“Nggak ada, hanya ngobrol santai saja” jawab Winda dengan santai.Martin menoleh ke arahnya, berpura-pura tidak senang dan kesal. “Kak Winda dan aku saja nggak pernah mengobrol sampai seseru itu ….”Winda awalnya curiga kenapa pria ini tiba-tiba bertanya tentang dirinya dan Ethan. Setelah mendengarnya, kecurigaannya langsung hilang. Namun, dia merasa kata-kata pria ini terlalu … ambigu.Untung saja, lift sudah mencapai lantai B1 saat ini. Winda menghela napas lega dan keluar dari lift terlebih dahulu.Dia tidak menyadari bahwa di belakangnya, Martin melihat ke punggungnya dengan tatapan seperti hewan buas yang melihat mangsanya. Dingin dan sangat agresif.Mereka menunggu di dalam mobil sebentar, dan tak lama kemudian, Ethan datang setelah mengambil obat.Melihat luka di sudut mulut Martin, Ethan menghela napas dengan tak berdaya dan berkata, “Kamu akan mengadakan konser beberapa hari lagi. Kalau fans melihat luka di wajahmu, mereka pasti akan menggosipkannya lagi.Mendengar hal itu, Wi
“Kamu sendiri tahu mereka itu bukan orang-orang kita. Kenapa kamu masih berani menempatkan dirimu dalam bahaya!” Suara Ethan semakin keras dan serius. “Kalau sesuatu terjadi padamu. Bagaimana aku bisa menjelaskannya pada keluargamu!”Martin mendengus dengan sikap meremehkan, “Sampah-sampah ini nggak akan bisa menyakitiku. Lagi pula, kalau aku nggak benar-benar terluka, apa wanita itu akan mempercayaiku?”“Menurutku, dia sudah curiga. Sebelum masalahnya menjadi lebih besar, kamu lebih baik berhenti dan jangan melanjutkannya,” saran Ethan.Martin mengangkat alisnya dan tiba-tiba berkata, “Kak Ethan, kamu sudah berapa lama bekerja denganku?” Ethan terkejut sesaat, lalu menjawab dengan nada sedikit lebih lembut, “Sudah lima atau enam tahun.”“Kalau begitu, kamu seharusnya memahamiku. Kamu tahu bahwa aku nggak akan mungkin menyerah.”Ethan mengerutkan kening dan berkata dengan nada tajam, “Nggak ada gunanya kamu melakukan ini. Ini hanya akan membawa masalah bagimu dan keluargamu kalau Heng
Winda tidak tahu bahwa orang di dalam mobil itu adalah Hengky.Setelah berapa lama kemudian, Winda akhirnya terlelap juga. Tidurnya juga tidak tenang. Dia terus mengalami mimpi buruk.Dia baru terbangun setelah mendengar suara bel pintu, yang tidak tahu sudah berbunyi berapa lama.Ketika dia mendengar bahwa suara itu bukan ilusi, dia segera menyibak selimutnya dan bangkit dari tempat tidur. Dia mengambil jaket dan memakainya, lalu segera turun ke bawah.Ketika dia membuka pintu, seorang pria tampan muncul di hadapannya.Winda tertegun dan berkata, “Kenapa kamu ada di sini?”“Kak Winda, apa kamu nggak menyambutku?” Martin mengerutkan kening dengan ekspresi sedikit sedih.“Mana mungkin ….” Winda memaksakan senyum, membuka pintu dan melangkah ke samping, “Masuklah dan duduk.”Martin seketika tersenyum dan mengikuti Winda masuk ke dalam rumah.Dia mengamati perabotan di ruangan itu dengan rasa ingin tahu. Lalu, dia tiba-tiba melihat poster besar yang dipasang di ruang tamu.Ada seorang wan
Winda tertegun sejenak dan belum mencerna perkataan Martin untuk sesaat.Martin menoleh ke arahnya dan berkata pelan, “Apa aku mengganggu tidurmu?”Winda langsung mengerti dan wajahnya tiba-tiba memerah. Dia mengulurkan tangan untuk menarik mantelnya agar lebih membungkus tubuhnya, lalu berkata dengan ekspresi malu, “Aku akan naik mandi dan berganti pakaian. Kamu duduk dulu saja.”“Oke,” jawab Martin dengan suara pelan.Melihat Winda naik ke atas, senyuman di wajah Martin tiba-tiba berubah menjadi dingin.Dia mengambil kamera seukuran kancing dari sakunya, menoleh dan melihat sekeliling ruangan, lalu menempelkannya dengan kuat ke sebuah pajangan hitam. Kalau tidak diperhatikan dengan cermat, tidak ada yang bisa melihatnya sama sekali.Setelah melakukan itu, Martin mengeluarkan ponselnya, mengambil beberapa foto poster dan ruangan itu, lalu mengirimkannya ke Yanwar.Sepuluh detik kemudian, Yanwar meneleponnya.Martin berjalan ke jendela dan menekan tombol jawab.Begitu panggilan itu te
“Karena Kak Winda berkata seperti itu, Kak Winda harus bertanggung jawab padaku.”Martin mencondongkan tubuh ke Winda dengan bercanda, nada bicaranya agak menggoda, tapi masih tidak keterlaluan, sehingga tidak membuat Winda merasa kesal.Winda merasa sedikit malu. Masa dia digoda oleh pria yang dua tahun lebih muda darinya?Martin bisa membaca pikirannya dan segera berhenti menggoda, “Aku bercanda. Kamu takut?”Winda menghela napas lega, dengan santai menjawab tidak, lalu mengakhiri topik tersebut.Keduanya mengobrol sebentar, lalu Ethan datang dan menjemput Martin.Di pinggiran kota.Sebuah Maybach hitam diparkir di samping hutan. Hengky duduk di dalam mobil sambil menundukkan kepala, mengambil sebatang rokok dari kotak rokoknya, dan menyalakannya.Pada saat ini, sebuah van hitam yang jendelanya super gelap datang dan diparkir di sebelah mobilnya.Hengky menyipitkan matanya dan mengembuskan asap rokok yang dihirupnya.Pintu van itu terbuka, lalu beberapa orang Fontana yang tinggi kelu
Edison mengangguk kuat dan berkata, “Aku akan memberitahumu segala sesuatu yang aku ketahui. Lepaskanlah kami.”Hengky membungkuk dan keluar dari mobil, menghampiri pria itu dan memandangnya dengan tatapan merendahkan, lalu berkata dengan suara dingin, “Kalau begitu, apa kamu tahu mengapa kamu ada di sini?”Melihat ekspresi Hengky yang sedingin es, Edison langsung merinding. Dia tanpa sadar melangkah mundur dan menabrak kaki seseorang, yang menghalangi langkahnya.Nelson mengertakkan gigi dan berteriak kesakitan, “Aku nggak tahu. Kami nggak melakukan apa-apa. Kenapa kamu menangkap kami?” “Nggak tahu?” Hengky menyipitkan matanya, menatap orang itu dengan ekspresi mengerikan.Dia berjalan ke arah Nelson. Seseorang segera menjambak rambut pria itu dan menariknya untuk bangun dari tanah. Hengky menatap wajah pria itu dan mengingat bagaimana pria itu menangkap Winda tadi malam.Mata Hengky sangat dingin. Dia mengangkat rokok yang menyala di tangannya, meniru cara Nelson tadi malam, mengara
Pria itu mengambil tongkat baseball-nya dan mengancam, “Jawab!”Edison mengabaikan rasa sakitnya dan berkata dengan cepat, “Seorang pria dari luar negeri. Dia yang menyuruhku melakukannya!”“Siapa namanya?” tanya Hengky dingin.“Aku nggak tahu ….”Hengky menyipitkan matanya dan memerintahkan dengan dingin, “Kubur dia.”Edison seketika menjadi pucat karena ketakutan. Dua orang segera datang dan menyeretnya pergi.“Semua yang aku katakan itu benar. Aku benar-benar nggak tahu!” Suara Edison bergetar. Dia tidak dapat menyembunyikan rasa takutnya, “Kami belum pernah bertemu dengannya. Kami semua hanya berkomunikasi melalui telepon dengannya. Bayarannya juga diberikan tunai, jadi nggak bisa dilacak sama sekali sumbernya.”Kalau mereka tahu dengan melakukan hal itu, mereka akan bermasalah pria di depan mereka ini, meski ditawarkan bayaran yang berlipat ganda sekalipun, Edison dan yang lainnya tidak akan berani mengambilnya.“Berapa banyak uang yang mereka bayar ke kalian untuk melakukan itu?”
“Bawa mereka kembali ke penjara! Penjarakan seumur hidup!”Ekspresi ketiga orang tersebut menggelap. Lukas melayangkan umpatan marah, “Pembohong! Penipu! Kam-“Mulut Lukas langsung dibekap, dia hanya bisa menatap Hengky dengan melotot sambil menatap mobil itu yang pergi menjauh.Saat tiba pada hari konser. Winda tiba di tempat konser lebih awal. Ethan tengah sibuk berdiskusi dengan Martin. Dia tidak memiliki waktu untuk menjemput Winda dan meminta asistennya yang menjemput perempuan itu.Winda mengikutinya hingga menuju ruang bagian belakang. Martin sudah selesai berdandan dan tengah duduk di sofa untuk istirahat sejenak. Dia bergegas masuk ketika melihat perempuan itu masuk.“Kak Winda sudah datang?”“Semoga lancar,” ujar perempuan itu sambil memberikan bunga.Martin menerima rangkaian bunga tersebut dan mengucapkan terima kasih. Setelah itu dia menyerahkannya lagi pada asistennya.“Masih ada waktu sebelum konser, duduk dan istirahat sebentar.”Winda melihat staff yang sedari tadi ber