"Sampaikan perintahku untuk melakukan penyergapan di sekitar perbatasan kota. Begitu melihat sosok mereka, langsung bunuh!" perintah Yudha. Rencananya benar-benar brilian kali ini. Bukan hanya pasukannya yang elite, bahkan strateginya juga sangat unggul.Perlu diketahui, pasukannya ini semua dilatih secara khusus dan telah menempuh banyak peperangan. Sementara itu, pasukan Keluarga Juwanto masih terlalu lemah untuk melawan mereka. Apalagi, para pesilat di Keluarga Juwanto itu sama sekali bukan lawan Yudha.Meskipun ada ungkapan yang mengatakan bahwa orang sombong pasti akan mengalami kekalahan, pasukan Keluarga Juwanto tidak punya kesempatan untuk mengalahkan Yudha sama sekali. Sekarang Yudha harus menggunakan waktu sesingkat mungkin untuk memberi pukulan keras terhadap pasukan Keluarga Juwanto.Tak lama kemudian, pasukan Keluarga Juwanto tiba di perbatasan Provinsi Nasaka. Namun, mereka tidak menyangka akan ada penyergapan yang menanti mereka. Di tengah perjalanan, mereka mendengar te
Bahkan sebelum matahari tenggelam di hari pertama, Yudha telah berhasil menaklukkan satu kota dan menawan hampir 20 ribu orang! Ini merupakan kerugian besar bagi Keluarga Juwanto. Namun, Kumar masih belum mengetahui tentang semua ini. Pada saat ini, dia sedang menunggu kedatangan semua orang dengan bahagia, berharap mereka akan datang dengan membawa Yudha."Lepaskan orang-orang ini ke penjara di kota perbatasan dan tunggu perintah selanjutnya!" kata Yudha tanpa banyak basa-basi. Kemudian, dia memimpin pasukannya yang sedang bersemangat untuk melanjutkan penyerangan. Hingga saat senja, seluruh wilayah di Provinsi Nasaka sudah dikuasai oleh Yudha.Pada akhirnya, Kumar baru mengetahui berita ini. "Apa? Yuwono berkhianat? Semua 30 ribu pasukan kita ditahan dan Provinsi Nasaka tidak ada yang berjaga?" Kumar terperanjat mendengarnya. Ini baru satu hari, Provinsi Nasaka malah sudah kehilangan kendali. Ini ... kenapa bisa begini?"Ayah, kita baru dapat kabar. Semalam Yudha memimpin 30 ribu pas
"Tentu saja, mustahil sekali kalau mau menghancurkan Keluarga Juwanto hanya dengan menggunakan 30 ribu pasukan. Tindakan Yudha ini pasti perintah Ratu untuk menyerang Keluarga Juwanto untuk memberi peringatan. Sekaligus memberi tahu seluruh dunia bahwa siapa pun yang berani memberontak pada Kerajaan Nuala akan dibantai!""Hanya saja ... sepertinya nggak akan cukup dengan begini. Menurutku ... sepertinya surat Yudha akan datang sebentar lagi." Usai Wira berkata demikian, Biantara langsung tercengang."Kak Wira, maksudmu ... Yudha mau bekerja sama dengan kita?"Wira tersenyum seraya berkata, "Kalau aku jadi Yudha, aku akan melakukan hal itu. Bekerja sama dengan Keluarga Barus dan kita untuk menghadapi Keluarga Juwanto!""Mengenai Keluarga Barus dan Keluarga Juwanto tidak perlu dijelaskan lagi, mereka sama-sama berambisi untuk merebut kekuasaan. Sementara itu, kita punya dendam dengan Keluarga Juwanto. Keluarga Juwanto sudah beberapa kali mencoba mencelakaiku, wajar saja aku akan turun ta
Di kota perbatasan, Yudha sedang duduk di dalam tenda militer sambil melihat buku strategi. Tiba-tiba, seorang prajurit masuk dengan tergesa-gesa sambil membawa selembar surat. "Laporan, Jenderal Yudha. Ada surat dari Tuan Wahyudi!" kata prajurit itu.Mendengar laporan itu, ekspresi Yudha langsung menjadi gelisah. Dia buru-buru bangkit seraya melambaikan tangannya ke arah prajurit itu dan mendesak, "Cepat bawa kemari, biar aku lihat!""Baik, Jenderal!" Prajurit itu segera mendekat dan memberikan surat itu kepada Yudha. Melihat isi surat, Yudha merasa senang bukan main!"Baguslah, Tuan Wahyudi akhirnya setuju untuk membantu kita!" Pada saat ini, wakil jenderal yang berdiri di samping Yudha dengan wajah panik, bertanya dengan heran, "Jenderal, maksud Anda, Tuan Wahyudi mau turun tangan membantu kita menangani masalah ini?""Benar sekali," balas Yudha dengan kegirangan. "Aku percaya, kalau Tuan Wahyudi membantu, kita pasti akan bisa menang kali ini!"Mendengar ucapannya, ekspresi sang wak
Yudha tersenyum, tidak terlihat sedikit pun kepanikan dan kebingungan di wajahnya, seolah-olah semua ini berada dalam kendalinya.Ketika melihat ini, Zaabit merasa makin bingung. Dia menatap Yudha dengan curiga sambil bertanya, "Jenderal, kenapa kamu tersenyum? Ini tentang kemenangan kita melawan Keluarga Juwanto. Aku nggak nyangka Keluarga Barus akan seperti ini. Bukankah mereka jelas-jelas mempermainkan kita?"Mendengar ini, Yudha pun menggeleng dengan tidak acuh. Dia menimpali dengan lirih, "Sebenarnya, Keluarga Barus sudah termasuk luar biasa karena mengutus 5.000 pasukan untuk kita gunakan.""Hah?" Zaabit tampak bingung. "Jenderal, aku nggak ngerti ....""Aku nggak perlu memberitahumu tujuan perang ini lagi, 'kan?" balas Yudha sambil menatap Zaabit lekat-lekat. Kemudian, dia meneruskan dengan tegas, "Keluarga Juwanto menyerang karena mereka memiliki Pangeran Yahya. Ratu menyerang karena mendiang Raja menyuruhnya menggantikan Putra Mahkota untuk sementara waktu. Kedua pihak ini sam
Beberapa saat kemudian, Kumar akhirnya menerima surat tantangan tersebut. Awalnya, Kumar sedang duduk di kamp sambil menikmati teh. Ketika menerima surat dari Yudha, dia pun tertegun sesaat sebelum tertawa terbahak-bahak.Kumar segera membaca surat tantangan itu. Kemudian, dia melemparkannya ke samping dengan ekspresi menghina. "Menarik sekali, Yudha mengira dirinya begitu hebat? Dia ingin mengalahkan 50.000 pasukanku dengan 30.000 pasukannya? Dia kira dirinya dewa perang yang tak terkalahkan? Konyol sekali, hahaha!"Wakil jenderal yang berdiri di samping Kumar pun mengangguk sambil membalas, "Benar. Meskipun Yudha dikenal sebagai jenderal tak terkalahkan, kesenjangan kekuatan kali ini terlalu besar. Dia sudah pasti akan mati, kecuali menyerah dan tunduk kepada kita!"Perkataan wakil jenderal ini membuat Kumar tergelak lagi. Sorot matanya tampak berbinar-binar, sedangkan ekspresinya dipenuhi keangkuhan.Kali ini, Kumar yakin dirinya akan menang. Dia bersumpah akan melenyapkan Yudha yan
Yudha memperhatikan semua reaksi dan sikap Kumar. Raut wajahnya tampak sangat dingin saat menegur, "Jangan bicara omong kosong! Beraninya kamu mengatakan hal lancang seperti itu! Kumar, kamu benar-benar sewenang-wenang!"Kumar tersenyum dingin saat mendengar ini. Sorot matanya tampak suram, bahkan terlihat niat membunuh yang jelas. Saking geramnya, dia mengepalkan tangannya sampai terdengar suara kertak tulang."Hehehe. Jenderal, kenapa kamu nggak bisa berpikir dengan jernih? Meskipun Ratu mengurus negara atas permintaan mendiang Raja, dia hanya seorang wanita! Apa wanita sanggup melindungi Kerajaan Nuala dengan baik?" sahut Kumar."Diam! Kamu sengaja menghasut orang-orang untuk melawan Ratu!" hardik Yudha dengan galak."Hehehe. Lihatlah dirimu, kamu marah karena nggak bisa menerima kenyataan," ejek Kumar sembari terkekeh-kekeh sinis. Kemudian, dia meneruskan, "Yudha, sejak zaman dulu, nggak ada wanita yang menduduki takhta. Masa kamu ingin melihat Kerajaan Nuala binasa?"Wajah Kumar d
Kesenjangan antara kedua belah pihak terlalu besar sehingga Yudha tidak mungkin bisa menang. Makin dipikirkan, Kumar merasa makin bangga. Dia sungguh menantikan kekalahan Yudha!Kumar tidak bisa menahan tawa. Dia berucap dengan nada menghina, "Yudha, aku menghormatimu sebagai seorang jenderal. Aku mengagumi keberanian dan karaktermu. Meskipun kita berdiri di pihak yang berbeda, bukan berarti kita nggak bisa menjadi teman.""Kalau kamu bersedia, kamu boleh bergabung dengan Keluarga Juwanto. Kamu akan menjadi jenderal kepercayaanku yang membantuku menaklukkan dunia. Aku juga bisa menyerahkan pasukan padamu. Gimana?" tanya Kumar.Ucapan Kumar membuat wajah Yudha menjadi sangat masam dan dingin. Dia tertawa dengan sinis, tatapannya penuh penghinaan."Hehe, haha! Lucu, lucu sekali!" Yudha berusaha menahan amarah yang berkecamuk dalam hatinya. Dengan wajah murung dan dingin, dia membentak dengan galak, "Kumar, jangan mimpi! Kamu nggak punya status apa pun. Kalau terus bersikeras, kamu akan d
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m