"Tuan tolong kami!!" Seseorang mencoba menghentikan kereta kuda tim Rama. "Kak Rama, ada sesorang meminta pertolongan kita!"dari jendela depan kusir Alan memberitahukan kejadian itu. "Tidak apa-apa berhentilah!!"kata Rama. Seorang pria dengan perawakan sedang, ia bersama dua orang wanita menggendong seorang bayi laki-laki berumur sekitar satu tahun. Bayi itu menangis keras dan begitu rewel. "Ada apa paman?" tanya Jaya. "Tolong kami, aku adalah Kepala Desa di kampung nelayan ini, mereka adalah wargaku, ibunya tidak bisa mengeluarkan asi lagi, bayi ini kelaparan Tuan!!" Rama yang sedari tadi berada di dalam kereta kuda, mendengar kejadian itu lalu dengan cepat membeli susu formula untuk bayi berumur 1 tahun rasa vanila di onshop, ia juga membeli dot dan beberapa jamu herbal untuk meningkatkan asi. Paman Zao memegangi dahi bayi itu, Kepala Desa bergerak cepat untuk menyelamatkan bayi itu, dengan menghentikan kereta kuda mereka, sehingga bayi itu masih dalam keadaan aman. "Tua
"Bos, mereka punya beras dan air!!" lapor Jami ketika mengintip keadaan di dalam pondok. "Kau benar, sepertinya mereka mempunyai banyak barang berharga!!" sahut Kobar. "Bos mungkin mereka pedagang, lihatlah penampilan Tuannya!" kata Jami lagi. "Jika beras itu dijual, akan mendapatkan beberapa batang emas!!" "Sebaiknya jangan dijual bos, itu bisa buat stok makanan kita di musim dingin nanti!!" saran Komang. "Kau benar, beras memang mahal, tapi ia sangat berharga untuk stok pangan kita!!" kata Kobar sambil menganggukkan kepala. "Jangan sampai warga kita kembali kelaparan bos!!" kata Komang lagi. Yang lain sontak menganggukkan Kepala, mereka mengenang saat-saat sakit ketika tidak adanya bantuan sama sekali, mereka kelaparan, kehausan, dan tidak bisa berobat. Sebenarnya Kobar dan anak buahnya adalah warga kampung nelayan. Mereka mulai merampok ketika sadar tidak ada yang bisa menolong diri mereka selain diri mereka sendiri. Beberapa warga kampung nelayan terpaksa melakukan pe
"Aku tau kalian lapar, aku tau kalian terdesak, namun merampok bukanlah hal yang dibenarkan!!" kata Rama,"hari ini aku akan memaafkan kalian!! Dengan satu syarat, berhentilah melakukan kejahatan!!"lanjutnya lagi. "Tuan... Terima kasih!!" para perampok dan keluarganya langsung bersujud, begitupula dengan Kamil ia bahkan memandang Rama dan timnya dengan penuh rasa syukur. Ia bahkan menangis haru. "TAPI!!" ketika mendengar suara Rama yang menggelegar, semuanya terdiam."jika kudengar kembali terjadi perampokan di daerah sini lagi, maka aku akan menangkap kalian!!"ancam Rama. Semua perampok langsung mengangguk setuju, dari cara Rama bicara ia tak main-main dengan kata-katanya. Rama kemudian meminta Fatta mengeluarkan kendi-kendi besar yang sudah ia isi beras. Fatta mengangkatnya dengan enteng, membuat warga kampung nelayan meneguk ludah, melihat betapa kuatnya Fatta. Selesai mengeluarkan kendi-kendi beras, Fatta juga mengeluarkan galon-galon air minum yang belum pernah warga kampung
Dalam perjalanan kembali ke Mekaragung, Rama merasa paman Zao selalu menatap dirinya. Biasanya jika seperti ini, sudah tentu ada yang membuat orang tua yang keras kepala itu penasaran. Sehingga membuat Rama bertanya, "paman Zao, mengapa kau selalu memandangku?" "Rama, mengapa aku merasa kau seperti penyihir?" kata paman Zao dengan tiba-tiba. "Hah?" Rama dan Jaya langsung bersitatap dan tertawa."hahaha... Hahaha... Paman, kau bercanda?" "Paman, mana ada penyihir di dunia ini?" kata Jaya mengelak. "Iya paman, mengapa kau jadi berpikir seperti itu?"kini Rama merasa berdebar ketika paman Zao menanyakan itu. Paman Zao memberikan tatapan yang membuat siapapun merinding, "Bayangkan saja, selama perjalanan ke kampung nelayan aku tak pernah melihat selimut di dalam kereta, tapi ketika kau masuk ke dalam kereta,bom!!tiba-tiba ada selimut yang banyak!!dan apa-apaan beras dan galon air itu? Aku bahkan sama sekali belum pernah melihatnya" kata paman Zao yakin. "Hahaha... Hahaha... " Jaya
Rupanya penjaga gerbang desa Mekarsari memberitahukan kedatangan Rama dan timnya, karena tiba-tiba salah satu pemuda desa Mekarsari yang sudah menjadi anak buah Rama datang menunggangi kuda milik pak Arya. "Kak Rama, sebaiknya kakak jangan pulang!!"kata Bani. "Mengapa?"tanya Rama. "Ada beberapa prajurit mencari kakak, dari gerak-gerik mereka, sepertinya mereka memiliki niat yang tidak baik, makanya pak Arya minta kakak jangan pulang!!" jelas Bani lagi. Sekarang Rama paham, sepertinya para prajurit yang datang ke desanya adalah suruhan para pengkhianat, berarti Rama sudah membuat mereka gelisah. "Bani, katakan pada pak Arya, cari Sersan Harjuna Adipati. Kabarkan kalau para pekhianat mulai bergerak!!" Mendengar kata-kata Rama, semua orang menelan ludah ngeri. "Kak Rama, apa maksudnya?" tanya Bani. "Tidak ada waktu untuk menjelaskan, sebaiknya kamu kembali sebelum mereka mencurigaimu!!" kata Rama, kali ini tatapan mata Rama terlihat serius. Bani menurut, ia kemudian berbal
Saat ini Rama sedang di dalam kereta kuda biasa, jika memang sesuai prosedur harusnya Rama saat ini berada di kereta tahanan yang terbuka. Sepertinya para prajurit ini menangkap Rama tidak memakai prosedur resmi. Rama menghela napas, mengingat ibunya menangis ketika ia ditangkap. 'Semoga kak Jaya bisa cepat menenangkan ibu!'pikir Rama. Terdapat 2 orang penjaga di dalam kereta kuda, tampang mereka sangat polos. Sepertinya akan mudah bagi Rama untuk mengendalikan mereka. "Hei, boleh aku bertanya?" tanya Rama. Kedua prajurit itu saling pandang, mereka hanyalah prajurit dengan pangkat Prada. "Kau hanya seorang tahanan, tidak boleh bertanya!" kata salah satunya. "Wow, apa kalian tau siapa aku?" Rama tetap bicara meski kedua prajurit itu tidak menanggapinya. "Aku ini Rama Adipati, masih keluarga kerajaan, apa jadinya jika keluarga almarhum Ratu terdahulu tau kalau salah satu keluarganya ditangkap?" Rama melihat reaksi kedua prajurit, terlihat raut ketakutan dari wajah mereka."yah,
Saat sudah malam dan para bandit sedang tidur, Rama masuk kedalam kotak penyimpanan, ia mengecek keadaan Fatta di dalam. "Tuan Muda!!" Fatta langsung sigap ketika melihat Rama masuk. Rama membeli kasur dan bantal serta beberapa roti daging dan soda untuk Fatta, melihat Rama mengeluarkan barang-barang itu seperti sihir membuat Fatta tak bisa berkata-kata. Namun ia tak terlalu shock seperti Alan dan Toni, karena orang sepertinya saja ada, apalagi yang seperti Rama. Namun bagi Fatta, bakat Rama sangat luar biasa. Fatta merasa beruntung ketika bakat seperti itu dimiliki oleh orang baik seperti Rama, apa jadinya jika bakat seperti itu dimiliki oleh seorang penjahat? "Tuan, apakah ini sihir?" tanya Fatta dengan wajah berbinar. "Hmmm... Sepertinya bukan, sebut saja bakat unik!!" Rama terkekeh ketika mengucapkannya, entah kenapa ia merasa lucu ketika mendengar perkataannya sendiri. "Kau sangat luar biasa Tuan Muda!!" kata Fatta semakin kagum. "Haish...kau ini!!" Rama kembali terkek
Prada Setyo bergetar hebat ketika menerima 5 logam emas yang diberikan Rama lewat Prada Marno. Ia bahkan meneteskan air mata haru. Ia tak menyangka, orang yang mereka tangkap malah berbuat baik pada mereka, Prada Setyo menatap Prada Marno dengan tekad yang kuat. "Kita harus melaporkan masalah ini pada Sersan Harjuna!!" kata Prada Setyo. "Kau bisa pergi melapor, kau bilang saja kalau kau akan mengunjungi ibumu yang sakit!! Mereka takkan curiga, aku disini untuk menjaga Tuan Muda!!" kata Prada Marno. Prada Setyo mengangguk setuju, jika mereka berangkat bersama kemungkinan akan dicurigai. Terlebih sudah ada rumor diantara para prajurit jika mereka sering mengecek keadaan Rama di sel tahanan. "Aku titip uang ini untuk keluargaku!!" kata Prada Marno kemudian menyerahkan uang logam emas miliknya pada Prada Setyo, Prada Setyo adalah temannya seangkatan ketika pendidikan prajurit. Mereka telah bersama-sama menjalani masa-masa sulit dan sudah saling bantu. Jadi kepercayaan keduanya tida