Ucapan Jihan ini semakin membuat ekspresi para pejabat menjadi rumit. Orang yang sudah mengerti maksud Ratu langsung tersenyum. Sementara itu, orang yang berpihak pada Keluarga Juwanto langsung merasa kesulitan."Tapi kalian tenang saja, kalau Pangeran Yahya dan Selir Agung Alina nggak tiba di Provinsi Sebra ataupun Keluarga Juwanto, aku akan tetap mengerahkan seluruh kemampuan untuk mencari Pangeran Yahya!" ujar Ratu seraya tersenyum tipis. Hanya dengan satu taktik ini, dia bisa langsung menghancurkan semua rencana Keluarga Juwanto. Perasaan ini memang sangat memuaskan!Pada saat ini, saat kabar ini terdengar di Keluarga Juwanto, ekspresi Kumar langsung menjadi muram. "Sialan! Jihan, kau benar-benar tak tahu malu!" Kumar benar-benar tidak menyangka wanita ini bisa secerdik ini dalam membalikkan situasi! Fahlefi juga ikut tercengang mendengarnya."Ayah, bagaimana sekarang ini? Jihan melemparkan semua sorotan kepada Keluarga Juwanto!"Tentu saja Kumar juga paham akan hal ini, karena it
Meski Kumar merasa tak berdaya karena dikacaukan oleh Jihan, masalah ini tidak memengaruhi hal lainnya."Ya, Yahya akan ingat!" jawab Yahya. Pada hari itu juga, Yahya mengirimkan surat ke istana. Setelah melihat surat yang dikirimkan Yahya, semua orang baru percaya dengan ucapan Ratu. Sementara itu, Wira sudah keluar dari istana menuju ke kediaman Yudha. Wira datang secara diam-diam, sehingga tidak ada orang lain yang mengetahui hal ini selain Yudha."Hahaha! Pantas saja aku tadinya masih heran kenapa Ratu bisa selugas itu. Ternyata semua ini ide Tuan Wahyudi!" kata Yudha dengan kagum saat melihat Wira."Ideku ini bagus, bukan?" tanya Wira. Yudha juga mengangguk. "Memang bagus, hanya dengan satu tindakan saja kamu memusatkan semua perhatian kepada Keluarga Juwanto. Mereka berada di posisi sulit sekarang. Hanya saja, agak berisiko juga memberi mereka 3 provinsi. Keluarga Juwanto pasti akan menggunakan kesempatan ini untuk memperluas kekuasaan!"Ucapan Yudha sangat masuk akal, Wira juga
Dirga-lah pendukung Kerajaan Nuala yang sesungguhnya! Reputasinya begitu terkenal hingga membuat semua musuh tidak berani mendekat. Sayangnya, Raja Bakir adalah penguasa yang tidak bijaksana sehingga membuat Dirga gugur. Jika Dirga masih hidup, Kerajaan Nuala mungkin tidak akan jadi seperti ini sekarang."Yudha, aku salut padamu karena bisa mengabulkan pesan terakhir dari ayahmu. Mari bersulang!" kata Wira sembari tertawa sambil meminum araknya."Tentu saja, kita harus minum sampai mabuk hari ini!" Yudha menyuruh pelayan untuk membawakan beberapa hidangan. Kemudian, keduanya mulai minum hingga puas."Tuan Wahyudi, idemu ini memang bisa menstabilkan Kerajaan Nuala. Tapi ... kamu juga harus berhati-hati!" Saat mendengar peringatan dari Yudha, Wira langsung tertawa. Sebab, dia jelas sekali dengan apa maksud Yudha. Wira memiliki kemampuan yang begitu mumpuni, takutnya Ratu juga tidak akan membiarkannya pergi begitu saja. Hanya saja, Wira sudah punya rencana sendiri untuk menghadapi Ratu."
"Sudahlah, jangan bicarakan masalah ini dulu hari ini," kata Wira sesaat kemudian. Mereka tidak lagi membahas masalah pemerintahan, melainkan minum arak sepuasnya. Pada dasarnya, Wira dan Yudha memang sebaya, ditambah lagi mereka saling mengagumi sehingga keduanya cepat akrab.Lagi pula, mereka tahu bahwa kesempatan ini sangat langka. Saat ini situasi sudah mulai kacau dan bahaya mengintai di mana-mana, mungkin mereka tidak akan punya kesempatan lagi untuk minum sepuasnya kelak.Waktu terus bergulir, saat ini telah tengah malam. Meski telah banyak meminum arak, kedua orang itu masih tetap bersemangat. "Ayo minum!" seru Yudha sambil kembali menuangkan arak di cangkir Wira. Kedua orang itu menenggak arak hingga habis, Yudha memandang Wira dengan tatapan berbinar."Tuan Wahyudi, aku punya sebuah hadiah untukmu." Mendengar ucapan ini, Wira hanya tersenyum sambil menatap Yudha dengan kebingungan."Hadiah? Nggak ada perayaan apa pun, kenapa tiba-tiba memberiku hadiah?"Yudha tidak menjawabny
Setelah berkata demikian, sorot mata Yudha tampak sangat puas. Setelah tersenyum sejenak, Wira juga merasa sangat bersyukur. Di bawah cahaya bulan, kedua orang itu berlatih teknik tinju sambil minum arak semalam. Tanpa sadar, pagi telah tiba.Pada saat ini, Sigra sedang duduk di ruang kerjanya. Setelah mengetahui hal ini, dia jadi tampak kaget. Farrrel memasuki ruangan tersebut dan merasa lucu saat melihat ekspresi ayahnya. "Ayah, Keluarga Juwanto benar-benar rugi besar kali ini. Tak disangka Bibi pintar juga!"Mendengar penuturan Farrel, Sigra juga tersenyum sejenak. "Takutnya, ini bukan ide dari bibimu."Begitu ucapan itu dilontarkan, Farrel merasa bingung. "Apa maksudnya?"Sigra menjawab, "Dua hari yang lalu, ada seseorang yang memasuki ibu kota dan bergegas ke tempat Ratu. Mata-mata kita nggak melihat jelas siapa orang itu sebenarnya, tapi dia melihat orang itu berganti pakaian dan pergi ke kediaman Yudha."Farrel langsung tersentak mendengar ucapan ayahnya. "Ayah, maksudmu ...." T
Sigra hanya bisa tertawa menanggapinya. Hanya dia sendiri yang tahu apakah dia benar-benar bisa tenang menghadapi semua ini. Setelah selesai menangani urusan di ibu kota, sudah saatnya Wira pergi meninggalkan tempat ini. Hanya saja, Jihan masih merasa tidak rela."Tuan, aku tahu kemampuanmu sangat hebat. Kalau kamu bersedia membantuku, aku akan memberimu gelar sebagai penasihat agung untuk melayani Putra Mahkota. Kelak, kamu juga bisa menjadi pemimpin dari semua pejabat!" pinta Jihan mencoba membujuknya.Penasihat yang memimpin semua pejabat bukanlah posisi yang bisa dimiliki oleh orang awam. Bahkan, sebagian besar pejabat tidak berkompeten untuk menduduki posisi ini. Wira merasa agak kaget, dia tidak menyangka Ratu akan setulus ini. Hanya saja ....Wira tetap menolak dengan halus, "Yang Mulia Ratu, saya mengerti niat baik Anda. Tapi saya tidak berminat dalam masalah pemerintahan ataupun menjadi pejabat. Saya adalah orang yang bebas dan suka hidup bersenang-senang.""Tapi Yang Mulia Ra
Berita kepulangan Wira diberitahukan kepada Wulan dan yang lainnya langsung. Wira takut bahwa mereka akan mengkhawatirkan dirinya. Oleh karena itu, dia menyuruh Yudha untuk mengirimkan merpati surat kepada mereka pagi ini.Karena itulah, saat Wulan dan yang lainnya menerima surat ini, mereka sangat bergembira. Ditambah lagi dengan kejadian dalam dua hari belakangan ini, mereka menjadi semakin tidak tenang."Suamiku sudah mau pulang, kalian berdua sudah mau menikah. Sepertinya kalian juga sudah nggak sabar, 'kan?" tanya Wulan pada Dian dan Dewina dengan nada menggoda. Mendengarnya, kedua gadis itu langsung tersipu.Sejujurnya, mereka sudah lama menunggu hari ini. Mereka belum pernah merasakan penantian seperti ini. Dalam hal ini, Wulan juga turut merasakan hal yang sama. Hanya saja, saat itu Wulan masih belum terlalu memikirkan hal ini.Saat Wulan menikah dengan Wira beberapa tahun lalu, meski Wira termasuk berjasa, tapi saat itu dia masih seorang pengangguran. Wulan merasa sangat gelis
Wira merasa dilema saat melihat ketiga kamar yang menyala terang. Pada saat ini juga, Wulan tiba-tiba bersuara, "Suamiku, kamu nggak akan bisa masuk ke kamarku semudah itu malam ini. Aku harus mengujimu dulu. Kamu baru boleh masuk kalau lolos tesku."Ucapannya ini membuat Wira tercengang. "Oh ya? Silakan berikan tesnya."Setelah berpikir sejenak, Wulan berkata, "Kamu bilang kamu sangat mencintaiku. Kalau begitu, coba katakan apa makanan kesukaanku?"Tanpa ragu-ragu, Wira menjawab, "Rebung! Istriku paling suka rebung!" Wira memberi jawaban itu dengan percaya diri, tapi Wulan malah mendengus setelah mendengar jawabannya."Salah! Seleraku sudah berubah sekarang, aku nggak suka rebung lagi. Jadi, kamu nggak boleh masuk malam ini!" Usai berkata demikian, Wulan mematikan lilin di kamarnya dan melanjutkan, "Suamiku, kamu pergi ke kamar mereka berdua saja."Setelah mendengarnya, Wira tentu paham bahwa Wulan memang sengaja melakukan hal ini. Setelah menghela napas ringan, Dian juga berkata, "Su
Meskipun Dahlan sangat membenci Wira dan ingin membunuhnya, dia tetap mempertimbangkan untung rugi dengan baik.Menyatakan perang terhadap Wira memang mudah. Namun setelah itu, akan ada banyak reaksi berantai yang harus dihadapi.Jika semua reaksi berantai itu tidak dipertimbangkan dengan matang, di masa depan hal ini bisa membawa masalah yang tidak perlu bagi mereka. Inilah poin paling sulit.Sudut bibir Senia agak berkedut. Dia melangkah ke depan Dahlan, mencengkeram kerah bajunya dengan erat. Jika tatapan mata bisa membunuh, Dahlan pasti sudah mati berkali-kali.Tatapan yang begitu menakutkan, seperti dua pedang tajam yang siap menusuk. Tidak ada yang berani menatapnya langsung."Ibu, kenapa?" Dalam pandangan Dahlan, Senia selalu tampak bijaksana. Jika tidak, mustahil bagi seorang wanita bisa mencapai posisi seperti ini, bahkan menjadi sosok yang berada di atas semua orang.Pencapaiannya sudah cukup untuk membuat semua wanita di dunia ini merasa bangga. Lagi pula, wanita yang menjad
Keesokan pagi, Wira dan rombongannya berangkat. Osman memimpin para pejabat untuk mengantar kepergian mereka. Terlihat jelas bahwa Osman sangat menghormati Wira.Selain itu, seluruh rakyat turut mengantar saat tahu Wira akan pergi. Harus diakui bahwa Wira sangat dicintai oleh rakyat.Bukan hanya di Provinsi Yonggu dan Provinsi Lowala, bahkan di wilayah lain pun Wira sangat dihormati. Bagaimanapun, pengorbanan Wira memang tidak kecil. Namun, semuanya membuahkan hasil yang sepadan.Saat Wira dalam perjalanan kembali ke Provinsi Yonggu, situasi di Kerajaan Agrel kurang baik.Saat ini, Senia duduk di singgasananya dengan wajah suram. "Apa kabar ini benar?"Senia baru mendapat kabar bahwa semua orang yang diutusnya ke wilayah barat tewas. Bahkan, Panji juga tidak bisa kembali lagi. Padahal, Panji adalah kartu trufnya yang terpenting.Karena ucapan Panji, Senia baru bersedia mengeluarkan 5 miliar gabak untuk berdamai dengan Wira. Jika tidak, dia lebih memilih untuk mengorbankan putranya dari
Di wilayah dua provinsi yang damai tanpa konflik ataupun perang, tentu tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Namun anehnya, meskipun bisa tinggal di rumah besar di luar, ada yang memilih rumah sederhana di Dusun Darmadi. Hal ini memang sulit dimengerti. Mungkin, Dusun Darmadi memberikan rasa aman bagi Ramath."Hasil terbesar yang kami capai dalam perjalanan kali ini adalah membunuh Jaran. Selain itu, Caraka yang selalu mengikuti Senia, juga tewas di tangan kami. Dengan kematian mereka berdua, kekuatan Senia jelas berkurang banyak," ucap Wira dengan puas.Ini adalah pencapaian terbesar dari perjalanan kali ini, wajar jika Wira merasa senang.Para hadirin di sekitar mengangguk setuju. Mereka juga tidak menyukai orang-orang dari Kerajaan Agrel. Ketika perang besar empat kelompok terjadi, Kerajaan Agrel adalah pihak yang menekan mereka paling keras.Meskipun sekarang situasi sudah damai, orang-orang dari Kerajaan Nuala tetap menyimpan dendam dan menjaga jarak dengan Kerajaan Agrel. Konfl
"Tuan Wira, kamu sangat senang dengan kesembuhan Lucy sampai melupakan temanmu ini. Aku ini raja lho. Aku sampai datang ke gerbang kota untuk menyambutmu. Setidaknya, kamu harus menjaga harga diriku sedikit.""Kalau terus membuatku berdiri di sini, apa yang akan dikatakan para menteriku nanti? Kelak gimana aku bisa mempertahankan wibawaku di depan mereka?"Osman berkata sambil tertawa. Jelas, itu hanya candaan tanpa maksud serius. Dia tidak mungkin benar-benar menyimpan dendam terhadap Wira.Wira tersenyum sambil menggeleng. Pemuda ini memang nakal. Para menteri yang hadir pun ikut tersenyum."Sudah, sudah, sejak kapan kamu jadi orang yang suka cemburu? Sekarang kamu seorang raja. Kamu seharusnya bicara yang bijak. Kalau nggak, kelak kamu benaran sulit mempertahankan takhtamu!" Wira ikut bercanda.Di tengah tawa dan obrolan santai, Wira dan rombongan memasuki ibu kota. Karena sebelumnya sudah mengetahui kepulangan Wira, Osman telah menyiapkan perjamuan.Ketika Wira tiba bersama rombong
Bisa dikatakan, hampir tidak ada pemimpin seperti Wira di dunia ini."Semuanya sudah beres. Raja kami mengikuti saran darimu dan mengeluarkan banyak dana untuk bantuan bencana. Sekarang keadaan sudah stabil dan rakyat sudah tenang. Kami benar-benar berterima kasih kepadamu."Sambil tersenyum, Trenggi meneruskan, "Kalau bukan karena saranmu, mungkin Kerajaan Nuala sudah jatuh dalam kekacauan sekarang ...."Ketika membahas hal ini, Trenggi tidak bisa menahan diri untuk menggeleng. Seperti yang Wira perkirakan sebelumnya, karena tidak ada bantuan bencana, banyak rakyat menderita dan masalah terus bermunculan.Ketika rakyat tidak bisa makan, mereka tentu bisa melakukan apa saja. Untungnya, bantuan segera diberikan sehingga masalah teratasi dan tidak terjadi kekacauan yang lebih besar.Namun, pada awalnya Osman tidak berniat menggunakan kas kerajaan untuk menghemat uang. Meskipun ingin membantu rakyat, dia tidak berani mengambil risiko itu demi melindungi dirinya sendiri.Bagaimanapun, jika
"Sepertinya orang-orang dari wilayah barat nggak akan melepaskanmu begitu saja. Jadi, apa rencana selanjutnya?""Menurutku, kita bisa mencoba cara lain, yaitu dengan menyerang wilayah barat terlebih dahulu. Wilayah barat cuma sebuah negara kecil di perbatasan. Alasan mereka bisa bertahan sampai sekarang cuma karena punya gurun sebagai pelindung alami.""Kamu sudah menjelajahi gurun itu sekali, jadi pasti sudah tahu jalannya. Kalau kamu memimpin, ditambah pasukan dari kedua belah pihak, kita pasti bisa menghancurkan mereka. Ketika saat itu tiba, jangankan penguasa kecil di Provinsi Tengah, bahkan seluruh wilayah barat pun akan tunduk kepada kita."Trenggi menjelaskan dengan perlahan. Sejak dia menjadi Jenderal Besar Kerajaan Nuala, dia selalu memikirkan cara untuk memperluas wilayah kekuasaan kerajaan.Di masa kekacauan, yang kuat yang berkuasa. Untuk menjadi penguasa di tengah kekacauan, hal pertama yang dibutuhkan adalah tanah yang cukup luas dan rakyat yang banyak. Hanya dengan itu,
Pihak Wira hanya ada empat orang, sementara mereka memobilisasi puluhan ribu orang dan masih gagal menghentikan Wira. Jika sampai berita ini tersebar, bukankah mereka akan menjadi bahan tertawaan? Sungguh memalukan."Jenderal, kami sudah berusaha sekuat tenaga. Dalam perjalanan kembali, kami sudah menghitung jumlah korban. Ada lebih dari 800 orang yang tewas.""Bahkan, Caraka juga tewas di tangan Wira. Kami gagal menjalankan tugas. Mohon Jenderal dapat memaafkan kami ...."Seorang wakil jenderal perlahan-lahan maju, lalu segera membungkukkan tubuhnya dan berbicara. Dia merasa sangat gelisah.Saka terkenal tegas dan ketat. Kegagalan dalam menjalankan tugas tentu sulit untuk dimaafkan. Dia menatap dingin wakil jenderal itu, lalu mengerutkan alis dan berkata, "Mereka sudah pergi. Nggak ada gunanya dibahas lagi.""Segera cari orang yang lebih dapat diandalkan dan kejar rombongan Wira. Aku nggak peduli siapa mereka atau sejauh apa mereka melarikan diri. Intinya, orang yang berani menentangk
Setelah mengatakan itu, Caraka memandang orang-orang di belakangnya. Meskipun mereka berasal dari wilayah barat, mereka juga mematuhi perintahnya karena sekarang dia sudah memegang kekuasaan besar. Apalagi sekarang dia juga sudah mendapat informasi yang tepat dari Wira.Sebelum datang ke sini, Saka sudah menyerahkan tugas penting ini pada Caraka dan semua pasukan yang berada di sana harus tunduk pada perintah Caraka. Meskipun Wendi sudah menyiapkan formasi racun di sekitar, mereka tetap terus menerjang ke arah Wira dan yang lainnya dengan kekuatan yang luar biasa saat Caraka memberikan perintahnya."Agha, bunuh dia," kata Wira yang sudah mulai kesal karena Caraka terus mendesaknya sambil menatap Agha di sampingnya."Kak Wira, kamu harus hati-hati. Aku akan pergi memenggal kepala orang itu sekarang juga," kata Agha, lalu langsung melompat dan segera menerjang ke arah Caraka. Darah mengalir dengan deras di semua tempat yang dilewatinya.Melihat Agha begitu berani, para pasukan di sekitar
"Jaran sudah bertemu dengan kami. Tapi, sekarang dia bukan hanya nggak muncul di hadapanmu, dia juga nggak ada di sampingku. Jadi, kamu rasa dia pasti ada di mana sekarang?" kata Wira sambil terus memikirkan langkah selanjutnya karena dia tidak bisa terus terjebak di sana.Jumlah di pihak lawannya begitu banyak, Wira merasa dia pasti akan rugi jika bertarung dengan mereka di sana. Ditambah dengan banyaknya orang di sekitarnya, satu-satunya caranya untuk keluar dari sana adalah menggunakan taktik melarikan diri.Pada saat itu, pandangan Wira pun tertuju pada Wendi. Saat mereka dikepung Saka sebelumnya, Wendi mengeluarkan dua tabung bambu dari sakunya. Setelah menyebarkan isi tabungnya, bahkan orang-orang yang berdiri jauh dari mereka pun merasa matanya sakit. Sementara itu, orang yang berdiri lebih dekat dengan mereka, kebanyakan yang langsung kehilangan nyawanya.Jika bukan karena begitu, Wira juga tidak akan membiarkan Wendi ikut bersamanya. Wanita ini jauh lebih mengerikan dari yang