Sakya menetap selama sebulan di Hidden Village sambil mengajari pemuda-pemuda nag adi desa ini sedikit ilmu bela diri aagar mereka bisa melindungi desa mereka dari serangan penjahat baik yang berasal dari dunia manusia ini mapun dari dunia lainnya.Mimpi-mimpi yang terus mengusiknya membuat sakya mengambil keputusan untuk berpetualang mengikuti mimpi-mimpiny auntuk menemukan Kitab Pedang Dewa Langit dan Kitab Pedang Iblis Bumi yang telah lama menghilang."Aku pamit, Davendra!" ujar Sakya."Ajak Lavini keluar dari Hidden Village ini, Sakya! Mungkin dia bisa membantumu untuk menmukan Kitab pedang yang sedang kamu cari berdasarkan mimpi-mimpimu ini!" saran Davendra."Apa kamu ingin ikut bersamaku berpetualang di Dunia Mortal ini, Lavini?" tanya Sakya.'"Tentu saja, Sakya!" jawab Lavini singkat.Sepak terjang Sakya Kumara dengan Lavini di Dunia Mortal terkenal sebagai Pendekar Pedang Iblis dan Pendekar Pemanah Naga.Sambil mengikuti mimpi-mimpi Sakya, kedua pendekar ini terus membela keb
“Kenapa aku harus mendarat di tempat yang kotor seperti ini? Aku berasal dari mana sebenarnya? Kenapa sekarang aku hanya ingat namaku saja, Sakya Kumara?" gumam seorang pria yang pakaiannya compang camping dan robek di mana-mana.Saat ini, dia tampak terdampar di sebuah ladang persawahan yang tidak dikenal. Air sawah yang kotor mengenangi seluruh tubuhnya yang baru saja mengalami dampak terbakar yang hebat. Bekas-bekas luka bakar yang menimbulkan luka yang cukup parah tampak di sekujur tubuh pria ini. Bahkan wajahnya juga memerah seperti pernah terkena panas yang lumayan kuat.Pria ini masih tampak muda, tapi menggerakkan tubuhnya saja dia tidak mampu. Masih belum jelas kenapa pemuda ini bisa terdampar di area persawahan yang luas dan jauh sekali dari pemukiman penduduk.Tidak tampak seorang pun yang bisa membantu pemuda yang tampak mulai sekarat ini. Hidupnya sudah di ujung tanduk.Dilihat dari luka bakarnya yang parah, hampir dipastikan kalau Sakya Kumara pernah melewati panasnya a
Sakya Kumara telah sadar kembali, rasa sakit di tubuhnya sudah tidak sesakit sebelumnya bahkan bisa dikatakan mulai hilang. Dia tidak tahu apa yang dilakukan ayah Kirani ini, tapi Sakya Kumara sangat berterima kasih padanya.Berkat pertolongan dari keluarga petani ini, dia masih hidup sampai sekarang.Matanya mulai bisa melihat lebih jelas, hanya saja memang tubuhnya yang masih lemah untuk bergerak membuatnya hanya bisa tidur diam saja.Sakya Kumara masih mencoba mengingat-ingat masa lalunya. tapi tidak ada bayangan sama sekali yang membantunya untuk mengingat sipa dirinya selain namanya yang hanya dia kenal. Selebihnya dia tidak tahu sama sekali.Tampak oleh Sakya Kumara seorang gadis cantik yang tersenyum padanya. Gadis remaja yang sangat cantik ini sedang menatap dirinya. Baru kali ini dia melihat sesuatu yang membuat hatinya terasa nyaman sekali. "Perasaan apa ini? Kenapa senyuman gadis ini sangat menenangkan hatinya?"“Kamu sudah sadar? Siapa namamu? Aku Kirani Isvara,” katanya
Sakya Kumara masih saja terbaring lemah di tempat tidurnya. Kelihatannya luka bakar parah yang dialaminya membuat tubuhnya sulit untuk pulih kembali lagi seperti sedia kala. Bahkan untuk sekedar bergerak sajapun dia tidak bisa. Tubuhnya seakan sudah mati rasa akibat rasa sakit yang luar biasa dari luka bakar di tubuhnya.Pemuda ini masih mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Kenapa dia bisa hilang ingatan seperti ini? Kalau dilihat dari nama dirinya, dia bukanlah berasal dari rakyat jelata biasa. Kemungkinan besar dia berasal dari keluarga bangsawan, atau paling tidak berasal dari keluarga yang cukup berada.Namun, terkapar di tengah pematang sawah yang airnya kotor juga menjadi tanda tanya besar baginya, apalagi pematang sawah ini terletak di tengah hutan yang jauh dari tempat tinggal penduduk. Saat ini, Sakya Kumara melihat Kirani yang masih saja tetap setia menjaga Sakya Kumara. Mungkin, perempuan ini di sini hanya karena menuruti perintah ayahnya atau mungki
Sakya Kumara masih tertidur pulas saat Kirani kembali menemuinya. Gadis ini sebenarnya sangat menyukai Sakya Kumara karena selama ini hanya pemuda ini yang dekat dengannya, yang bisa dia ajak bicara. Sedangkan, anak-anak sebayanya saat dia berpindah-pindah tempat, tidak diijinkan sama sekali oleh ayahnya untuk bergaul dengan mereka.“Apa yang sebenarnya kamu sembunyikan dariku Sakya Kumara? Seandainya kita bertemu di waktu dan tempat yang berbeda, mungkin kita bisa menjadi sahabat ataupun kekasih. Tapi sekarang hal itu sangat tidak mungkin! Ayahku tidak mungkin akan membebaskanmu begitu saja! Dia menolongmu karena ingin mengetahui rahasiamu. Setelah rahasiamu terbongkar, maka kamu akan dibunuhnya demi menutupi rahasia keluarga kami.”Kirani menatap wajah Sakya Kumara yang masih tertidur lelap, selah tidak hendak berpisah dengan pemuda ini. Namun perpisahan adalah jalan terbaik untuk menyelamatkan nyawa pemuda ini."Sakya ... kamu sudah sadar? Bisa bangun tidak, ada yang hendak aku bic
Raksa Wangsa, ayah Kirani, yang merasakan pemberontakan di hati Kirani, mulai mengawasi anak gadisnya ini dengan ketat.Dia melihat Kirani yang sedang menolong Sakya Kumara untuk keluar dari rumah, tapi dia membiarkannya karena firasatnya mengatakan sudah saatnya Kirani menemukan seseorang yang bisa melindunginya, daripada terus-terusan bersamanya hidup dalam pelarian yang tidak jelas.Raksa juga sudah merasakan hawa kegelapan yang dibawa anggota Sekte Teratai Merah yang sudah mengetahui keberadaan rumahnya yang sekarang.“Paling tidak, Kirani aman untuk sementara ... dia tidak tahu seberapa pentingnya dia bagi kelanjutan kehidupan manusia di Dunia Mortal ini. Aku sudah menduga kalau pemuda bernama Sakya Kumara itu pendekar sakti yang sedang kehilangan kekuatannya. Semoga dia bisa melindungi Kirani kelak," harap Raksa.Belum sempat Raksa berpikir lagi, pintu rumahnya sudah didobrak dari luar dengan kerasnya.Braakk ...!“Raksa Wangsa ... kamu sembunyikan dimana pusaka Sekte Teratai Me
Abimanyu berkata-kata sendiri seakan hati kecilnya sangat mengagumi kehebatan Raksa Wangsa.Traaang ...!Pedang yang tiba-tiba diayunkan Abimanyu langsung ditangkis oleh tangan baja Raksa.Wuussh ... Buuuk .... Duaarr ....Sebuah pukulan langsung didaratkan Raksa Wangsa ke dada Abimanyu saat celah pertahanannya terbuka yang menimbulkan ledakan kecil.Pedang terlepas dari tangan Abimanyu, sedangkan dirinya terdorong jauh ke belakang oleh tenaga pukulan geledek dari Raksa Wangsa."Uhuk ...!"Abimanyu terbatuk mengeluarkan darah dari mulutnya, menandakan kalau pukulan tangan geledek dari Raksa Wangsa tepat mengenai organ dalamnya."Kamu memang hebat ... Raksa Wangsa! Aku menyerah! Seharusnya aku melindungi keluargamu, bukannya menuruti perintah Bimasena!" kata Abimanyu sambil tersenyum.Raksa Wangsa terkejut mendengar pengakuan dari Abimanyu. tapi dia tidak bisa begitu percaya saja terhadap mulut manis Pendekar Pedang Setan ini."Jangan-jangan dia lagi melakukan muslihatnya yang terkenal
Sakya Kumara terbangun dengan sinar matahari terik yang masuk melalui celah dedaunan pohon-pohon di hutan, yang menyinari matanya membuat penglihatannya menjadi silau oleh cahaya matahari ini.Posisi Sakya Kumara saat ini dalam keadaan terduduk bersandar pada salah satu pepohonan besar di hutan ini. Matanya juga masih belum terbiasa dengan suasana terang akibat terik matahari ini.Pandangannya masih belum jelas akibat teriknya cahaya matahari yang masuk ke hutan melalui celah-celah dedaunan ini.“Aku di mana? Kenapa aku tidak berada di dalam rumah petani itu lagi?” Sakya merasa heran dengan kondisinya sekarang yang berada di dalam hutan belantara yang dia tidak tahu ada di mana.Badannya masih terasa lemas dan sakit di seluruh punggungnya. Kaki dan tangannya hampir tidak bisa digerakkan seakan tubuh manusia ini sudah mati. Sakya menyesali dirinya, kenapa harus masuk ke dalam tubuh manusia yang sepertinya sudah mati ini.Saat tertidur tadi, dia telah mendapatkan kembali sedikit ingatan
Sakya menetap selama sebulan di Hidden Village sambil mengajari pemuda-pemuda nag adi desa ini sedikit ilmu bela diri aagar mereka bisa melindungi desa mereka dari serangan penjahat baik yang berasal dari dunia manusia ini mapun dari dunia lainnya.Mimpi-mimpi yang terus mengusiknya membuat sakya mengambil keputusan untuk berpetualang mengikuti mimpi-mimpiny auntuk menemukan Kitab Pedang Dewa Langit dan Kitab Pedang Iblis Bumi yang telah lama menghilang."Aku pamit, Davendra!" ujar Sakya."Ajak Lavini keluar dari Hidden Village ini, Sakya! Mungkin dia bisa membantumu untuk menmukan Kitab pedang yang sedang kamu cari berdasarkan mimpi-mimpimu ini!" saran Davendra."Apa kamu ingin ikut bersamaku berpetualang di Dunia Mortal ini, Lavini?" tanya Sakya.'"Tentu saja, Sakya!" jawab Lavini singkat.Sepak terjang Sakya Kumara dengan Lavini di Dunia Mortal terkenal sebagai Pendekar Pedang Iblis dan Pendekar Pemanah Naga.Sambil mengikuti mimpi-mimpi Sakya, kedua pendekar ini terus membela keb
"Apa benar, kamu ini anak dari Shivani? Ada di mana dia sekarang? Apakah dia masih hidup?" tanya pria yang usianya sepantaran dengan dirinya."Apa benar kamu ini ayahnya Lavini?" tanya Sakya."Benar! Shivani adalah istriku di Lembah Rinjani saat kekacauan itu datang menghampiri lembah kami!" ujar pria ini."Kekacauan seperti apa maksudmu?" tanya Sakya."Kekacauan yang menyebabkan Shivani menghilang dan tidak pernah kembali lagi, padahal dia baru melahirkan Lavini saaat itu! Aku tidak tahu kenapa dia tidak kembali ke Lembah Rinjani?""Karena ibuku memang tidak bisa kembali! Menurut yang pernah kudengar, ibuku adalah putri Raja Naga di Dunia Naga! Kemungkinan besar yang menyerbu Lembah Rinjani adalah pasukan naga dari Dunia Naga atas perintah Raja Naga yang merupakan ayah dari ibuku!" jelas Sakya."Kamu salah, anak muda! Scaraxian adalah ayah dari Shivani! Aku menikahi putri dari pemimpin naga. Jadi saat Scaraxian menghilang, aku yang memimpin semua naga menuju Hidden Village! Selama in
Hidden Village benar-benar bagaikan surga setelah melalui perjalanan yang berat untuk menuju ke desa tersembunyi ini.Udara yang sesak di dalam goa besar tergantikan oleh udara yang segar dan bersih dari desa ini.Pepohonan hijau yang tampak rapi menghiasai seluruh desa serta air terjun dengan sungai yang jernih di bawahnya membuat mata Sakya terkesima melihatnya."Indah sekali Hidden Vilalge ini, Lavini! Pantas kalian sangat betah tinggal di desa yang bagaikan surga di dunia ini," ujar Sakya."Ayo! Kita temui ayahku! Beliau sering cerita tentang ibumu yang merupakan pendekar yang hebat saat masih tinggal di Lembah Rinjani," ajak Lavini."Ayahmu pemimpin Hidden Village ini?" tanya Sakya Kumara."Benar, Sakya! Ayah sudah lama mencari ibumu yang menghilang dari Lembah Rinjani!" sahut Lavini."Kenapa kamu antusias sekali? Bukannya kamu seharusnya marah karena ayahmu begitu memuja ibuku?" tanya Sakya yang mulai bingung melihat sikap Lavini."Aku tidak marah, karena Shivani Iswara adalah i
Gadis pemanah ini tampak lincah menyusuri Lembah Rinjani untuk mencari tempat yang lebih aman untuk beristirahat dan menyiapkan makanan dari hasil buruan ini."Aku tidak pernah melihatmu berada di Lembah Rinjani ini? Ada apa sampai kamu tersasar ke sini?" tanya Sakya.Gadis ini tampak tidak peduli dengan pertanyaan Sakya terhadap dirinya.'Jangan banyak tanya! mau daging kelinci hutan ini atau tidak?" tanya gadis ini dengan ketus."Bukan banyak tanya, tapi aku memang baru melihatmu di Lembah Rinjani ini!" sahut Sakya."Bagaimana kamu bisa baru melihatku ada di Lembah Rinjani kalau kamu sendiri juga baru pertama kali ke Lembah Rinjani ini?' tanya gadis pemanah ini."Kamu tahu kalau aku hanya melintas di lembah ini?" tanya Sakya."Tentu saja, Pendekar! Aku hidup di Lembah Rinjani ini, tentu saja aku tahu kalau kamu adalah pelintas jalan!" seru gadis pemanah ini."Kenapa aku tidak melihat adanya desa atau pemukiman di Lembah Rinjani ini? Aku menyangka kalau sudah tidak ada penghuni di le
Sakya masih memalingkan wajahnya untuk melihat ke arah air terjun tapi tidak tampak lagi Naga Scaraxian di sana. "Suatu kesalahan pergi ke arah goa air terjun ini. Semoga saja ini terakhir kalinya aku menginjak tempat persembunyian Scaraxian ini, terlepas dia ini kakek moyangku atau bukan!" ujar Sakya Kumara. Kruuyuuuk ...! Bunyi perut lapar Sakya Kumara membuat Pangeran Iblis ini memutuskan untuk berburu di Lembah Rinjani. "Scaraxian sialan! Aku tidak akan menemui naga raksasa yang tidak pedulian itu! Kalau bukan karena ibu, aku tidak aakan menemui naga sombong itu!" ujar Sakya dalam hati. Seekor kelinci hutan lewat di hadapannya, membuat semangat Sakya untuk berburu langsung muncul. "Aku akan menyergap kelinci hutan yang lincah ini," ujarnya. Sakya bergerak perlahan-lahan untuk mendekati kelinci hutan ini agar kelinci hutan ini idak terkejut dengan kehadirannya dan berusaha melarikan diri. Perlu banyak kesabaran bagi Sakya Kumara untuk mendapatkan hewan buruannya ini. Posi
"Ingat, Sakya! kalau kamu tidak menemukan Naga Scaraxian di Lembah Rinjani, kamu harus ke arah pegunungan Rinjani untuk menemukannya! Ayahku biasanya suka mengajakku bermain di belakang air terjun di sekitar Pegunungan Rinjani ini."Sakya terbangun dan menoleh ke arah samping.Hari masih gelap di Lembah Rinjani."Ternyata aku sedang bermimpi! Tapi kenapa jelas sekali ibu menyuruhku menuju Pegunungan Rinjani? Ada apa sebenarnya yang ingin ditunjukkan oleh ibu?" pikir Sakya. "Apa mimpiku ini nyata atau hanya sekedar ilusi saja? Tidak akan pernah kuketahui kalau aku tidak ke sana!"Sakya Kumara memutuskan akan menuju Pegunungan Rinjani untuk menguak misteri yang menyelimuti Lembah Rinjani."Aku harus tahu penyebab lenyapnya semua naga-naga di Lembah Rinjani ini! Ada kejadian apa yang membuat semua naga di sini menghilang, termasuk Scaraxian. Apa Scaraxian ini kakekku? Tadi dalam mimpi, ibu menyebut ayah terhadap naga ini!" ujar Sakya.Begitu banyak misteri yang tidak terpecahkan.Bahkan
Matahari pagi perlahan muncul dari arah pegunungan yang sejuk di Lembah Rinjani. Sinar matahari pagi yang hangat menerpa wajah Sakya Kumara yang sedang tertidur di salah satu goa yang banyak terdapat di Lembah Rinjani. Lembah Rinjani dahulunya adalah lembah yang hijau dan subur, yang menjadi tempat tinggal naga-naga yang memutuskan tinggal Di Dunia Mortal daripada di Dunia Naga mereka sendiri. Naga-naga yang warna warni dahulunya terbang dengan bebas menghiasi pegunungan Rinjani yang sebagian puncaknya tertutup es dan salju abadi. Lembah Rinjani bahkan sering disebut sebagai Lembah Naga, karena semua naga yang memutuskan tetap di Dunia Mortal ini, tinggal di lembah ini. Baik naga yang bisa menjadi manusia dan memiliki ilmu bela diri layaknya pendekar di Dunia Mortal ataupun naga yang tidak bisa berwujud manusia. Pemimpin Naga yang terkenal saat itu yang membawa Lembah Rinjani ke masa kejayaan adalah Naga Scaraxian yang memiliki bekas luka di wajahnya. Mata Scaraxian yang merah m
# Kitab Sakti #Sakya Kumara, Sang Naga Iblis yang juga Pangeran Kerajaan Iblis kembali berpetualang sendiri setelah berpisah dengan tiga gadis yang mencintainya."Aku harus kembali ke Dunia Mortal! Firasatku mengatakan kalau Mustika Naga Abadi telah berpindah tempat ke sana!" ujar Sakya dalam hati.Perjalanan Sakya lebih cepat daripada sebelumnya karena tidak ada lagi halangan yang merintanginya."Sakya ...!"Terdengar oleh Naga Iblis ini suara memanggilnya, saat dia berada di Lembah Rinjani."Siapa di sana? Kenapa kamu bisa mengenalku?" tanya Sakya.Sakya Kumara langsung memeriksa hutan di dekat lembah untuk memastikan asal suara yang memanggilnya."Sakya! Penuhi takdirmu sebagai Dewa Pedang!"Suara ini terdengar lagi di kepalanya yang membuat Sakya sakit kepala."Keluar dan tunjukkan dirimu!" seru Sakya lagi dengan lebih lantang.Tidak ada jawaban dari seruan lantang Sakya.AAARRRGHH!Teriakan yang kencang dari arah hutan membuat pohon-pohon bertumbangan dan tubuh Sakya terlempar j
"Kemana Kavita dan Kahiyang?" tanya Kirani begitu mereka sampai di atas tebing jembatan gantung."Mereka baik-baik saja! Kita akan segera menemui mereka di dalam!" sahut Sakya Kumara."Kenapa kalian tidak meninggalkanku saja? Kenapa bersusah payah menjemputku kembali?" tanya Kirani."Karena kamu itu penting, Kirani! Aku sudah berjanji akan menjagamu dan mencari ayahmu! Janji itu pasti aku tepati, terutama janji mengantarmu ke Dunia Surga!" ujar Sakya.Keduanya sedang berjaalaan santai di Duna siluman hingga sampai di Rumah Tua."Kita masuk saja dahulu temui Kavita dan Kahiyang di dalam. Setelah itu kita lanjutkan perjalanan ke Dunia Surga!' seru Sakya lagi."Kirani! Kamu baik-baik saja?" teriak Kahiyang begitu melihat Sakya masuk ke dalam rumah tua bersama Kirani."Apa Immortal menyakitimu?" tanya Kavita."Aku tidak apa-apa! Kalian berdua baik sekali khawatir akan diriku!" sahut Kirani."Apa kita akan melanjutkan perjalanan atau menginap dahulu di rumah tua ini?" tanya Sakya Kumara."