Share

Bab 981

Author: Arif
Wira merasa sangat gembira. Dia menghasilkan begitu banyak uang memang untuk memperkuat pasukannya.

Kini, pasukannya yang terdiri dari 40 ribu orang tidak mungkin kalah dari pasukan mana pun. Adapun pistol dan granat itu, keduanya bukan berasal dari dunia ini, tentu saja cukup untuk mereka gunakan karena sudah diproduksi begitu banyak.

Begitu pertempuran dimulai, semua orang mungkin akan tercengang melihat kehebatan kedua senjata itu!

"Bagus sekali!" Seusai berbicara, Wira menatap ketiga wanita itu. Mereka masing-masing bertanggung jawab atas bisnis di suatu provinsi.

Wulan bertanggung jawab atas markas di Provinsi Lowala sehingga bebannya tentu lebih besar. Dia bukan hanya harus memastikan bisnis berjalan dengan lancar, tetapi juga mengirimkan barang yang cukup ke Provinsi Yolas dan Provinsi Artana.

"Semuanya aman-aman saja. Penjualan berjalan lancar seperti biasa," ucap Wulan.

Dian turut berkata, "Provinsi Artana juga sama, bisnis kita sudah memonopoli wilayah mereka. Baik produk kit
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ferry Darmawan
stuck di bab 1406???
goodnovel comment avatar
Ferry Darmawan
belum ada update bab lagi apa??
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 982

    Tidak berselang lama, Kumar memicingkan matanya. Terlihat harapan pada sorot matanya. Baru-baru ini, seorang bawahan masuk dengan membawa seekor merpati.Kumar segera mengambil merpati tersebut, lalu tersenyum. Dia berucap dengan tidak acuh dan raut wajah dingin, "Akhirnya datang juga. Kalau begitu, jangan harap dunia ini bisa damai, terutama Wira!"Kebencian Kumar terhadap Wira sangatlah besar. Dia akhirnya tahu siapa orang yang telah membantu Jihan. Ternyata, semua ini adalah ide Wira.Begitu mengetahui masalah ini, Kumar sangat murka. Hanya saja, dia tidak punya cara untuk melawan Wira waktu itu sehingga hanya bisa menahan diri.Selama setahun ini, Kumar tidak menganggur begitu saja. Setelah mencari bantuan sana sini, dia pun menemukan cara untuk melawan. Mulai hari ini, jangan harap Kerajaan Nuala bisa tenang!Perkataan Kumar ini membuat kedua putranya tertegun sesaat. Sesaat kemudian, salah satunya baru bertanya, "Ayah, kenapa mau menyerang Wira?"Bukankah target mereka seharusnya

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 983

    Wajah Rabo dipenuhi senyuman saat mendengar ini. Dia mengangguk sembari menyahut, "Hehe, kamu benar. Semua ini berkat Kak Wira."Setiap kali mengungkit Wira, ekspresi Rabo akan dipenuhi kekaguman. Dia memuji, "Kak Wira punya pemikiran ke depan. Semua bandit di sini telah ditaklukkan olehnya, makanya semuanya aman."Anak buah di samping pun mengangguk, lalu berkata, "Benar, tapi bakso ini terlalu wangi. Aku sampai ngiler karena aromanya.""Hehe, kamu belum pernah coba, ya? Bakso sapi buatan Kak Wira benar-benar lezat!" timpal Rabo.Ketika beberapa orang ini asyik mengobrol, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang terburu-buru dari kejauhan.Selanjutnya, Rabo dan anak buahnya sontak dikepung oleh bandit berpakaian hitam dan bertopeng, sampai tidak ada jalan keluar.Rabo dan lainnya seketika tampak murung. Mereka memasang kuda-kuda, juga mengelilingi barang bawaan agar tidak dirampok oleh para bandit ini.Saat ini, seorang bandit yang memimpin tiba-tiba mengangkat golok di tangan untu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 984

    Rabo berlari dengan sangat cepat dan tidak berani berhenti sedetik pun. Akan tetapi, dia tiba-tiba mendapati sebuah sosok berpakaian hitam yang memegang belati berdiri di bawah pohon yang tidak jauh dari sana. Tatapan sosok itu tertuju lekat-lekat pada Rabo.Begitu melihatnya, wajah Rabo menjadi makin suram. Dia tanpa sadar menggenggam golok dengan makin erat, lalu berseru sambil menyerbu ke arah pria itu, "Semua orang yang berani menghalangiku akan mati!"Sekujur tubuh Rabo seolah-olah dipenuhi energi yang tiada habisnya. Niat membunuhnya bergejolak hebat, langkah kakinya pun menjadi makin cepat.Pria di bawah pohon itu malah mendengus dingin, lalu mengangkat alis dan berucap, "Kamu bahkan nggak tahu kemampuan sendiri, berani sekali menantangku!"Pria itu sontak berjinjit dan meloncat. Tangannya yang memegang belati diarahkan kepada Rabo. Dia menerjang dengan cepat.Begitu terlihat kilatan dingin, mata Rabo seketika terbelalak. Dia merasakan hawa dingin di lehernya. Sebelum sempat mel

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 985

    "Aku juga menyuruh para bandit segera membalas pesanku, tapi ... nggak ada balasan apa-apa ...," lanjut Dewina.Mendengar ini, Wira pun mengernyit. Wajar jika terlambat satu hari, tapi jika tiga hari ... benar-benar tidak masuk akal!Setiap kali pengangkutan, Wira selalu berpesan pada mereka untuk tidak terburu-buru, yang penting selamat.Bagaimanapun, mereka adalah veteran Pasukan Zirah Hitam dan jarak yang harus ditempuh sangatlah jauh. Tidak masalah kalau tertunda sehari.Selain itu, para veteran yang melakukan pengangkutan selalu berangkat lima hari lebih awal. Dengan kata lain, Rabo dan lainnya sudah terlambat 8 hari! Ada yang tidak beres!"Apa ... Rabo membuat kesalahan?" tanya Dewina dengan agak ragu. Jelas-jelas tidak pernah terjadi kesalahan seperti ini.Wira menggeleng sembari menjawab, "Nggak mungkin, Rabo sangat bisa diandalkan. Dia nggak akan membuat kesalahan seperti ini.""Selain itu, Rabo pasti mengabari kita dan orang Provinsi Yolas kalau ada keterlambatan. Kalau nggak

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 986

    Wira mengiakan, lalu berucap dengan dingin, "Ya, kemungkinan besar adalah Keluarga Juwanto."Dewina segera bertanya, "Tapi, kenapa mereka menyerang kita? Nggak seharusnya seperti ini.""Nggak ada yang aneh, mungkin mereka sudah tahu aku yang memberi ide kepada Ratu," balas Wira. Tebakannya ini sangat masuk akal."Segera kirim elite dari semua desa dan bawa peralatan canggih. Beraninya Keluarga Juwanto melawan kita, aku tentu akan memberi mereka pelajaran," perintah Wira kepada Meri dan lainnya. Mereka telah lama menyiapkan berbagai peralatan, apalagi sekarang belum butuh banyak.Biantara mengangguk. Dia awalnya ingin pergi, tetapi seseorang yang berpakaian hitam dan bertopeng tiba-tiba datang dengan menunggang kuda. Pria ini menyerahkan sebuah surat kepada Biantara.Tanpa bertele-tele, Biantara langsung menyerahkan surat tersebut kepada Wira. Wira yang melihatnya pun terkejut.Hebat sekali! Hanya dalam beberapa hari, Keluarga Juwanto sudah membuat begitu banyak masalah. Selain Dusun Da

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 987

    Wira tidak ingin berkonflik dengan mereka sekarang. Lagi pula, dia tidak berniat untuk menguasai dunia. Itu akan sangat melelahkan! Lebih baik menjadi orang kaya!"Ya, baiklah!" Mereka tidak memahami pemikiran Wira, mengira Wira merasa kesempatannya belum tepat.Biantara segera mengatur semuanya. Dengan demikian, ketiga provinsi tempat anggota Wira berada pun dilindungi oleh Pasukan Zirah Hitam, juga terdapat peralatan canggih untuk pengangkutan.Setiap tempat setidaknya dijaga oleh satu atau dua tentara Pasukan Zirah Hitam yang memiliki granat dan senapan. Jika Keluarga Juwanto menyerang, mudah saja bagi mereka untuk mengalahkan puluhan petarung itu.Pada saat yang sama, Sigra yang berada di kediaman Keluarga Barus tampak sangat murung. Dia pun mendengus dingin.Farrel yang duduk di samping tentu tahu apa yang terjadi selama 2 hari ini. Dia berucap, "Ayah, orang Keluarga Juwanto sudah mengambil tindakan."Sigra mengangguk sambil menyahut, "Ya, mereka sudah nggak sabar. Nggak masalah,

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 988

    Jihan sungguh murka. Dia tidak menyangka situasi akan menjadi seperti ini. Keluarga Juwanto ini benar-benar menghalalkan segala cara!Selama setahun ini, entah sudah berapa kali Keluarga Juwanto membuat masalah di istana. Sekarang, mereka malah menyebabkan kekacauan di seluruh Kerajaan Nuala!"Keluarga Juwanto, kalian kira aku selemah itu?" Jihan mendengus dingin. Sesudah merenung sekian lama, dia memerintahkan, "Raja sudah wafat satu tahun, suruh Pangeran Yahya kembali ke ibu kota untuk memberi penghormatan."Tatapan Jihan tampak dingin. Sudah waktunya memberi pelajaran kepada Keluarga Juwanto. Tidak berselang lama, dekret akhirnya tiba di kediaman Yahya.Terlihat Yahya yang keluar untuk menyambut. Kasim berucap dengan lantang, "Mendiang Raja Bakir telah wafat setahun. Pangeran Yahya diwajibkan pulang untuk memberi penghormatan sebagai tanda bakti.""Baik." Yahya tidak bisa menolak karena tidak ada yang salah dengan perintah ini. Lagi pula, dia belum tentu akan pergi nanti.Begitu kas

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 989

    Seiring dengan keputusan ini, Jihan pun menerima sebuah surat. Ketika melihatnya, dia mendengus sinis. Tatapannya tampak dingin saat bergumam, "Keluarga Juwanto, kalian ini benar-benar serakah!"Jihan meletakkan surat itu. Keesokan hari saat rapat istana, dia menyampaikan masalah ini kepada para menteri."Mendiang Raja sudah wafat satu tahun, aku sedang menyiapkan upacara peringatan untuknya akhir-akhir ini. Jangankan para pangeran, para jenderal juga harus kembali ke ibu kota. Tapi, Pangeran Yahya yang merupakan anak pertama Raja malah menolak hadir. Aku ... sedih sekali," ucap Jihan.Para menteri menarik napas dalam-dalam mendengarnya. Satu per satu memperlihatkan raut wajah terkejut. Mereka tidak menyangka Yahya akan menolak untuk hadir. Meskipun isi surat itu memang menyatakan dia sakit, orang cerdas tentu mengerti bahwa itu hanya alasan semata."Yang Mulia, Pangeran ... sudah mengatakan dirinya sakit. Dia akan lelah kalau menempuh perjalanan panjang. Mendiang Raja pasti bisa memah

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3144

    Mendengar perkataan itu, semua orang tertegun sejenak. Mereka benar-benar tidak tahu masalah apa yang dimaksud Enji.Pada saat itu, Guntur yang duduk di bawah berkata, "Bos, langsung katakan saja."Melihat Guntur berkata seperti itu, Enji tersenyum. Dia menunjuk ke arah Adjie dan berkata sambil tersenyum, "Semuanya, mulai sekarang Adjie ini akan menjadi wakil pertama kita. Jadi, kalau kelak kalian bertemu dengannya, jangan lupa memberi hormat."Begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang duduk di bawah langsung mulai berdiskusi. Mereka benar-benar tidak menyangka Adjie akan menjadi wakil pertama.Namun, dua anak buah yang sebelumnya membawa Adjie ke sini, saling memandang dengan ekspresi gembira. Menurut mereka, kesempatan mereka akhirnya datang juga. Saat ini, mereka berada di posisi terbawah di Desa Riwut ini. Oleh karena itu, mereka merasa sangat senang karena merasa mulai sekarang kehidupan mereka akan menjadi lebih baik.Pada saat itu, salah seorang di antara kerumunan tiba-t

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3143

    Adjie langsung tertawa dan berkata, "Haha. Kalau kamu begitu suka posisi wakil kedua ini, kamu saja yang ambil. Tapi, aku jelas nggak akan menerimanya."Enji hanya tersenyum melihat pemandangan itu, terlihat jelas dia merasa Adjie adalah sosok yang menarik. Pada saat itu juga, dia maju dan berkata sambil tersenyum, "Saudara, begini saja. Kamu yang jadi wakil pertama, biar dia yang jadi wakil kedua saja. Bagaimana?"Wakil pertama itu hendak membantah saat melihat posisinya tiba-tiba turun menjadi wakil kedua, tetapi Enji langsung membentak, "Tutup mulutmu!"Ekspresi wakil pertama itu langsung berubah dan menjadi diam saat dimarahi kepala itu.Adjie langsung tersenyum dan berkata, "Kamu serius?"Enji menganggukkan kepala dan berkata, "Aku ini bos di sini, mana mungkin bermain-main dengan ucapanku."Adjie langsung menoleh ke arah wakil pertama itu dan mendengus. "Kalau Bos sudah berkata begitu, aku akan mengikuti perintahnya. Bocah, kamu sudah mengerti, 'kan?"Ekspresi wakil pertama itu l

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3142

    Pada saat itu, wakil pertama pun tersenyum dan berkata, "Nggak disangka, ternyata anak ini bukan orang biasa."Ekspresi wakil kedua langsung berubah saat mendengar perkataan itu, lalu bangkit dengan marah dan menerjang ke arah Adjie.Meskipun gerakan wakil kedua itu cepat, ternyata Adjie lebih cepat lagi. Dalam sekejap, dia sudah berada tepat di depan wakil kedua. Dia langsung mencengkeram leher wakil kedua dan memutarnya dengan kekuatan penuh.Saat mendengar suara patah tulang yang nyaring, ekspresi wakil pertama dan Enji langsung berubah. Mereka benar-benar tidak menyangka pemuda yang baru datang ini begitu ganas.Kedua anak buah yang berdiri di bawah langsung bengong. Mereka juga tidak menyangka pemuda ini begitu masuk langsung membunuh wakil kedua. Setelah tersadar kembali, mereka langsung berlutut dan memohon ampun, "Bos, kami pantas mati. Kami nggak tahu kemampuan orang ini begitu hebat."Ekspresi wakil pertama menjadi sangat muram, lalu langsung menunjuk kedua orang itu dan bert

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3141

    Melihat pria yang duduk di tengah itu, Adjie tertegun sejenak. Kedua pria yang duduk di sebelah kiri dan kanan juga terlihat sangat garang, sepertinya kedudukan mereka tinggi.Pria yang mengajak Adjie masuk segera maju dan berkata, "Ini adalah Bos Enji kami. Yang di sebelah ini adalah wakil pertama dan ini wakil kedua."Setelah memperkenalkan ketiga pria di bawah patung, pria itu menoleh pada Enji dan berkata, "Bos, aku menemukan orang ini di luar. Dia mengaku dia adalah pengungsi yang melarikan diri dari utara, jadi aku langsung membawanya menghadapmu."Mendengar perkataan itu, Enji tertegun sejenak. Beberapa saat kemudian, dia baru berkata, "Pengungsi? Mendekatlah, biar aku lihat dulu."Adjie menganggukkan kepala dan melangkah maju. Saat melihat wajah Enji dengan jelas, dia sempat terkejut. Ternyata Enji memiliki bekas luka yang panjang dari kening sampai ke sudut mata. Dilihat dari bekas luka yang mengerikan ini, jelas bos ini adalah orang yang sangat garang.Meskipun awalnya sempat

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3140

    Adjie menyipitkan matanya saat melihat nyala obor itu, lalu melangkah maju. "Siapa kalian?"Salah satu pria itu tiba-tiba mencabut goloknya dan meletakkannya di leher Adjie, lalu tersenyum sinis dan berkata, "Hehe. Kamu sedang bercanda ya? Pengungsi? Mana mungkin seorang pengungsi bisa berlari sampai ke sini. Kamu pikir aku bodoh ya? Semua pengungsi berada di selatan."Ternyata situasinya memang seperti dugaan Adjie. Dia langsung tersenyum sinis dan berkata, "Hehe. Siapa yang bilang semua pengungsi ada di selatan? Dasar bodoh!"Melihat Adjie masih berani membantahnya, ekspresi pria itu menjadi panik dan langsung mengayunkan goloknya.Namun, Adjie langsung menghindari serangan itu dan merebut golok dari tangan pria itu, lalu langsung mengarahkannya ke leher pria itu. "Hehe. Maaf, ternyata kemampuanmu hanya begitu saja. Kalau bukan karena aku sudah membunuh seseorang dan dikejar orang-orang itu, aku juga nggak sudi datang ke tempat ini."Mendengar perkataan itu, pria lainnya di samping y

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3139

    Adjie tertegun sejenak saat mendengar pertanyaan itu, lalu tersenyum dan berkata, "Hehe. Tuan, ini nggak perlu. Kalau aku membawa orang lain, justru akan lebih merepotkan. Lagi pula, kalau hanya aku sendirian saja, aku bisa bergerak dengan lebih fleksibel."Wira pun menganggukkan kepala. Setelah selesai mengatur semuanya, dia menepuk bahu Adjie dan berkata, "Baiklah, sekarang kamu pergi bersiap-siap dulu. Nanti baru temui aku lagi.""Baik," jawab Adjie, lalu segera keluar.Setelah Adjie pergi, Wira menatap peta di depannya dan menghela napas. Ini mungkin bisa berhasil jika semuanya berjalan sesuai rencananya, tetapi dia masih ragu apakah Adjie bisa merebut Desa Riwut ini. Meskipun dia tidak begitu paham dengan situasi di sana, kabarnya para perampok di sana sangat kejam. Dia juga tidak yakin apakah para perampok itu berani menghadapi pasukan utara.Saat Wira masih tenggelam dalam pemikirannya, waktu sudah berlalu sekitar setengah jam. Saat tirai tenda kembali terbuka, dia langsung terk

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3138

    Mendengar hal itu, Adjie menganggukkan kepala. Setelah semuanya sudah diputuskan, langkah selanjutnya akan lebih mudah. Namun, sekarang mereka tetap harus menyusun rencananya secara menyeluruh sebelum menjalankannya.Pada saat itu, Adjie yang masih menatap lokasi Desa Riwut pun berkata, "Sebelumnya aku nggak memperhatikan tempat ini. Tapi, setelah melihatnya lagi, tempat ini memang cukup strategis."Keduanya pun menganggukkan kepala karena lokasi Desa Riwut ini menang strategis. Jika mereka bisa menguasai tempat ini, berarti mereka sudah menguasai jalur utama musuh. Selain itu, jika musuh ingin menguasai kota-kota di sekitar, musuh mereka juga harus melewati Desa Riwut ini terlebih dahulu.Setelah berpikir sejenak, Adjie memberi hormat dan berkata, "Kalau ini perintah Tuan, aku akan mengikutinya. Tapi, kapan aku harus berangkat?"Wira langsung menjawab, "Malam ini adalah waktu terbaik dan menguntungkan kalian juga. Tapi, sebelum pergi, kamu harus mengubah identitasmu dulu."Adjie yang

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3137

    Setelah berpikir sejenak, Adjie berkata dengan pelan, "Kalau begitu, aku rasa boleh mencobanya. Tempat ini punya celah yang begitu besar, jadi ini benar-benar peluang yang bagus."Wira menganggukkan kepala karena dia juga merasa strategi ini cukup bagus karena Pulau Hulu ini memiliki tiga celah yang terbuka. Jika bisa menguasai celah ini, mereka bisa menjebak musuh di dalamnya. Meskipun pasukan utara bisa memiliki kemampuan untuk bergerak cepat, mereka tetap akan kesulitan untuk melarikan diri.Setelah mengamati jalur di sekitar Pulau Hulu, Wira menggerakkan jarinya ke atas peta dan berkata sambil menunjuk pada sebuah lokasi di bagian selatan Pulau Hulu, "Kamu lihat tempat ini."Adjie tertegun sejenak. Setelah melihat lokasi yang ditunjukkan Wira, dia berkata dengan pelan, "Tempat ini adalah Desa Riwut, markas besar sekelompok perampok besar. Tapi, apa hubungannya tempat ini dengan pasukan utara?"Wira tersenyum. Desa Riwut ini memang tidak memiliki hubungan dengan pasukan utara. Namun

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3136

    Setelah memikirkannya, Wira berkata dengan pelan, "Soal urusan ini, nggak ada yang perlu dikatakan lagi. Kali ini kalian sudah menyelesaikan tugas dengan sangat baik, kamu ingin hadiah apa?"Mendengar pertanyaan itu, Latif segera berkata, "Semuanya terserah Tuan saja."Setelah berpikir, Wira perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, aku akan mengangkatmu sebagai letnan jenderal dari ketiga tim pasukan itu. Mulai sekarang, kamu akan selalu berada di sisiku. Bagaimana?"Begitu mendengar perkataan itu, Adjie merasa sangat gembira. Dia tahu masa depannya lebih prospektif jika mengikuti Wira daripada memimpin pasukan di medan perang. Lagi pula, jika saat ini mereka bisa menangani situasi ini dengan baik, pasti akan mendapatkan pencapaian yang besar. Menurutnya, berada di sisi Wira adalah pilihan terbaik.Tanpa ragu, Adjie langsung memberi hormat dan berkata, "Terima kasih, Tuan."Wira langsung tersenyum dan berkata, "Hehe. Baiklah. Kalau begitu, sekarang kamu bisa langsung membuktikan dirimu.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status