Saat Masahiro bersiap untuk memenggal Tomoe, tiba-tiba gerakan katana nya terhenti oleh tangan yang tiba-tiba muncul dan menangkis serangannya. Dia terkejut melihat bahwa katana yang akan mendarat di leher Tomoe berhasil dihentikan tepat waktu.Ketika dia mengangkat pandangannya, dia melihat seorang pria muda yang berdiri di depannya dengan tatapan tajam. Pria itu adalah Akatsuki, tangan kanan Shingetsu, yang tiba-tiba muncul di tengah pertarungan."Kau tidak akan bisa melukai Tomoe," ucap Akatsuki dengan suara yang dingin dan tegas.Masahiro menatap Akatsuki dengan tatapan yang serius, merasakan tekanan dari kehadiran pria itu. Meskipun dia tidak mengerti mengapa Akatsuki tiba-tiba muncul untuk melindungi Tomoe, dia tahu bahwa pertarungan mereka belum selesai.Masahiro memperketat cengkeramannya pada katana nya, siap untuk melanjutkan pertarungan. Meskipun dia tidak yakin apa motif sebenarnya dari tindakan Akatsuki, dia tahu bahwa dia tidak akan membiarkan siapa pun menghalangi jalan
Dalam sekejap, udara dipenuhi dengan ketegangan saat Masahiro dan Akatsuki saling berhadapan. Keduanya siap untuk melepaskan serangan pertama, mata mereka dipenuhi dengan fokus dan tekad yang sama kuatnya.Masahiro melangkah maju dengan lincah, pedangnya siap untuk meluncurkan serangan. Dia mengayunkan pedangnya dengan kecepatan yang mengesankan, menciptakan gelombang kecil udara yang membelah ruang di antara mereka.Sementara itu, Akatsuki tetap berdiri dengan mantap, tubuhnya terbentang dalam sikap yang teguh dan siap menghadapi serangan. Dia mengeluarkan alat ninja dari sabuknya dengan gerakan yang lincah dan mulai meluncurkan mereka ke arah Masahiro dengan kecepatan yang mengejutkan.Serangan balik Masahiro datang dengan cepat, dia menghindari alat ninja yang melesat ke arahnya dengan gerakan yang gesit, sambil tetap fokus pada serangan katana nya. Kilatan cahaya dari katana nya memenuhi udara, menciptakan tampilan yang memukau saat dia melancarkan serangan bertubi-tubi.Akatsuki
Ketika Guru Fujiwara melihat Shingetsu, ekspresi keheranan dan kesedihan terpancar di wajahnya. "Shingetsu... Apakah kau benar benar telah menjauh dari ajaran-ajaran kami?" ucapnya dengan suara penuh penyesalan.Shingetsu, yang dulu pernah berdiri di bawah naungan Guru Fujiwara, sekarang menjawab dengan tatapan yang dingin dan tanpa belas kasihan, "Aku telah menemukan kekuatan sejati di luar ajaran-ajaran itu, Fujiwara Noboru. Aku tidak akan mundur, bahkan jika itu berarti melawan mantan guru sekalipun."Masahiro, yang mendengar pengakuan mengejutkan itu, merasa terkejut dan kecewa. Dia tidak bisa membayangkan bahwa musuh mereka adalah mantan murid dari guru mereka sendiri.Guru Fujiwara menghela nafas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya sendiri di tengah keadaan yang semakin memanas. "Shingetsu, sungguh disayangkan kau telah memilih jalan yang salah. Tetapi kita masih bisa menyelamatkanmu dari kegelapan ini," ucapnya dengan suara yang penuh harapan.Namun, Shingetsu hanya tersen
Dalam pertarungan yang mencapai puncaknya, Minamoto semakin brutal dalam serangannya. "Kau pikir kau bisa menang melawan aku, Ninja?" teriaknya dengan nada menantang, sambil tertawa terbahak-bahak.Ryuga, meskipun terluka parah, tetap menjawab dengan tekad yang teguh, "Aku tidak akan menyerah kepada kegilaanmu, brengsek! Aku akan bertahan sampai akhir!"Dengan senyum jahat di wajahnya, Minamoto melanjutkan serangannya tanpa ampun. "Kau akan menyesal telah menghadapi aku!" pekiknya sambil melancarkan serangan berikutnya.Setiap serangan yang dilancarkan oleh Minamoto disambut dengan upaya bertahan yang gigih dari Ryuga. Dalam keheningan yang mencekam, pedang mereka saling bertabrakan dengan kerasnya. Kedua belah pihak saling menatap dengan intensitas yang membara, di tengah-tengah pertarungan yang menghancurkan dan mematikan.Dalam keadaan terluka parah, Minamoto dan Ryuga terus saling berhadapan dengan kegigihan yang luar biasa. Setiap serangan yang dilancarkan oleh Minamoto disambut
Dengan suara yang terengah-engah karena napasnya yang terengah-engah akibat pertarungan yang intens, Shingetsu mulai menceritakan alasan di balik pilihannya untuk membelot. "Kalian tidak akan pernah mengerti," ucapnya, suaranya bergetar karena emosi yang terpendam. "Aku melihat begitu banyak kebusukan manusia di dunia ini. Orang-orang yang berkuasa menindas yang lemah, korupsi merajalela di setiap lapisan masyarakat, orang orang kecil di perbudak bagaikan tidak ada harga dirinya."Takeshi dan guru Fujiwara mendengarkan dengan serius, meskipun mereka masih fokus pada pertarungan. Mereka merasakan kesedihan dan keputusasaan dalam kata-kata Shingetsu."Kalian berdua mungkin berpikir bahwa kebaikan masih ada di dunia ini, tapi aku telah kehilangan segala harapan, keputusasaan, rasa sakit, dan penderitaan telah ku alami di dunia yang busuk ini." lanjut Shingetsu, matanya terlihat kosong, dipenuhi dengan penderitaan yang tak terucapkan. "Aku hanya ingin kekuatan untuk mengubah dunia ini, ba
Saat Takeshi merasa bahwa tenaganya hampir habis dan kekuatannya mulai memudar, dia merasa ada sesuatu yang aneh terjadi. Dalam momen keputusasaan, dia memegang erat katana pusakanya, merasakan getaran yang kuat dari katana itu. Secara tiba-tiba, energi yang mengalir dalam dirinya terasa kembali menggelora, memenuhi tubuhnya dengan kekuatan baru yang membara.'Apa ini? Katana pusaka memberikan kekuatan nya? Dengan kekuatan ini, aku tidak akan menyerah!' pikir Takeshi dengan tekad yang kuat.Katana pusakanya, yang selama ini menjadi misteri baginya, sekarang memberinya kekuatan dan semangat yang dibutuhkannya untuk melanjutkan pertarungan. Dengan dorongan baru ini, Takeshi mengambil napas dalam-dalam, menatap Shingetsu dengan mata penuh tekad dan keberanian.Dalam sinar rembulan yang menyala di langit malam, Takeshi dan Shingetsu berdiri satu sama lain, siap untuk memulai pertempuran yang menentukan. Udara terasa tegang, diisi dengan antusiasme yang membara
Dengan napas yang tersengal-sengal, Shingetsu mencoba mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya untuk berbicara. Tatapannya menemui Akatsuki, yang berdiri di sampingnya dengan tatapan campuran antara rasa takjub dan kebingungan."Akatsuki..." panggil Shingetsu dengan suara yang rapuh, "Kau... bebas sekarang. Kau bebas untuk... menjalani hidupmu... sesuai keinginanmu sendiri."Akatsuki menatap Shingetsu dengan tatapan yang penuh dengan campuran perasaan. Meskipun dia telah bertarung setia di bawah pimpinan Shingetsu, kebebasan yang baru saja diberikan padanya membuatnya merasa bingung. Namun, dalam kebingungannya, ada juga rasa lega yang dalam, karena akhirnya dia bisa menentukan nasibnya sendiri."Terima kasih, tuan Shingetsu," ucapnya dengan suara yang tulus, "Aku akan selalu menghormatimu atas semua yang telah kau lakukan untukku."Shingetsu tersenyum lemah mendengar kata-kata itu, meskipun rasa sakit masih menyiksa tubuhnya. Dia mengangguk sebagai tanggapan, mengetahui bahwa saat ini adal
Dengan hati yang berat, Takeshi meninggalkan medan pertempuran, menyusuri jalan yang diperintahkan oleh rintik hujan yang deras. Meskipun kemenangan telah diraih, dia merasa bahwa pertempuran itu meninggalkan bekas yang tak terhapuskan dalam dirinya, dan dia bersumpah untuk tidak melupakan pengorbanan yang telah dibuat oleh semua yang terlibat.Setelah perjalanan yang melelahkan, langkah mereka akhirnya menghampiri gerbang Dojo yang terbuka lebar. Warga kota yang khawatir telah berkumpul di sekitar, menunggu dengan harapan dan kecemasan yang terpancar dari wajah-wajah mereka.Ketika mereka mendekati gerbang, sorak-sorai kelegaan memenuhi udara. Warga kota bersorak gembira, melepaskan beban kekhawatiran yang selama ini mereka rasakan."Guru Fujiwara! Tuan Minamoto! Masahiro! Takeshi! Yuki!" teriak salah seorang murid Dojo dengan suara gemetar, penuh rasa syukur. "Kalian sudah kembali!"Mata guru Fujiwara berbinar melihat pemandangan yang menggembirakan itu. "Kami kembali," ucapnya deng