"Aku juga menyuruh para bandit segera membalas pesanku, tapi ... nggak ada balasan apa-apa ...," lanjut Dewina.Mendengar ini, Wira pun mengernyit. Wajar jika terlambat satu hari, tapi jika tiga hari ... benar-benar tidak masuk akal!Setiap kali pengangkutan, Wira selalu berpesan pada mereka untuk tidak terburu-buru, yang penting selamat.Bagaimanapun, mereka adalah veteran Pasukan Zirah Hitam dan jarak yang harus ditempuh sangatlah jauh. Tidak masalah kalau tertunda sehari.Selain itu, para veteran yang melakukan pengangkutan selalu berangkat lima hari lebih awal. Dengan kata lain, Rabo dan lainnya sudah terlambat 8 hari! Ada yang tidak beres!"Apa ... Rabo membuat kesalahan?" tanya Dewina dengan agak ragu. Jelas-jelas tidak pernah terjadi kesalahan seperti ini.Wira menggeleng sembari menjawab, "Nggak mungkin, Rabo sangat bisa diandalkan. Dia nggak akan membuat kesalahan seperti ini.""Selain itu, Rabo pasti mengabari kita dan orang Provinsi Yolas kalau ada keterlambatan. Kalau nggak
Wira mengiakan, lalu berucap dengan dingin, "Ya, kemungkinan besar adalah Keluarga Juwanto."Dewina segera bertanya, "Tapi, kenapa mereka menyerang kita? Nggak seharusnya seperti ini.""Nggak ada yang aneh, mungkin mereka sudah tahu aku yang memberi ide kepada Ratu," balas Wira. Tebakannya ini sangat masuk akal."Segera kirim elite dari semua desa dan bawa peralatan canggih. Beraninya Keluarga Juwanto melawan kita, aku tentu akan memberi mereka pelajaran," perintah Wira kepada Meri dan lainnya. Mereka telah lama menyiapkan berbagai peralatan, apalagi sekarang belum butuh banyak.Biantara mengangguk. Dia awalnya ingin pergi, tetapi seseorang yang berpakaian hitam dan bertopeng tiba-tiba datang dengan menunggang kuda. Pria ini menyerahkan sebuah surat kepada Biantara.Tanpa bertele-tele, Biantara langsung menyerahkan surat tersebut kepada Wira. Wira yang melihatnya pun terkejut.Hebat sekali! Hanya dalam beberapa hari, Keluarga Juwanto sudah membuat begitu banyak masalah. Selain Dusun Da
Wira tidak ingin berkonflik dengan mereka sekarang. Lagi pula, dia tidak berniat untuk menguasai dunia. Itu akan sangat melelahkan! Lebih baik menjadi orang kaya!"Ya, baiklah!" Mereka tidak memahami pemikiran Wira, mengira Wira merasa kesempatannya belum tepat.Biantara segera mengatur semuanya. Dengan demikian, ketiga provinsi tempat anggota Wira berada pun dilindungi oleh Pasukan Zirah Hitam, juga terdapat peralatan canggih untuk pengangkutan.Setiap tempat setidaknya dijaga oleh satu atau dua tentara Pasukan Zirah Hitam yang memiliki granat dan senapan. Jika Keluarga Juwanto menyerang, mudah saja bagi mereka untuk mengalahkan puluhan petarung itu.Pada saat yang sama, Sigra yang berada di kediaman Keluarga Barus tampak sangat murung. Dia pun mendengus dingin.Farrel yang duduk di samping tentu tahu apa yang terjadi selama 2 hari ini. Dia berucap, "Ayah, orang Keluarga Juwanto sudah mengambil tindakan."Sigra mengangguk sambil menyahut, "Ya, mereka sudah nggak sabar. Nggak masalah,
Jihan sungguh murka. Dia tidak menyangka situasi akan menjadi seperti ini. Keluarga Juwanto ini benar-benar menghalalkan segala cara!Selama setahun ini, entah sudah berapa kali Keluarga Juwanto membuat masalah di istana. Sekarang, mereka malah menyebabkan kekacauan di seluruh Kerajaan Nuala!"Keluarga Juwanto, kalian kira aku selemah itu?" Jihan mendengus dingin. Sesudah merenung sekian lama, dia memerintahkan, "Raja sudah wafat satu tahun, suruh Pangeran Yahya kembali ke ibu kota untuk memberi penghormatan."Tatapan Jihan tampak dingin. Sudah waktunya memberi pelajaran kepada Keluarga Juwanto. Tidak berselang lama, dekret akhirnya tiba di kediaman Yahya.Terlihat Yahya yang keluar untuk menyambut. Kasim berucap dengan lantang, "Mendiang Raja Bakir telah wafat setahun. Pangeran Yahya diwajibkan pulang untuk memberi penghormatan sebagai tanda bakti.""Baik." Yahya tidak bisa menolak karena tidak ada yang salah dengan perintah ini. Lagi pula, dia belum tentu akan pergi nanti.Begitu kas
Seiring dengan keputusan ini, Jihan pun menerima sebuah surat. Ketika melihatnya, dia mendengus sinis. Tatapannya tampak dingin saat bergumam, "Keluarga Juwanto, kalian ini benar-benar serakah!"Jihan meletakkan surat itu. Keesokan hari saat rapat istana, dia menyampaikan masalah ini kepada para menteri."Mendiang Raja sudah wafat satu tahun, aku sedang menyiapkan upacara peringatan untuknya akhir-akhir ini. Jangankan para pangeran, para jenderal juga harus kembali ke ibu kota. Tapi, Pangeran Yahya yang merupakan anak pertama Raja malah menolak hadir. Aku ... sedih sekali," ucap Jihan.Para menteri menarik napas dalam-dalam mendengarnya. Satu per satu memperlihatkan raut wajah terkejut. Mereka tidak menyangka Yahya akan menolak untuk hadir. Meskipun isi surat itu memang menyatakan dia sakit, orang cerdas tentu mengerti bahwa itu hanya alasan semata."Yang Mulia, Pangeran ... sudah mengatakan dirinya sakit. Dia akan lelah kalau menempuh perjalanan panjang. Mendiang Raja pasti bisa memah
Setelah Jihan menurunkan perintah ini, semua orang di istana tidak berani mengatakan apa pun. Di sisi lain, Keluarga Juwanto juga telah mendapatkan perintah. Kumar bahkan mengetahui semua yang dilakukan dan dikatakan Jihan hari ini."Jihan, kamu benar-benar licik!" maki Kumar yang mendengus dingin. Sementara itu, Yahya menghela napas mendengarnya.Posisi mereka memang kurang unggul sekarang. Keluarga biasa saja harus memberi penghormatan kepada sang ayah saat upacara peringatan kematian, apalagi keluarga kerajaan seperti mereka. Kalau tidak pergi, Yahya hanya akan dicela."Paman, gimana? Aku pergi saja kalau memang terpaksa," ucap Yahya. Tidak ada cara lain yang lebih baik untuk masalah ini."Huh! Ratu memang ingin kamu pergi, tapi apa yang bisa dia lakukan kalau kamu menolak? Apa dia berani menyerangmu? Lagian, orang cerdas tentu tahu maksud Ratu. Perang sudah dimulai, kita nggak perlu mengalah padanya lagi. Keluarga Juwanto telah membuat begitu banyak persiapan selama satu tahun ini.
"Lagi pula, Ratu nggak perlu mencelakai ibu dan anak ini. Sebaliknya Pangeran Yahya ini malah ingin merebut kekuasaan!""Benar, kalau nggak mau merebut takhta, dia bisa tunggu sampai Putra Mahkota dewasa. Pangeran Jefry itu adiknya, bisa saja dia membantu adiknya sendiri.""Tapi hasilnya ... bukankah dia tetap saja mau jadi Raja?"Banyak juga orang yang melontarkan candaan dingin, ekspresi mereka tampak acuh tak acuh. Tidak bisa disangkal, semua orang memiliki pemikirannya sendiri, tentunya spekulasinya juga akan berbeda-beda. Namun, banyak juga orang yang berhasil menebak kebenarannya. Hanya saja, tidak ada gunanya juga mereka menebak hasilnya. Semua orang tahu bahwa akan terjadi kekacauan besar di Kerajaan Nuala.Pada saat ini, Ratu juga telah mendapat kabar ini. Sambil melihat para pejabat yang berada di ruang rapat, ekspresi Ratu justru sangat tenang saat ini."Kalian tahu sendiri bagaimana aku mendapatkan posisi ini. Kalian ingat sendiri apa yang dikatakan oleh mendiang Raja sebel
Dekret Ratu menyebar dengan cepat ke telinga Keluarga Juwanto dan seluruh rakyat di tiga provinsi."Gawat, akan terjadi perang! Istana akan melawan kita!""Bagaimana ini ... Keluarga Juwanto sialan, kenapa mereka harus bertentangan dengan kerajaan!"Berbagai keluhan timbul dari para rakyat biasa. Mereka hanya berusaha untuk bertahan hidup, jika terjadi peperangan pada saat ini, tentu akan makin mempersulit hidup mereka."Pangeran Yahya benar-benar nggak tahu diri!""Benar, padahal dia sudah dianugerahkan tiga provinsi, masih saja tetap mau bermusuhan dengan kerajaan. Bukankah itu mencelakai kita namanya?""Sialan, benar-benar keterlaluan!"Pada dasarnya, tiga provinsi ini juga bukan daerah yang sangat kaya. Bukankah akan semakin gawat jika sampai terjadi peperangan? Ditambah lagi, Ratu juga punya antek-anteknya sendiri yang diutus untuk menghasut rakyat setempat.Sejujurnya saja, Keluarga Juwanto juga tidak menyangka Ratu akan benar-benar mendeklarasikan peperangan. "Huh! Besar sekali
Meskipun Dahlan sangat membenci Wira dan ingin membunuhnya, dia tetap mempertimbangkan untung rugi dengan baik.Menyatakan perang terhadap Wira memang mudah. Namun setelah itu, akan ada banyak reaksi berantai yang harus dihadapi.Jika semua reaksi berantai itu tidak dipertimbangkan dengan matang, di masa depan hal ini bisa membawa masalah yang tidak perlu bagi mereka. Inilah poin paling sulit.Sudut bibir Senia agak berkedut. Dia melangkah ke depan Dahlan, mencengkeram kerah bajunya dengan erat. Jika tatapan mata bisa membunuh, Dahlan pasti sudah mati berkali-kali.Tatapan yang begitu menakutkan, seperti dua pedang tajam yang siap menusuk. Tidak ada yang berani menatapnya langsung."Ibu, kenapa?" Dalam pandangan Dahlan, Senia selalu tampak bijaksana. Jika tidak, mustahil bagi seorang wanita bisa mencapai posisi seperti ini, bahkan menjadi sosok yang berada di atas semua orang.Pencapaiannya sudah cukup untuk membuat semua wanita di dunia ini merasa bangga. Lagi pula, wanita yang menjad
Keesokan pagi, Wira dan rombongannya berangkat. Osman memimpin para pejabat untuk mengantar kepergian mereka. Terlihat jelas bahwa Osman sangat menghormati Wira.Selain itu, seluruh rakyat turut mengantar saat tahu Wira akan pergi. Harus diakui bahwa Wira sangat dicintai oleh rakyat.Bukan hanya di Provinsi Yonggu dan Provinsi Lowala, bahkan di wilayah lain pun Wira sangat dihormati. Bagaimanapun, pengorbanan Wira memang tidak kecil. Namun, semuanya membuahkan hasil yang sepadan.Saat Wira dalam perjalanan kembali ke Provinsi Yonggu, situasi di Kerajaan Agrel kurang baik.Saat ini, Senia duduk di singgasananya dengan wajah suram. "Apa kabar ini benar?"Senia baru mendapat kabar bahwa semua orang yang diutusnya ke wilayah barat tewas. Bahkan, Panji juga tidak bisa kembali lagi. Padahal, Panji adalah kartu trufnya yang terpenting.Karena ucapan Panji, Senia baru bersedia mengeluarkan 5 miliar gabak untuk berdamai dengan Wira. Jika tidak, dia lebih memilih untuk mengorbankan putranya dari
Di wilayah dua provinsi yang damai tanpa konflik ataupun perang, tentu tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Namun anehnya, meskipun bisa tinggal di rumah besar di luar, ada yang memilih rumah sederhana di Dusun Darmadi. Hal ini memang sulit dimengerti. Mungkin, Dusun Darmadi memberikan rasa aman bagi Ramath."Hasil terbesar yang kami capai dalam perjalanan kali ini adalah membunuh Jaran. Selain itu, Caraka yang selalu mengikuti Senia, juga tewas di tangan kami. Dengan kematian mereka berdua, kekuatan Senia jelas berkurang banyak," ucap Wira dengan puas.Ini adalah pencapaian terbesar dari perjalanan kali ini, wajar jika Wira merasa senang.Para hadirin di sekitar mengangguk setuju. Mereka juga tidak menyukai orang-orang dari Kerajaan Agrel. Ketika perang besar empat kelompok terjadi, Kerajaan Agrel adalah pihak yang menekan mereka paling keras.Meskipun sekarang situasi sudah damai, orang-orang dari Kerajaan Nuala tetap menyimpan dendam dan menjaga jarak dengan Kerajaan Agrel. Konfl
"Tuan Wira, kamu sangat senang dengan kesembuhan Lucy sampai melupakan temanmu ini. Aku ini raja lho. Aku sampai datang ke gerbang kota untuk menyambutmu. Setidaknya, kamu harus menjaga harga diriku sedikit.""Kalau terus membuatku berdiri di sini, apa yang akan dikatakan para menteriku nanti? Kelak gimana aku bisa mempertahankan wibawaku di depan mereka?"Osman berkata sambil tertawa. Jelas, itu hanya candaan tanpa maksud serius. Dia tidak mungkin benar-benar menyimpan dendam terhadap Wira.Wira tersenyum sambil menggeleng. Pemuda ini memang nakal. Para menteri yang hadir pun ikut tersenyum."Sudah, sudah, sejak kapan kamu jadi orang yang suka cemburu? Sekarang kamu seorang raja. Kamu seharusnya bicara yang bijak. Kalau nggak, kelak kamu benaran sulit mempertahankan takhtamu!" Wira ikut bercanda.Di tengah tawa dan obrolan santai, Wira dan rombongan memasuki ibu kota. Karena sebelumnya sudah mengetahui kepulangan Wira, Osman telah menyiapkan perjamuan.Ketika Wira tiba bersama rombong
Bisa dikatakan, hampir tidak ada pemimpin seperti Wira di dunia ini."Semuanya sudah beres. Raja kami mengikuti saran darimu dan mengeluarkan banyak dana untuk bantuan bencana. Sekarang keadaan sudah stabil dan rakyat sudah tenang. Kami benar-benar berterima kasih kepadamu."Sambil tersenyum, Trenggi meneruskan, "Kalau bukan karena saranmu, mungkin Kerajaan Nuala sudah jatuh dalam kekacauan sekarang ...."Ketika membahas hal ini, Trenggi tidak bisa menahan diri untuk menggeleng. Seperti yang Wira perkirakan sebelumnya, karena tidak ada bantuan bencana, banyak rakyat menderita dan masalah terus bermunculan.Ketika rakyat tidak bisa makan, mereka tentu bisa melakukan apa saja. Untungnya, bantuan segera diberikan sehingga masalah teratasi dan tidak terjadi kekacauan yang lebih besar.Namun, pada awalnya Osman tidak berniat menggunakan kas kerajaan untuk menghemat uang. Meskipun ingin membantu rakyat, dia tidak berani mengambil risiko itu demi melindungi dirinya sendiri.Bagaimanapun, jika
"Sepertinya orang-orang dari wilayah barat nggak akan melepaskanmu begitu saja. Jadi, apa rencana selanjutnya?""Menurutku, kita bisa mencoba cara lain, yaitu dengan menyerang wilayah barat terlebih dahulu. Wilayah barat cuma sebuah negara kecil di perbatasan. Alasan mereka bisa bertahan sampai sekarang cuma karena punya gurun sebagai pelindung alami.""Kamu sudah menjelajahi gurun itu sekali, jadi pasti sudah tahu jalannya. Kalau kamu memimpin, ditambah pasukan dari kedua belah pihak, kita pasti bisa menghancurkan mereka. Ketika saat itu tiba, jangankan penguasa kecil di Provinsi Tengah, bahkan seluruh wilayah barat pun akan tunduk kepada kita."Trenggi menjelaskan dengan perlahan. Sejak dia menjadi Jenderal Besar Kerajaan Nuala, dia selalu memikirkan cara untuk memperluas wilayah kekuasaan kerajaan.Di masa kekacauan, yang kuat yang berkuasa. Untuk menjadi penguasa di tengah kekacauan, hal pertama yang dibutuhkan adalah tanah yang cukup luas dan rakyat yang banyak. Hanya dengan itu,
Pihak Wira hanya ada empat orang, sementara mereka memobilisasi puluhan ribu orang dan masih gagal menghentikan Wira. Jika sampai berita ini tersebar, bukankah mereka akan menjadi bahan tertawaan? Sungguh memalukan."Jenderal, kami sudah berusaha sekuat tenaga. Dalam perjalanan kembali, kami sudah menghitung jumlah korban. Ada lebih dari 800 orang yang tewas.""Bahkan, Caraka juga tewas di tangan Wira. Kami gagal menjalankan tugas. Mohon Jenderal dapat memaafkan kami ...."Seorang wakil jenderal perlahan-lahan maju, lalu segera membungkukkan tubuhnya dan berbicara. Dia merasa sangat gelisah.Saka terkenal tegas dan ketat. Kegagalan dalam menjalankan tugas tentu sulit untuk dimaafkan. Dia menatap dingin wakil jenderal itu, lalu mengerutkan alis dan berkata, "Mereka sudah pergi. Nggak ada gunanya dibahas lagi.""Segera cari orang yang lebih dapat diandalkan dan kejar rombongan Wira. Aku nggak peduli siapa mereka atau sejauh apa mereka melarikan diri. Intinya, orang yang berani menentangk
Setelah mengatakan itu, Caraka memandang orang-orang di belakangnya. Meskipun mereka berasal dari wilayah barat, mereka juga mematuhi perintahnya karena sekarang dia sudah memegang kekuasaan besar. Apalagi sekarang dia juga sudah mendapat informasi yang tepat dari Wira.Sebelum datang ke sini, Saka sudah menyerahkan tugas penting ini pada Caraka dan semua pasukan yang berada di sana harus tunduk pada perintah Caraka. Meskipun Wendi sudah menyiapkan formasi racun di sekitar, mereka tetap terus menerjang ke arah Wira dan yang lainnya dengan kekuatan yang luar biasa saat Caraka memberikan perintahnya."Agha, bunuh dia," kata Wira yang sudah mulai kesal karena Caraka terus mendesaknya sambil menatap Agha di sampingnya."Kak Wira, kamu harus hati-hati. Aku akan pergi memenggal kepala orang itu sekarang juga," kata Agha, lalu langsung melompat dan segera menerjang ke arah Caraka. Darah mengalir dengan deras di semua tempat yang dilewatinya.Melihat Agha begitu berani, para pasukan di sekitar
"Jaran sudah bertemu dengan kami. Tapi, sekarang dia bukan hanya nggak muncul di hadapanmu, dia juga nggak ada di sampingku. Jadi, kamu rasa dia pasti ada di mana sekarang?" kata Wira sambil terus memikirkan langkah selanjutnya karena dia tidak bisa terus terjebak di sana.Jumlah di pihak lawannya begitu banyak, Wira merasa dia pasti akan rugi jika bertarung dengan mereka di sana. Ditambah dengan banyaknya orang di sekitarnya, satu-satunya caranya untuk keluar dari sana adalah menggunakan taktik melarikan diri.Pada saat itu, pandangan Wira pun tertuju pada Wendi. Saat mereka dikepung Saka sebelumnya, Wendi mengeluarkan dua tabung bambu dari sakunya. Setelah menyebarkan isi tabungnya, bahkan orang-orang yang berdiri jauh dari mereka pun merasa matanya sakit. Sementara itu, orang yang berdiri lebih dekat dengan mereka, kebanyakan yang langsung kehilangan nyawanya.Jika bukan karena begitu, Wira juga tidak akan membiarkan Wendi ikut bersamanya. Wanita ini jauh lebih mengerikan dari yang