Tianlan mencari ke sana kemari, tetapi dia tak menemukan sosok pelukis Hua Rong di mana pun.
Karena sepertinya dia tidak akan menemukan keberadaan pelukis Hua Rong, maka Tianlan memutuskan untuk tidak mencarinya lagi. Mungkin pria itu sudah keluar dari Desa ini sehingga Tianlan tidak bisa lagi menyusulnya.
Kini Tianlan dan Zhaoyang memasuki sebuah kedai teh, karena Tianlan ingin mencari tempat tinggal baru, maka dia harus mencari banyak informasi, dan kedai teh adalah tempat yang tepat untuk mendapatkan informasi, karena banyak orang-orang yang berkunjung ke sini, tentu saja akan banyak pembicaraan-pembicaraan yang masuk ke telinganya.
Tianlan memesan teh dan duduk di salah satu meja. Ia terus melamun sampai akhirnya tehnya datang. Sedari tadi Tianlan terus mengingat kejadian beberapa menit yang lalu, dia memikirkan bagaimana tubuhnya merespon cerita yang disampaikan pelukis Hua Rong.
Perasaan sedih yang ia rasakan, serta tatapan Hua Rong. Semua itu b
Maaf atas ketidaknyamanannya. 2 Bab di atas memiliki sedikit kendala saat pengaploudan ya semuanya. Jadi sekarang sedang diperbaiki, mohon maaf atas ketidaknyamanannya dan kerugian yang kalian semua alami gara-gara author. Dan Terima kasih atas dukungannya selama ini, tanpa kalian buku ini bukanlah apa-apa. Jangan lupa bintangnya ya semuanya, agar buku ini bisa berkembang lebih baik lagi. Dukungan kalian semua benar-benar berarti untuk saya maupun buku ini. Mohon kritik dan sarannya, jangan malu untuk memberikan pendapat, semua saran kalian akan saya tampung dan akan saya usahakan untuk melakukannya sebaik mungkin. Sekali lagi saya mengucapkan maaf dan Terima kasih untuk kalian semua. Sampai jumpa di bab berikutnya, dan lagi saya minta maaf atas ketidaknyamanannya. See ya👋
Tianlan masih memiliki sisa uang yang ia bawa dari kediaman Kepala Desa Bei sebelum melakukan perjalanan ke Hutan Beast waktu itu. Jadi, dia menggunakan uang itu untuk menyewa kamar di sebuah penginapan.Dia telah menghitung uang yang tersisa, dan itu cukup untuk membayar sewa penginapan selama satu minggu ke depan.Saat ini tengah malam, Tianlan duduk di dekat jendela dan melihat pemandangan luar.Tubuh Tianlan bermandikan sinar bulan. Karena posisinya berada di jendela dan menghadap langsung ke luar, maka cahaya bulan yang bersinar terang merembes melewati jendela dan menerangi sosoknya.Di luar sana masih ada beberapa orang yang berlalu lalang, bahkan ada beberapa toko yang masih buka.Pemandangan yang saat ini Tianlan lihat sangat berbeda dengan pemandangan yang ia lihat dulu ketika ia pertama kali datang ke Desa ini.Dulu tidak ada seorang pun yang berani keluar ketika malam hari, tetapi sekarang sudah berbeda. Semuanya sudah tidak taku
Ketika mereka tiba di rumah Xiao Yuan, dengan segera Xiao Yuan menyuruh para pelayan di rumahnya untuk membuat makanan. Dia mempersilahkan Tianlan dan Zhaoyang untuk duduk sebelum mereka memulai obrolan mereka. "Tuan, apakah aku boleh menanyakan satu hal?" Ucap Xiao Yuan sedikit ragu. Tianlan tidak banyak bicara, dia hanya mengangguk sebagai jawaban. Melihat itu, Xiao Yuan menghembuskan nafas lega, tetapi dia masih terlihat ragu. "Kemana penutup wajah yang biasa Tuan kenakan? Dulu Tuan selalu mengenakan penutup wajah." Tianlan melihat Xiao Yuan dengan sebelah alis terangkat. Merasa gugup, dengan segera Xiao Yuan mengibaskan kedua tangannya ke samping, "Ah! Saya mengenali Tuan karena melihat Zhaoyang. Saya mengenal Zhaoyang, jadi saya menyimpulkan bahwa yang berada bersama Zhaoyang pastilah Tuan Xie." Tianlan masih tidak menjawab. Di saat bersamaan, makanan yang Xiao Yuan minta segera disiapkan di atas meja. Zhao
Malam itu, Tianlan berangkat sendirian menuju bukit awan. Zhaoyang ia tinggalkan di penginapan. Bocah itu terlihat sangat letih dan mengantuk, jadi sebaiknya Tianlan tidak membawa anak itu bersamanya sekarang. Tianlan ke sana hanya untuk melihat-lihat, jika memang benar ada sesuatu seperti monster atau pun iblis, maka Tianlan hanya perlu mengetahui kekuatan dan kelemahan makhluk itu sebelum melakukan pemusnahan. Rute menuju Sekte tersebut terbilang sangat sulit. Jalan yang dulunya sering digunakan oleh murid-murid Sekte kini tak lagi tampak karena ditutupi oleh akar-akar dan pepohonan rindang. Tianlan saja harus menghabiskan waktu hampir 15 menit untuk bisa sampai ke gerbang masuk menuju Sekte. Tianlan melihat gerbang besar di hadapannya. Gerbang itu sangat unik. Kedua pilar berdiri kokoh di tempat masing-masing dengan dihiasi oleh banyak Giok berwarna hijau. Ada sebuah papan di antara kedua pilar yang dicoret menggunakan tinta emas. "Sekte Awan Giok." Gumam
Duarr "Tidak, dia bukan iblis tingkat atas," Gumam Tianlan saat melihat tubuh Pelukis Hua Rong yang terhempas kencang ke belakang, menyebabkan beberapa pohon yang ada di sana tumbang. Lalu? Seberapa tinggi tingkat Kultivasi Pelukis Hua Rong Sampai Tianlan sendiri tidak bisa memastikannya? Entahlah, Tianlan juga tidak tahu pasti. Tetapi sepertinya tingkat Kultivasinya lebih tinggi dibanding Tianlan. Pertarungan terus berlanjut, kekuatan yang dimiliki Iblis itu semakin kuat dari waktu ke waktu. Gerakannya semakin gesit dan lincah, aura hitam yang dikeluarkannya juga semakin pekat. Berbeda dengan Iblis Cheng Yu yang hanyalah Iblis tingkat rendah level 3, dari pengamatan Tianlan, Iblis yang ini adalah Iblis tingkat menengah. Sudah pasti Iblis ini lebih kuat dibanding Iblis Cheng Yu. Di bawah sana, Pelukis Hua Rong terus menghindari serangan demi serangan yang ditujukan padanya. Tianlan tidak mengerti kenapa pria it
Sunyi dan tenang.Rasanya situasi ini sedikit tidak mengenakkan bagi Tianlan.Tianlan menoleh ke samping untuk melihat Hua Rong yang saat ini tengah berdiri diam menatap ke depan, tepatnya ke arah Iblis berkepala kerbau di depan sana."Bagaimana kau bisa tahu kalau Iblis itu sedang tertidur?" Tanya Tianlan saat dia mengingat ucapan Hua Rong ketika mereka bersembunyi beberapa saat yang lalu."Kekuatan iblis itu sudah terkuras banyak akibat dari pertarungan kami. Untuk memulihkan diri, Iblis tingkat menengah harus tidur."Tianlan mengerti sekarang. Dengan kata lain, Iblis itu sedang memulihkan kekuatannya sekarang."Lalu, kenapa kita tidak menyerangnya sekarang?" Tanya Tianlan lagi ketika menyadari bahwa ada peluang besar bagi mereka untuk menyerang iblis itu. Pertahanan seseorang ketika tidur sangat lemah, jadi sangat mungkin bagi mereka untuk melumpuhkan iblis itu sekarang.Hua Rong menatap Tianlan dan tersenyum, "Cobalah."Tia
"Apakah iblis tingkat menengah memiliki kesadaran manusia ketika siang dan menjadi monster ketika malam?" Tanya Tianlan dengan berbisik pada Hua Rong. "Tidak salah, perkataanmu benar adanya. Iblis tingkat menengah memiliki setengah kesadaran manusia. Itu adalah anugerah yang diberikan oleh Raja Iblis Luo kepada mereka. Namun, mereka tidak bisa mengontrol kemampuan itu dengan mudah. Mereka akan kembali menjadi monster ketika malam hari. Hanya Raja Iblis Luo sajalah yang bisa mengendalikan kesadaran mereka dengan benar." Jelas Hua Rong tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun dari iblis berkepala kerbau di depan sana. Pada awalnya Tianlan mengerti dengan penjelasan Hua Rong, tetapi kalimat terakhir yang pria itu ucapkan membuatnya sedikit kebingungan, "Mengendalikan kesadaran mereka?" "Ketika mereka memiliki kesadaran manusia, kekuatan mereka akan jauh lebih kuat dibandingkan ketika mereka menjadi monster. Jadi ... Kau mengerti, bukan?" Tianlan menger
Matahari semakin naik, bersinar menandakan hari sudah tak lagi malam, dan langit juga sudah mulai menunjukkan hamparan birunya. Tepat di sebuah lapangan luas, arena bertarung milik Sekte Awan Giok, 2 makhluk berbeda jenis berdiri saling berhadapan. Arena bertarung yang telah lama terbengkalai, dan arena yang tak pernah lagi digunakan setelah bertahun-tahun ditinggalkan, sebentar lagi akan kembali terpakai. 2 makhluk berbeda jenis tersebut tak menunjukkan pergerakan yang berarti. Keduanya hanya diam sembari menatap satu sama lain. Angin berhembus pelan, menerbangkan ujung pakaian yang dikenakan Tianlan. Helai rambutnya yang panjang juga ikut terbawa angin, sedikit anak rambut menutupi sebagian wajahnya. Matanya menyipit pelan saat anak-anak rambut tersebut mengenai ujung matanya. Tianlan menatap tajam ke arah makhluk berkepala kerbau di depan sana. Ia tidak boleh bertindak gegabah, saat ini Iblis itu sedang berada pada kesadaran manusia, Iblis itu akan menjadi jauh lebih cerdas da