya. Lelaki itu baru saja ke luar setelah merasa lebih tenang. Matanya sempat menangkap Eira yang masih terl

Bab terbaru

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab.72 Memutuskan menjauh

    Eira menghentikan langkahnya di pintu begitu matanya melihat keberadaan Dikta yang sedang berdiri sambil berbincang dengan salah satu rekan kerjanya di tempat parkir. Dia yang sudah selesai bekerja sama sekali tak menyadari keberadaan laki-laki itu sebelumnya. Lokasinya yang berada di pojok parkir, membuat Dikta tak terlihat dari dalam minimarket.“Kenapa Bang Dikta ke sini lagi sih?” gumam Eira. Dia meringis pelan, merasa tak nyaman akan keberadaan mantan rekan kerjanya itu.Reaksi Eira berbanding terbalik dengan Dikta yang tampak langsung menatapnya dengan berbinar, bahkan senyum di bibirnya merekah. Walau enggan, demi kesopanan Eira terpaksa menemui Dikta dan menyapa. “Bang Dikta,” ujarnya yang diiringi senyum tipis dan anggukkan kepala samar.“Tuh, yang ditunggu udah dateng. Kalau gitu, gue masuk dulu,” ujar seorang lelaki yang merupakan rekan kerja Eira.“Apaan sih, Bang?” Eira merengut, tak terima dengan godaan sang rekan kerja

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab.71 Peringatan

    Eira mengerjap pelan kala sinar matahari pagi mengusik tidur lelapnya. Dia memicingkan mata sambil menatap sekitar di mana dia tertidur semalam, setelah melampiaskan kekesalannya pada Aryan yang tak kunjung kembali.Bosan menunggu, akhirnya Eira memutuskan menonton drama favoritnya hingga perlahan kesadarannya direnggut begitu saja kala lelah sudah tak lagi dapat dia tahan. Eira terlelap dalam posisi yang entah bagaimana.Mengingat itu, Eira kembali mengerucutkan bibirnya. Entah jam berapa suaminya itu kembali ke kamar? “Jangan-jangan dia malah belum balik sampai sekarang?” gumam Eira sambil melihat ke arah pintu ruang kerja yang masih tertutup rapat.Namun sesaat kemudian, perhatiannya teralihkan pada laptop miliknya yang sudah tersimpan rapi di atas meja, begitu juga dengan sisa kekesalannya yang sudah membaik. “Enggak mungkin kan kalau Pak Aryan yang membereskan semua ini?” gumam Eira. Dia duduk di ujung ranjang sambil terus menelit

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab.70 Berpamitan

    Aryan tersenyum miring begitu dia menutup pintu kamarnya rapat, dia melirik ke belakang seolah bisa melihat Eira yang sedang menahan kesal di dalam sana.‘Dia pasti sedang kesal sekarang.’ Ingatan Aryan kembali pada saat dirinya baru saja sampai di restoran di dekat rumah sakit tempat Gilang dirawat. Sebenarnya dia bisa melihat Eira menemui Dikta. Namun, sayang sekali ketika itu dirinya sudah bersama klien yang ingin bekerja sama, hingga Aryan hanya bisa melihat dan membiarkannya dengan hati yang dongkol.Saat itu, sebenarnya Aryan sudah tahu semuanya. Bahkan dia mendengar dengan jelas apa yang diucapkan Dikta ketuka dirinya menerima telepon di ponsel Eira. Tampaknya laki-laki tidak tahu malu itu memang tengah mendekati Eira, padahal dia sudah tahu kalau Eira telah bersuami. Wajah Aryan langsung berubah serius kala dia sudah sampai di lantai satu dan melihat keberadaan Alderia di ruang tamu. Wanita itu tampak tersenyum semringah saat melihat Aryan berjalan ke arahnya.“Ar....” Alderi

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab.69 Kedatangan mantan

    Eira menarik napas dalam lalu menghembuskannya kasar, dia sempat berhenti terlebih dahulu sebelum kembali mengetuk pintu Aryan untuk memberitahu keberadaan Alderia. Matanya melihat hujan yang semakin deras bahkan sebuah gemuruh yang cukup kencang terdengar menggelegar di ujung langit. Dia menyempatkan menutup dulu pintu menuju balkon lalu kembali ke depan ruang kerja Aryan.“Apa, Pak Aryan beneran marah padaku?” gumam Eira ketika pintu di depannya tak kunjung terbuka, padahal ini sudah ketiga kalinya dia mengetuk.“Pak, ada tamu di bawah." Eira kembali berbicara dengan sedikit berteriak, takut tak terdengar oleh Aryan. Namun, pintu tak juga terbuka. “Kayaknya gak mungkin deh kalau dia ketiduran.”“Apa aku buka aja ya.” Eira tatap gagang pintu yang tak kunjung bergerak itu. Perlahan tangannya mulai menyentuh dan mencoba menggerakkannya. “Enggak dikunci,” ujarnya pelan.“Pak Aryan, aku masuk ya,” sambungnya dengan suara yang sedikit lebih ker

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab.68 Tamu tak diundang

    “Apa yang Bapak lakukan?!” Eira melebarkan matanya kala melihat Aryan yang sudah menempelkan ponselnya di telinga sambil menyeringai. Tubuhnya gemetar ketakutan akan apa yang terjadi berikutnya jika sampai itu adalah telepon dari Dikta. Mulutnya tertutup rapat saat jari telunjuk Aryan menempel tepat di tengahnya dengan posisi yang masih sama. Hanya beberapa detik laki-laki itu seperti mendengarkan sesuatu dari seberang sana hingga akhirnya dia menjatuhkan ponselnya dan dengan gerakan cepat menempelkan kedua bibir mereka hingga tak ada kesempatan bagi Eira untuk menghindar atau menolaknya. Setelah beberapa saat sama-sama terdiam, perlahan Aryan mulai menggerakkannya. Laki-laki itu melakukannya lumayan lama, hingga mampu membuat Eira melupakan semua rasa takut, kebimbangan, dan semua masalah hidupnya untuk sesaat.“Kamu milikku ... tidak ada yang boleh memilikimu selain aku, Eira Zafran,” ujar Aryan begitu dia melepaskan bibir Eira. Napasnya yang memburu bahkan masih terdengar jelas di

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab.67 Memergoki

    “Sedang apa kamu di sini?” Aryan menatap tajam kedua orang di depannya hingga kerutan di keningnya terlihat jelas.“Arya?” Nathan tak kuasa menahan rasa terkejutnya ketika dia menyadari keberadaan sang sahabat tepat di depannya. Dia berdiri sambil tertawa hambar demi menutupi kecanggungan yang tiba-tiba menggelayuti dirinya.“Sejak kapan lo ada di sini?” tanyanya. Dia merangkul pundak Aryan seolah tak terjadi apa pun, walau nada suaranya yang bergetar tak dapat dia kendalikan. “Eira....” Suara rendah dan penuh penekanan itu dia tujukan pada gadis yang sejak tadi hanya diam dengan wajah pucat pasi, seolah baru saja terpergok tengah berselingkuh. Dia bahkan tak mengalihkan sedikit pun pandangannya pada Nathan yang kini berada di sampingnya.Eira mengedipkan matanya pelan, perlahan dia gulirkan pandangannya pada laki-laki yang sejak tadi sudah menghantui pikirannya. Beginikah rasanya jika kita ketahuan ketika sedang melakukan kesalahan? Dia

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab.66 Bimbang

    “Uhuk!” Eira terbatuk sambil mengerjap cepat, tubuhnya pun otomatis mundur dengan gerakan kaku. ‘Apa yang kamu pikirkan, Ra?’ tangannya kembali mencoba membuka pintu mobil. Namun, ternyata kembali tidak berhasil karena masih terkunci.“Tolong buka pintunya....” Akhirnya Eira kembali memberanikan diri untuk menatap wajah Aryan walau hanya sekilas, sementara tangannya masih mencoba membuka pintu berulang kali.Eira segera ke luar dan berjalan cepat masuk ke rumah sakit, begitu dia berhasil membuka pintu. Dalam hati dia terus merutuki dirinya sendiri yang sempat memikirkan hal yang tidak-tidak bersama dengan Aryan.Sementara itu, Aryan yang masih terpaku di dalam mobil dengan pikiran yang tak bisa beralih dari kejadian tadi, hanya tersenyum tipis kala dia melihat Eira yang berjalan setengah berlari menuju rumah sakit. “Kenapa dia harus bersikap malu seperti itu? Apa dia juga sempat berpikir hal yang sama denganku?”Aryan terkekeh pelan sambi

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab.65 Siapa dia?

    “Sayang?” Dikta menatap penuh tanya pada interaksi Eira dan Aryan. “Apa maksudnya ini, Ra? Siapa dia?” tanya Dikta sambil menatap penuh tuntutan pada Eira. Dia butuh penjelasan. “Begini, Bang. Eum....” Eira berusaha menjelaskan walau tiba-tiba saja lidahnya terasa sulit untuk digerakkan. Dia bingung harus mengatakan apa pada Dikta. Matanya melebar saat Aryan tiba-tiba maju dan berdiri tepat di tengah-tengah antara dirinya dan Dikta. “Perkenalkan, saya Aryan, suami Eira,” ujar Aryan dengan nada suara tegas dan jelas. Dia mengulurkan tangannya, meminta berjabat dengan Dikta. Seringai miring dan penuh kemenangan terlihat menghiasi wajah tampannya. Eira merengut, dia tatap wajah puas Aryan dengan hati bertanya-tanya. 'Apa maksudnya ini?'“Suami?” Dikta berusaha melihat Eira yang berada di belakang tubuh Aryan. Dia tak peduli pada tangan Aryan, yang dirinya butuhkan saat ini adalah sebuah penjelasan dari Eira langsung. “Kamu sudah menikah, Ra?”"I-itu ... aku...." Eira meringis sambil m

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab.64 Rekan kerja lama

    “Kamu benar-benar melaporkan Alderia ke polisi, Ar?” tanya Nathan. Saat ini mereka berdua sedang berada di kantor Aryan. Nathan sengaja mendatangi sahabatnya secara langsung setelah mendengar berita yang beredar tentang Alderia dari Sherin.Aryan menangguk. Dia memang tidak main-main dengan ucapannya beberapa hari lalu. Laki-laki itu tampak membungkukkan tubuhnya hingga kedua siku tangannya bertumpu di lutut bagian atas. Tatapan matanya tampak tajam menusuk pada Nathan, walau seringai di bibirnya tampak jelas.“Siapa pun yang berani mengusik ketenangan keluarga gue, gue akan tindak tegas. Lo sudah tahu pasti tentang itu kan, Than? Gue tidak pernah berubah jika itu soal keamanan dan ketenangan keluarga gue,” ujar Aryan dengan begitu ringan, seolah tanpa beban.“Gue tahu,” angguk Nathan. Namun, kini dia juga memajukan tubuhnya hingga mendekat pada Aryan, lalu melanjutkan perkataannya dengan nada yang terdengar sedikit canggung. “Tapi, apa itu tidak terlalu kejam? Walau bagaimana pun, A

DMCA.com Protection Status