"Aku Guhao, pemimpin Sekte Cermin Giok."Salah seorang pemimpin sekte berdiri dan memperkenalkan diri sebagai pemimpin Sekte Cermin Giok. Ia membungkukkan tubuhnya ke hadapan Kaisar dan pemimpin sekte lainnya sampai matanya menangkap keberadaan Tianlan.Untuk beberapa saat, Guhao dan Tianlan saling beradu pandang, sebelum pada akhirnya Guhao memutuskan kontak mata mereka dan kembali duduk.'Itukah Raja Iblis Luo? Ia menyamar menjadi pemimpin Sekte Cermin Giok?' pikir Tianlan.Tentu, itu pasti dia. Para roh legendaris meminta Tianlan untuk membunuh pemimpin Sekte Cermin Giok, jelas dia lah Raja Iblis Luo.Tetapi... Mengapa masih ada keraguan dalam hati Tianlan. Ia ragu dengan tebakannya sendiri, seolah hatinya menolak percaya bahwa Guhao adalah bentuk penyamaran Raja Iblis Luo."Bukankah akhir-akhir ini banyak Iblis yang muncul di Kekaisaran Tang?" ucap salah satu pemimpin sekte."Beberapa tahun belakangan ini Iblis sering muncul dan membunuh banyak orang. Tempat kemunculannya pun kad
"Bukankah hari ini ulang tahunmu?" tanya Tianlan.Hua Rong mengangguk. "Kau mengingatnya?"Tianlan menatap puluhan lentera yang terbang. Entah dari mana asalnya semua lentera itu, Tianlan tidak tahu, tetapi, itu semua pasti ulah Hua Rong. Tidak ada yang lebih mengejutkan dari pria ini.Selama 8 tahun bersama Hua Rong, membangun sekte bersama, Tianlan jadi banyak mengenal pria itu. Ia jdi banyak mengetahui tentang Hua Rong, termasuk ulang tahunnya."Selamat ulang tahun, A-Rong," ucap Tianlan.Baru saja ia selesai mengatakan itu, tiba-tiba pandangan Tianlan berubah acak. Lentera-lentera yang berterbangan di udara tidak lagi terlihat jelas. Kadang-kadang ia melihat hal lain, kadang juga penglihatannya kembali ke lentera-lentera itu.Itu terus berulang sampai kepalanya pusing.Tianlan memejamkan mata dan memijit keningnya. Kepalanya semakin pusing jika dia membuka mata.Namun, walaupun ia telah menutup mata, tetap saja bayangan-bayangan acak itu muncul terus-menerus. Dahinya berkerut dala
Tianlan dan Hua Rong saling memandang sebelum bergegas menuju ke tempat teriakan itu berasal. Kerumunan yang semula ramai tiba-tiba pecah.Orang-orang berlarian dengan wajah tegang. Teriakan panik dari wanita-wanita yang menggendong anaknya menggema di penjuru pasar.Ada yang sampai jatuh bangun beberapa kali dengan wajah ketakutan, ada pula yang sampai terinjak tubuhnya karena terjatuh di antara orang-orang yang berlarian.Mereka bertingkah seperti baru saja melihat hantu.Tianlan dan Hua Rong sampai ke tempat kejadian. Mereka memasang wajah serius saat melihat sosok Iblis yang tengah mengamuk.Iblis itu mengeluarkan suara nyaring yang memekakkan telinga. Ia menyerang secara membabi buta, apa saja yang ada di depannya akan ia hancurkan."A-Rong."Mengerti dengan isyarat Tianlan, Hua Rong melompat ke hadapan Iblis itu. Kini dirinya berhadapan langsung dengan sang Iblis.Melihat bahwa Hua Rong sudah melakukan tugasnya, Tianlan mulai bertindak. Ia mengamankan anak-anak, orang tua, dan o
Pasukan patroli yang dipimpin oleh Mo Yin mengangkat tubuh Iblis itu untuk dimasukkan ke dalam kereta. Mereka akan membawa tubuh Iblis itu ke Istana untuk dilaporkan kepada Kaisar.Alasan lain kenapa Tianlan membiarkan Mo Yin membawa tubuh Iblis itu adalah, ia ingin memancing pria misterius itu. Kemungkinan besar pria misterius itu masih berada di dalam ibukota kekaisaran Tang.Jika pria misterius itu kembali lagi, Tianlan punya banyak kesempatan untuk menangkapnya. Dengan kata lain, ini adalah umpan untuk pria misterius itu."Tuan Muda Xie," Hua Rong memanggil. "aku ingin pergi ke suatu tempat, ada sesuatu yang harus kulakukan. Kembalilah terlebih dahulu ke Istana dan istirahat, aku tidak akan lama.""Urusan apa itu?""Urusan yang tidak terlalu penting."Pada akhirnya Hua Rong pergi, meninggalkan Tianlan bersama rombongan pasukan patroli untuk kembali ke Istana.Di tengah perjalanan mereka menuju Istana, pengawasan Tianlan tidak pernah mengendur sedikit pun. Matanya tajam mengawasi s
Ketika ia menyerahkan anaknya dulu ke keluarga Bei. Ia selalu mengunjungi keluarga itu satu kali dalam sebulan. Ia memberikan keperluan yang dibutuhkan keluarga Bei, agar bisa merawat anaknya dengan baik.Sejujurnya bukan keinginannya untuk menyerahkan putranya ke keluarga Bei. Namun, pada saat itu para penasehat istana, mentri-mentri dan para pejabat lainnya terus menerus mendesaknya untuk membuang anak tersebut.Saat putranya baru dilahirkan, ratunya meninggal. Menciptakan kesedihan tak berkesudahan dari rakyat kekaisaran Tang. Ia juga mendapat kabar bahwa putranya memiliki masalah dengan matanya.Mulai saat itu, kekaisaran dilanda masalah. Semakin putranya bertumbuh besar, masalah di kekaisaran semakin parah.Para pejabat istana menganggap bahwa semua masalah yang dihadapi kekaisaran adalah akibat dari kelahiran putranya yang buta. Mereka menganggap putranya sebagai pembawa sial dan aib kekaisaran. Karena takut keselamatan putranya terancam, kaisar membawa putranya ke desa Dan, te
"Apakah kau mengira kau akan bisa melampauiku dengan cara seperti ini?"Tawa remeh pria misterius itu menggema di penjuru pasar yang telah sepi. Karena insiden Iblis tadi, tidak ada lagi orang-orang yang berani keluar rumah. Mereka semua kembali ke rumah masing-masing dan mengunci pintu rapat-rapat. Berlindung di dalam rumah yang menurut mereka tempat paling aman untuk bersembunyi."Siapa sangka aku akan bertemu Raja Iblis Luo secepat ini." Masih dengan tawa remeh, pria misterius itu tak melonggarkan sedikit pun kewaspadaannya. "Bukankah pertemuan pertama kita ini terlalu tegang? Bagaimana jika kita minum teh bersama dan mengingat masa lalu, bagaimana menurutmu Hua Rong? Ah tidak, maaf karena telah salah menyebut namamu. Biar kuulangi sekali lagi ... Bagaimana menurutmu, Raja Iblis Luo?"Hua Rong masih berdiri diam seperti patung. Jika ada orang awam yang melihatnya saat ini, pasti mereka mengira bahwa Hua Rong bersikap terlalu tenang. Namun, yang tak mereka ketahui adalah, di balik s
'Tidakkah kau merasa seperti De javu pada tempat ini?' Ruan Ning balas bertanya.Sejak awal Tianlan memang merasa pernah datang ke sini dan mengenali tempat ini. Tetapi untuk de javu atau semacamnya, Tianlan belum pernah merasakan hal seperti itu sebelumnya.Namun, tak lama kemudian Tianlan ingat. Saat di danau bersama Hua Rong malam itu, ia pernah melihat gambaran-gambaran sekilas, yang menyebabkan kepalanya pusing hingga ia hampir tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya."Aku pernah melihat beberapa gambaran. Seperti topeng, lalu jubah, dan kemudian lentera. Aku seolah melihat benda-benda itu secara bergantian," jawab Tianlan sambil mengingat gambaran-gambaran itu.Ruan Ning tidak mengatakan apa pun lagi. Untuk beberapa saat mereka terdiam. Tidak ada yang membuka suara, sehingga ruangan itu berubah sunyi.'Tidakkah mau berpikir bahwa itu adalah ingatan dari kehidupan masa lalumu? Mungkin dari kehidupanmu yang sebelum-sebelumnya, yang kau lupakan dan muncul lagi saat ini.'Tianlan terliha
Tianlan berusaha memejamkan matanya, ia ingin fokus bermeditasi. Konsentrasi penuh ia lakukan hanya untuk mendapatkan ketenangan.Namun, setiap kali dia ingin berkonsentrasi, ada saja hal yang membuyarkan pikirannya. Dari mulai suara langkah kaki para prajurit yang berjaga, lalu suara dahan yang tertiup angin, dan bahkan suara angin itu sendiri. Semunya mengganggu. Tianlan membuka mata, ia menghembuskan nafas lelah. Karena pembicaraannya dengan Guhao beberapa saat yang lalu, ketenangannya terganggu. Bahkan ia tidak melihat Hua Rong sampai sekarang. Ia bertanya-tanya, kemana pria rubah itu pergi sampai selama ini? Ini hanya membuatnya makin stress. "Pangeran Mahkota datang!" Teriak Kasim dari luar kamar Tianlan.Tianlan melihat ke arah pintu, di sana nampak Pangeran Hanji yang sedang berjalan memasuki kamar peristirahatan Tianlan."Maaf mengganggu waktumu Tuan Muda Xie," ucap Pangeran Hanji seraya membungkukkan tubuhnya memberi hormat.Tianlan berdiri dan ikut memberi hormat. Walaupu