Kota Singkarak merupakan salah satu kota di Dunia Mortal yang sangat padat penduduknya.
Semua kegiatan perdagangan berlangsung terus menerus di kota ini tanpa henti seharian penuh. Jadi Kota Singkarak adalah kota yang hidup terus menerus. Jika malam tiba, pusat hiburan bertebaran di kota ini yang buka sampai pagi hari.
Kota ini masih berada di gugusan pulau Nusantara yang merupakan gugusan pulau terpadat di Dunia Mortal. hampir semua penduduk Dunia Mortal memilih tinggal di gugusan pulau Nusantara yang serba lengkap dibandingkan gugusan pulau lainnya.Hampir semua penduduk Dunia Mortal terutama yang menghuni gugusan pulau Nusantara tinggal di sini."Ramai sekali kota ini, Sakya!" ujar Kirani. "Baiknya kamu beli pakaian ganti, karena badanmu sudah bau sekali!""Memangnya ada yang jual pakaian di kota ini? Setahuku pakaian itu kita buat sendiri!" ujar Sakya.
"Kalau di sini, kamu bisa beli pakaian dengan beberapa perak saja!" jelas Kirani.
Kirani kemudian membawa Sakya ke salah satu penjual pakaian di pasar yang ada di Kota Singkarak ini. "Kita beli dahulu pakaian untuk dirimu, Sakya! Tidak baik kalau kita disangka gelandangan yang hendak mengemis di Kota Singkarak!"Penampilan Kirani dan Sakya Kumara agak berbeda setelah mereka mengganti pakaian mereka yang lusuh dan kotor karena melalui dua hari perjalanan melalui hutan dan rawa-rawa."Kita makan dulu yuk!" ajak Kirani.Sakya mengikuti saja kemauan Kirani karena perutnya juga merasa lapar. "Aneh ...! pikirnya,"kalau di Dunia Iblis ini rasa lapar tidak begitu terasa, kenapa sangat terasa di Dunia Mortal ya? Apa karena aku di dalam tubuh manusia?"Sakya Kumara juga tidak tahu bagaimana cara yang mudah untuk menemukan Tabib Adheswara di tengah ramainya penduduk kota ini.Ada satu hal yang diingatnya yang pernah diajarkan ayahnya dahulu untuk berkomunikasi dengan sesama iblis jika mereka berada di luar daerah mereka.Jika berada dekat iblis yang berwujud manusia, akan terasa getaran khusus yang hanya bisa dirasakan oleh sesama iblis, pertanda manusia yang ditemui adalah iblis.
Dia bisa menanyakan keberadaan Tabib Sakti Adheswara kepada iblis yang sudah lama mendiami Dunia Mortal ini. Barangkali mereka mengetahui keberadaan tabib sakti ini.Iblis di Dunia Mortal akan menyerupai manusia atau pendekar, karena wujud asli mereka akan ditakuti pendekar sebagai penghuni Dunia Mortal.Jadi tidak heran, kalau iblis sangat menyukai wujud manusia yang semuanya terasa jelas. Tidak seperti wujud iblis yang sangat jauh berbeda dengan wujud manusia."Kamu ada ide tidak, bagaimana cara menemukan Tabib Adheswara ini?" tanya Sakya kepada Kirani setelah mereka beranjak dari kedai makanan."Aku juga tidak tahu, Sakya ... biasanya kalian berkomunikasi dengan apa? Maksudku untuk mengetahui kalau kalian itu iblis, karena kan semuanya dalam wujud manusia di Dunia Mortal ini!" ujar Kirani."Kalau kata ayahku sih dengan merasakan getaran tertentu yang akan terasa jika dekat dengan iblis!" kata Sakya."Coba saja kalau begitu ... mungkin saja berhasil!" saran Kirani.Sakya Kumara terus berjalan bersama Kirani sambil berusaha merasakan getaran khusus yang dimaksud untuk menemukan iblis yang tersebar di kota Singkarak ini.*****Sudah setengah hari Sakya bersama Kirani menyusuri Kota Singkarak, tapi belum menemukan juga iblis yang bisa ditemukannya.Kota Singkarak juga bukan kota yang kecil, karena baru setengah jalan menjelajahi kota ini, mereka sudah kelelahan.
Tiba-tiba Sakya merasakan getaran di tubuhnya. "Sepertinya aku merasakan keberadaan iblis di dekat sini, Kirani!' ujarnya."Bagus, Sakya ... ini kabar yang menggembirakan setelah hampir seharian kita mencari tanpa hasil!"
Terlihat pedagang makanan kecil yang mangkal di sebuah taman di Kota Singkarak ini.
“Tuan ... maaf kalau banyak tanya. Aku merasakan getaran yang hanya bisa dirasakan oleh kaum kita jika tuan mengerti maksudku," ujar Sakya kepada pedagang makanan ini.Pedagang makanan ini terlihat kaget, tapi kemudian dia menganguk tanda mengerti maksud Sakya Kumara.
"Boleh tahu aku sedang berbicara dengan siapa?" tanya Sakya Kumara.
“Thaxos ...” jawab pria penjual makanan ini. "Namaku Thaxos ... ada yang bisa aku bantu?"“Aku Sakya Kumara datang ke Kota Singkarak ini hendak mencari Tabib Sakti Adheswara. Apa Tuan Thaxos kenal dengan tabib sakti ini?” tanya Sakya.Pria ini tiba-tiba langsung berlutut di hadapan Sakya. “Maafkan aku tidak melihat Pangeran Iblis yang datang berkunjung di kota ini!”“Bangun Tuan Thaxos ... aku di Dunia Mortal sama saja dengan kalian, kita hanya pendatang!” ujar Sakya. "Bagaimana kamu bisa mengenaliku! Aku tidak dalam wujud asliku!" ujar Sakya.Sakya Kumara heran, kenapa Thaxos bisa langsung mengenalinya, padahal dia berada di dalam tubuh manusia yang mati ini."Aku ini iblis yang mempunyai kemampuan melihat sosok iblis dalam tubuh apapun! Ini sudah takdirku memiliki kemampuan seperti itu ... jadi aku langsung bisa melihat sosok pangeran di dalam tubuh manusia mati ini!" jelas Thaxos."Jadi kamu bukan merasakan getaran khusus, tapi melihat diriku?" tanya Sakya.“Benar sekali Pangeran Sakya! Aku tidak tahu dimana Tabib Sakti ini berada, tapi aku bisa mengantarkan kalian menemui iblis yang mengetahui semua iblis yang berada di Kota Singkarak ini," kata Thaxos yang tanpa pamrih berusaha menolong Sakya dan Kirani."Siapa dia Thaxos? Apakah dia iblis juga seperti kita?" tanya Sakya Kumara.
"Benar sekali Pangeran ... dia juga iblis seperti kita!' jawab Thaxos.
Thaxos langsung membereskan dagangannya untuk bersiap-siap mengantarkan Sakya menemui iblis yang bisa membawa mereka menemui Tabib Adheswara."Semoga iblis ini mengetahui keberadaan Tabib Sakti Adheswara." harap Sakya sambil mengikuti Thaxos.
Setelah seharian menelusuri Kota Singkarak, akhirnya Sakya Kumara menemukan iblis bernama Thaxos yang bisa mengantarnya ke iblis juga yang mengetahui seluk beluk Kota Singkarak ini.“Kita sudah sampai!” ujar Thaxos saat mereka tiba di pinggiran kota dekat hutan yang jauh dari keramaian kota."Aku hanya lihat hutan saja, Thaxos! memangnya iblis ini tinggal di mana?" tanya Kirani."Ikuti saja aku ... dia tidak tinggal di dalam hutan tapi di bawah hutan!" jawab Thaxos."Maksudnya?" tanya Kirani lagi.Sakya tetap waspada, khawatir Thaxos menipunya karena mereka belum benar-benar kenal dengan iblis ini."Ikuti saja langkahku ... banyak jebakan di dalam hutan ini,jadi jangan sampai melangkah di luar langkah kakiku!" kata Thaxos memperingatkan Sakya dan Kirani."Kenapa mesti menaruh jebakan? Apa temanmu ini banyak diincar pendekar atau iblis?" tanya Sakya penasaran."Tidak begitu Pangeran ... hanya iuntuk berjaga-jaga saja dari perampok dan sejenisnya!' jelas Thaxos.Thaxos kemudian bergerak
Sakya Kumara tidak mengira akan bertemu dengan Kavita Kamala, seorang gadis cantik yang sangat mengetahui seluk beluk Kota Singkarak beserta penghuninya.Baru kali ini dia menjumpai gadis iblis yang cukup cantik yang pemberani dan tanpa rasa takut terhadap siapapun."Bantuan apa yang kalian butuhkan dariku?" tanya Kavita begitu Sakya tidak menyebut-nyebut Pangeran Iblis lagi."Kami ingin kamu mengantarkan kami ke Tabib Sakti Adheswara di Kota Singkarak ini! Kalau bisa sekarang juga, karena waktu kami sudah menipis!" kata Sakya Kumara dengan perasaan cemas."Kenapa waktu kalian menipis? Kalian sudah hampir mati?" tanya Kavita."Kurang lebih begitulah Nona Kavita! Bagaimana?" desak Sakya Kumara lagi. "Kamu tahukan rumah Tabib Sakti Adheswara yang berasal dari Dunia Iblis?" "Jelas aku tahu rumah Tabib Sakti Adheswara! Tapi ada syaratnya!" ujar Kavita."Apa syaratnya Nona Kavita?" tanya Sakya Kumara.“Aku bisa mengantarkanmu bertemu Tabib Sakti, tapi semua itu ada imbalannya! seru Kavita
Sakya Kumara dan Kirani berpisah dengan Kavita Kumala yang langsung meninggalkan mereka dan kembali ke tempatnya semula."Semoga saja gadis iblis ini tidak berbohong dan menipu kita! Aku merasa dari tadi tidak percaya terhadap niat gadis iblis ini!" kata Kirani yang sudah curiga dengan tingkah laku Kavita yang aneh."Jangan berburuk sangka dahulu! Mungkin saja dia benar mau membantu kita ... hanya sifatnya saja yang jelek!" ujar Sakya."Semoga saja demikian ... aku punya firasat jelek mengenai masalah ini!" ujar Kirani lagi.Sakya naik duluan dan membuka penutup lorong rahasia ini. Benar saja kata Kavita, dia masih berada di pinggiran kota, karena yang tampak hanya pepohonan di sekelilingnya.Setelah merasa keadaan aman, Sakya meminta Kirani menyusulnya. Tapi baru beberapa saat mereka di atas permukaan, terdengar langkah kaki dan suara percakapan yang cukup jelas.Tap ... tap ... tap ...Suara langkah kaki makin mendekati tempat Sakya dan Kirani yang sedang bersembunyi."Mudah-mudahan
Batas waktu Sakya Kumara sudah makin kritis, namun dia masih saja belum menemukan Tabib Sakti Adheswara yang bisa diduga Sakya bisa mengembalikan tubuhnya seperti sedia kala. Tindakan Kavita yang menyerahkan Kirani kepada pimpinan sekteTeratai Merah membuat harapan untuk bebas dari tubuh manusia mati ini menjadi sirna. Tidak mungkin dalam waktu singkat mereka berhasil menemukan tabib ini, apalagi Kavita telah menipu mereka mentah-mentah.Bisa jadi lokasi yang ditunjukkan Kavita juga bukan lokasi sebenarnya, hanya lokasi perangkap untuk menyerahkan Kirani kepada sekawanan anggota sekteTeratai Merah yang menyusul mereka ke pinggiran hutan ini.Tik ... Tok ... Tik ... Tok ...Waktu terus bergulir bagaikan denting kematian yang menghantui Sakya Kumara. Sebentar lagi kebebasannya akan terenggut oleh waktu. Dia akan terkurung lagi selama 4 hari sampai tenaga Kirani pulih untuk membuatnya bisa bergerak bebas lagi.Itupun kalau mereka berhasil lolos dari kejaran anggota sekteTeratai Merah. J
Sakya Kumara ambruk ke tanah bagaikan tubuh yang tiada bertulang lagi. Kesadarannya hilang seketika begitu tubuh matinya tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Kali ini kondisinya jauh lebih parah dibandingkan saat dia berada di pematang sawah. Tidak ada rasa perih di badan, tapi Sakya tidak bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali, bahkan kesadarannya mulai hilang secara perlahan-lahan.“Sakya ...!” Terdengar olehnya teriakan panik Kirani, tapi badannya tidak kuasa bergerak lagi. "Sadar, Sakya ...!"Teriakan demi teriakan Kirani berusaha menyadarkan Sakya Kumara, tanpa gadis ini menyadari kalau teriakan kerasnya telah memancing pengejarnya mengetahui lokasi tempatnya berada.Pandangan Sakya yang terjatuh juga berkunang-kunang. Sekelilingnya juga sudah kabur di matanya. Ingin dipaksakan tubuhnya berdiri kembali, tapi yang dirasakannya hanyalah tubuhnya yang kaku dan mati, tidak bisa digerakkan lagi. Kondisi tubuh mati ini benar-benar mati sekarang. Bahkan Sakya Kumara sama sekli ti
Harapan Sakya Kumara tampaknya terkabul dengan keanehan yang mulai terjadi pada tubuhnya.Ada sesuatu di dalam tubuhnya yang memberontak ingin keluar dari dalam tubuhnya. Sesuatu yang terasa sangat panas bagi Sakya.“Jangan melawan Sakya Kumara! Aku Roh Iblis dalam tubuhmu yang sudah terkurung sangat lama!” kata Roh Iblis yang merupakan sosok yang membuat tubuh Sakya panas membara.“Aku tidak ingin kamu menguasaiku lagi, Roh Iblis! Walaupun aku sekarat, tidak sudi diriku menyatu lagi denganmu!” seru Sakya Kumara.“Jangan sombong pangeran tengik! Aku tidak akan menguasai tubuhmu lagi ... aku menawarkan kerjasama padamu!” bujuk Roh Iblis ini.“Kamu telah membuatku sengsara saat diriku kecil ... sekarang kamu mau aku percaya kalau kamu tidak mempunyai niat jahat padaku?” tanya Sakya Kumara dengan nada tidak percaya.“Bagaimana kalau aku bilang, aku bisa melepaskan dirimu dari tubuh mati manusia yang tidak berguna ini bagimu? Aku bisa mengembalikan tubuh aslimu, bahkan dengan kekuatan yan
Sakya Kumara, Naga Iblis dari Kerajaan Kumara terbentuk sempurna dari kesaktian Roh Iblis yang berhasil mengeluarkan dirinya dari tubuh mati manusia yang sekarang tergeletak di depannya. Tubuh yang selama ini mengurung dirinya dan membuat dirinya tidak bisa berbuat apapun juga.Sakya Kumara berdiri gagah dengan postur tubuh iblisnya yang tegap dan sangat menunjukkan sisi pendekarnya. Naga Iblis ini sangat bersyukur akhirnya bisa lepas dari belenggu manusia mati yang mengurung dirinya sehingga tidak bisa berbuat apapun.“Sakya Kumara ... sekarang kamu sudah mendapatkan tubuh iblismu! Aku bisa menjadi sumber kekuatanmu jika kamu ijinkan aku mengeluarkan kemampuanku!” ujar Roh Iblis menawarkan diri.“Ada kekuatan apa sehingga kamu menawarkan dirimu menjadi sumber kekuatanku?” tanya Sakya Kumara penuh curiga.“Aku tidak hanya bisa memberikan kekuatanku kepadamu, tapi aku juga bisa membantumu menghadapi musuh-musuhmu! Kamu bisa memanggilku keluar dari tubuhmu untuk itu!” ujar Roh Iblis lag
Sakya Kumara akhirnya berhasil pulih seperti sedia kala berkat Roh Iblis di dalam tubuhnya yang bangkit kembali memberi kekuatan kepadanya. Namun dia membutuhkan Roh Dewa yang akan menambah kekuatannya jika berhasil dibangkitkan kembali. Tetap dia harus mencari Tabib Sakti Adheswara.Seandainya saja Sakya Kumara mengetahui kalau dia memiliki kemampuan yang melebihi Roh Api dan Roh Dewa. Ada sebabnya dia disebut Naga Iblis karena Sakya Kumara merupakan keturunan dari Iblis dan Naga. Jadi kemungkinan besar Sakya Kumara bisa berubah wujud menjadi Naga Iblis yang masih belum disadarinya.Tujuannya sekarang hanya satu, menyelamatkan Kirani yang telah dibawa oleh sekte Teratai Merah.Untuk itu dia butuh kemampuan Kavita yang mengetahui lokasi tempat sekte Teratai Merah ini berada. Sakya juga akan mebuat perhitungan dengan gadis iblis ini yang telah menipunya habis-habisan.Tanpa kesulitan, Sakya Kumara memasuki ruang bawah tanah rahasia tempat Kavita berada. Sakya berharap gadis iblis ini
Sakya menetap selama sebulan di Hidden Village sambil mengajari pemuda-pemuda nag adi desa ini sedikit ilmu bela diri aagar mereka bisa melindungi desa mereka dari serangan penjahat baik yang berasal dari dunia manusia ini mapun dari dunia lainnya.Mimpi-mimpi yang terus mengusiknya membuat sakya mengambil keputusan untuk berpetualang mengikuti mimpi-mimpiny auntuk menemukan Kitab Pedang Dewa Langit dan Kitab Pedang Iblis Bumi yang telah lama menghilang."Aku pamit, Davendra!" ujar Sakya."Ajak Lavini keluar dari Hidden Village ini, Sakya! Mungkin dia bisa membantumu untuk menmukan Kitab pedang yang sedang kamu cari berdasarkan mimpi-mimpimu ini!" saran Davendra."Apa kamu ingin ikut bersamaku berpetualang di Dunia Mortal ini, Lavini?" tanya Sakya.'"Tentu saja, Sakya!" jawab Lavini singkat.Sepak terjang Sakya Kumara dengan Lavini di Dunia Mortal terkenal sebagai Pendekar Pedang Iblis dan Pendekar Pemanah Naga.Sambil mengikuti mimpi-mimpi Sakya, kedua pendekar ini terus membela keb
"Apa benar, kamu ini anak dari Shivani? Ada di mana dia sekarang? Apakah dia masih hidup?" tanya pria yang usianya sepantaran dengan dirinya."Apa benar kamu ini ayahnya Lavini?" tanya Sakya."Benar! Shivani adalah istriku di Lembah Rinjani saat kekacauan itu datang menghampiri lembah kami!" ujar pria ini."Kekacauan seperti apa maksudmu?" tanya Sakya."Kekacauan yang menyebabkan Shivani menghilang dan tidak pernah kembali lagi, padahal dia baru melahirkan Lavini saaat itu! Aku tidak tahu kenapa dia tidak kembali ke Lembah Rinjani?""Karena ibuku memang tidak bisa kembali! Menurut yang pernah kudengar, ibuku adalah putri Raja Naga di Dunia Naga! Kemungkinan besar yang menyerbu Lembah Rinjani adalah pasukan naga dari Dunia Naga atas perintah Raja Naga yang merupakan ayah dari ibuku!" jelas Sakya."Kamu salah, anak muda! Scaraxian adalah ayah dari Shivani! Aku menikahi putri dari pemimpin naga. Jadi saat Scaraxian menghilang, aku yang memimpin semua naga menuju Hidden Village! Selama in
Hidden Village benar-benar bagaikan surga setelah melalui perjalanan yang berat untuk menuju ke desa tersembunyi ini.Udara yang sesak di dalam goa besar tergantikan oleh udara yang segar dan bersih dari desa ini.Pepohonan hijau yang tampak rapi menghiasai seluruh desa serta air terjun dengan sungai yang jernih di bawahnya membuat mata Sakya terkesima melihatnya."Indah sekali Hidden Vilalge ini, Lavini! Pantas kalian sangat betah tinggal di desa yang bagaikan surga di dunia ini," ujar Sakya."Ayo! Kita temui ayahku! Beliau sering cerita tentang ibumu yang merupakan pendekar yang hebat saat masih tinggal di Lembah Rinjani," ajak Lavini."Ayahmu pemimpin Hidden Village ini?" tanya Sakya Kumara."Benar, Sakya! Ayah sudah lama mencari ibumu yang menghilang dari Lembah Rinjani!" sahut Lavini."Kenapa kamu antusias sekali? Bukannya kamu seharusnya marah karena ayahmu begitu memuja ibuku?" tanya Sakya yang mulai bingung melihat sikap Lavini."Aku tidak marah, karena Shivani Iswara adalah i
Gadis pemanah ini tampak lincah menyusuri Lembah Rinjani untuk mencari tempat yang lebih aman untuk beristirahat dan menyiapkan makanan dari hasil buruan ini."Aku tidak pernah melihatmu berada di Lembah Rinjani ini? Ada apa sampai kamu tersasar ke sini?" tanya Sakya.Gadis ini tampak tidak peduli dengan pertanyaan Sakya terhadap dirinya.'Jangan banyak tanya! mau daging kelinci hutan ini atau tidak?" tanya gadis ini dengan ketus."Bukan banyak tanya, tapi aku memang baru melihatmu di Lembah Rinjani ini!" sahut Sakya."Bagaimana kamu bisa baru melihatku ada di Lembah Rinjani kalau kamu sendiri juga baru pertama kali ke Lembah Rinjani ini?' tanya gadis pemanah ini."Kamu tahu kalau aku hanya melintas di lembah ini?" tanya Sakya."Tentu saja, Pendekar! Aku hidup di Lembah Rinjani ini, tentu saja aku tahu kalau kamu adalah pelintas jalan!" seru gadis pemanah ini."Kenapa aku tidak melihat adanya desa atau pemukiman di Lembah Rinjani ini? Aku menyangka kalau sudah tidak ada penghuni di le
Sakya masih memalingkan wajahnya untuk melihat ke arah air terjun tapi tidak tampak lagi Naga Scaraxian di sana. "Suatu kesalahan pergi ke arah goa air terjun ini. Semoga saja ini terakhir kalinya aku menginjak tempat persembunyian Scaraxian ini, terlepas dia ini kakek moyangku atau bukan!" ujar Sakya Kumara. Kruuyuuuk ...! Bunyi perut lapar Sakya Kumara membuat Pangeran Iblis ini memutuskan untuk berburu di Lembah Rinjani. "Scaraxian sialan! Aku tidak akan menemui naga raksasa yang tidak pedulian itu! Kalau bukan karena ibu, aku tidak aakan menemui naga sombong itu!" ujar Sakya dalam hati. Seekor kelinci hutan lewat di hadapannya, membuat semangat Sakya untuk berburu langsung muncul. "Aku akan menyergap kelinci hutan yang lincah ini," ujarnya. Sakya bergerak perlahan-lahan untuk mendekati kelinci hutan ini agar kelinci hutan ini idak terkejut dengan kehadirannya dan berusaha melarikan diri. Perlu banyak kesabaran bagi Sakya Kumara untuk mendapatkan hewan buruannya ini. Posi
"Ingat, Sakya! kalau kamu tidak menemukan Naga Scaraxian di Lembah Rinjani, kamu harus ke arah pegunungan Rinjani untuk menemukannya! Ayahku biasanya suka mengajakku bermain di belakang air terjun di sekitar Pegunungan Rinjani ini."Sakya terbangun dan menoleh ke arah samping.Hari masih gelap di Lembah Rinjani."Ternyata aku sedang bermimpi! Tapi kenapa jelas sekali ibu menyuruhku menuju Pegunungan Rinjani? Ada apa sebenarnya yang ingin ditunjukkan oleh ibu?" pikir Sakya. "Apa mimpiku ini nyata atau hanya sekedar ilusi saja? Tidak akan pernah kuketahui kalau aku tidak ke sana!"Sakya Kumara memutuskan akan menuju Pegunungan Rinjani untuk menguak misteri yang menyelimuti Lembah Rinjani."Aku harus tahu penyebab lenyapnya semua naga-naga di Lembah Rinjani ini! Ada kejadian apa yang membuat semua naga di sini menghilang, termasuk Scaraxian. Apa Scaraxian ini kakekku? Tadi dalam mimpi, ibu menyebut ayah terhadap naga ini!" ujar Sakya.Begitu banyak misteri yang tidak terpecahkan.Bahkan
Matahari pagi perlahan muncul dari arah pegunungan yang sejuk di Lembah Rinjani. Sinar matahari pagi yang hangat menerpa wajah Sakya Kumara yang sedang tertidur di salah satu goa yang banyak terdapat di Lembah Rinjani. Lembah Rinjani dahulunya adalah lembah yang hijau dan subur, yang menjadi tempat tinggal naga-naga yang memutuskan tinggal Di Dunia Mortal daripada di Dunia Naga mereka sendiri. Naga-naga yang warna warni dahulunya terbang dengan bebas menghiasi pegunungan Rinjani yang sebagian puncaknya tertutup es dan salju abadi. Lembah Rinjani bahkan sering disebut sebagai Lembah Naga, karena semua naga yang memutuskan tetap di Dunia Mortal ini, tinggal di lembah ini. Baik naga yang bisa menjadi manusia dan memiliki ilmu bela diri layaknya pendekar di Dunia Mortal ataupun naga yang tidak bisa berwujud manusia. Pemimpin Naga yang terkenal saat itu yang membawa Lembah Rinjani ke masa kejayaan adalah Naga Scaraxian yang memiliki bekas luka di wajahnya. Mata Scaraxian yang merah m
# Kitab Sakti #Sakya Kumara, Sang Naga Iblis yang juga Pangeran Kerajaan Iblis kembali berpetualang sendiri setelah berpisah dengan tiga gadis yang mencintainya."Aku harus kembali ke Dunia Mortal! Firasatku mengatakan kalau Mustika Naga Abadi telah berpindah tempat ke sana!" ujar Sakya dalam hati.Perjalanan Sakya lebih cepat daripada sebelumnya karena tidak ada lagi halangan yang merintanginya."Sakya ...!"Terdengar oleh Naga Iblis ini suara memanggilnya, saat dia berada di Lembah Rinjani."Siapa di sana? Kenapa kamu bisa mengenalku?" tanya Sakya.Sakya Kumara langsung memeriksa hutan di dekat lembah untuk memastikan asal suara yang memanggilnya."Sakya! Penuhi takdirmu sebagai Dewa Pedang!"Suara ini terdengar lagi di kepalanya yang membuat Sakya sakit kepala."Keluar dan tunjukkan dirimu!" seru Sakya lagi dengan lebih lantang.Tidak ada jawaban dari seruan lantang Sakya.AAARRRGHH!Teriakan yang kencang dari arah hutan membuat pohon-pohon bertumbangan dan tubuh Sakya terlempar j
"Kemana Kavita dan Kahiyang?" tanya Kirani begitu mereka sampai di atas tebing jembatan gantung."Mereka baik-baik saja! Kita akan segera menemui mereka di dalam!" sahut Sakya Kumara."Kenapa kalian tidak meninggalkanku saja? Kenapa bersusah payah menjemputku kembali?" tanya Kirani."Karena kamu itu penting, Kirani! Aku sudah berjanji akan menjagamu dan mencari ayahmu! Janji itu pasti aku tepati, terutama janji mengantarmu ke Dunia Surga!" ujar Sakya.Keduanya sedang berjaalaan santai di Duna siluman hingga sampai di Rumah Tua."Kita masuk saja dahulu temui Kavita dan Kahiyang di dalam. Setelah itu kita lanjutkan perjalanan ke Dunia Surga!' seru Sakya lagi."Kirani! Kamu baik-baik saja?" teriak Kahiyang begitu melihat Sakya masuk ke dalam rumah tua bersama Kirani."Apa Immortal menyakitimu?" tanya Kavita."Aku tidak apa-apa! Kalian berdua baik sekali khawatir akan diriku!" sahut Kirani."Apa kita akan melanjutkan perjalanan atau menginap dahulu di rumah tua ini?" tanya Sakya Kumara."