Raja Bakir memandang Yudha, lalu berkata sambil tersenyum, "Aku tahu. Terlepas dari kata-katamu, kamu masih saja membenciku. Tapi, itu sudah nggak masalah bagiku. Lagi pula, waktuku sudah nggak banyak tersisa. Kalau kamu nggak mau membunuhku hari ini, mari minumlah bersamaku."Begitu mendengar perkataan Raja Bakir, Yudha tampak terkejut. Minum? Bagaimana bisa Raja Bakir minum lagi dengan kondisi tubuh seperti itu? Bukankah itu akan memperburuknya?"Yang Mulia, mengingat kesehatan Anda, sebaiknya Anda jangan minum lagi," ucap Yudha secara langsung.Namun, Raja Bakir malah berkata sambil tersenyum, "Nggak apa-apa. Kita belum pernah benar-benar minum bersama dengan baik. Aku takut nggak akan ada kesempatan lagi. Yudha, mari kita minum bersama hari ini." Sembari berkata demikian, Raja Bakir telah menuangkan anggur di gelas Yudha hingga penuh.Setelah itu, Raja Bakir pun berkata, "Gelas pertama untuk Kerajaan Nuala." Setelah itu, dia langsung menegaknya sampai habis. Melihat situasi ini, Yu
"Selain itu, demi kepentingan anaknya, yaitu Pangeran Jefry, Ratu pasti akan merencanakan banyak hal. Pada saat itu, kalau ratu dan putra mahkota nggak bersatu, kestabilan Kerajaan Nuala akan terancam. Apakah kamu mengerti?" tanya Raja Bakir.Kemudian, Yudha pun menjawab, "Hamba mengerti. Kekacauan di istana akan sangat memengaruhi kestabilan seluruh negeri!" Ini adalah sesuatu yang tidak perlu diragukan lagi.Raja Bakir mengangguk seraya berkata, "Benar. Jadi, aku memanggilmu hari ini untuk menyerahkan tanggung jawab ini padamu. Mulai sekarang, kamu diangkat menjadi komandan pasukan kerajaan yang bertanggung jawab atas pertahanan ibu kota kerajaan! Pada saat yang sama, pangkatmu juga akan menjadi tingkat pertama. Kamu akan menjadi jenderal nomor satu di Kerajaan Nuala!"Raja Bakir mungkin tidak sepenuhnya memercayai orang lain, tetapi dia memiliki kepercayaan penuh terhadap Yudha. Sebagai anggota Keluarga Wutari yang setia, Yudha tidak akan berkhianat. Itu sebabnya, Raja Bakir merasa
Saat ini, Yudha berdiri di luar pintu dengan suasana hati yang sangat rumit. Dia tahu jelas alasan Raja Bakir bertindak demikian. Meskipun tubuhnya sudah tidak sehat, dia masih bersedia mengorbankan dirinya agar Ratu dapat berkuasa. Raja Bakir bahkan tidak membiarkan hari-hari terakhirnya berlalu dengan tenang.Yudha menghela napas, lalu memberi hormat yang mendalam sembari menatap pintu ruang kerja yang tertutup. Namun, masih ada perasaan rumit di dalam hatinya. Pria itu pun bergumam, "Ayah ... bagaimana seharusnya aku memilih?"Sebelum ayahnya meninggal, dia meminta Yudha untuk melindungi Kerajaan Nuala dengan segala cara. Apabila ayahnya masih hidup, dia pasti akan menyetujui permintaan Raja Bakir tanpa ragu-ragu. Bahkan, tanpa permohonan Raja Bakir, ayahnya pasti tetap akan melindungi Kerajaan Nuala.Hanya saja ... masih ada belenggu dalam hati Yudha. Terlepas dari seberapa tulus permintaan maaf Raja Bakir hari ini, Yudha masih belum bisa memaafkannya sepenuhnya. Apalagi, Yudha tah
Raja Bakir terbaring di ranjang dengan wajah yang sangat pucat, seolah-olah bisa dijemput ajal kapan pun. Saat ini, para selirnya sangat sedih dan berlutut di lantai sambil menangis dengan terisak-isak. Sementara itu, tabib di samping tampak mengernyit dan tengah memeriksa denyut nadi Raja Bakir.Mata Jihan juga tampak memerah. Dia memandang cemas ke arah Raja Bakir yang terbaring di ranjang. Ketika tabib menarik kembali tangannya dengan ekspresi yang sangat gelisah, Jihan segera mendekat dan bertanya dengan khawatir, "Tabib, bagaimana kondisi Yang Mulia sekarang?"Ekspresi tabib tampak sangat serius. Dia agak menggeleng dan menghela napas perlahan, lalu berkata dengan serius, "Kondisi Yang Mulia sangat buruk. Penyakitnya sangat serius, mungkin waktunya sudah tidak lama lagi ...."Begitu para selir mendengar ini, tangisan mereka pun makin keras. Beberapa bahkan langsung pingsan di tempat karena tidak mampu menahan pukulan berat ini.Sementara itu, Jihan juga sulit memercayai hal ini. D
Raja Bakir dan Jihan tiba di depan aula leluhur istana. Saat melihat tablet leluhur yang disembah, Raja Bakir sontak menangis. Dia berlutut di tanah dan langsung bersujud tiga kali sebelum berkata, "Para leluhur yang terhormat, aku sudah mengecewakan kalian ...."Raja Bakir tampak sangat sedih dan sulit menerima semua ini. Akan tetapi, memangnya kenapa kalau dia tidak terima?Raja Bakir pun berlutut di sana dan merenungkan kembali hidupnya. Memang ada penyesalan dan keengganan, tetapi dia justru makin tenang karena semuanya telah berlalu. Dia selalu sangat sulit menerima kematiannya. Namun, kini dia tiba-tiba merasa lega.Setidaknya, Raja Bakir telah melakukan banyak hal dan mencari jalan keluar untuk Kerajaan Nuala sebelum dijemput ajal. Paling tidak, dia merasa telah menciptakan kestabilan yang diyakini olehnya. Tindakannya mungkin bukan rencana yang sempurna, tetapi merupakan pilihan terbaik.Saat ini, Raja Bakir memerintahkan, "Ratu, berlututlah!"Kemudian, Jihan pun langsung berlu
Wira menyampaikannya secara blak-blakan. Usai dia mengatakan itu, Farrel pun menghela napas. Kemudian, dia berkata dengan ekspresi kebingungan, "Kak Wira, sejujurnya aku memang datang demi hal ini!"Wanita itu memandang Wira dengan raut wajah yang muram. Sejujurnya, Farrel telah merenungkan masalah ini di sepanjang perjalanan. Bagaimana seharusnya Keluarga Barus menghadapi gejolak ini? Apakah mereka rela menjadi bawahan atau sebaliknya merebut kekuasaan di tengah kekacauan? Farrel sangat kebingungan dan khawatir.Mengenai masalah ini, Wira tak kuasa berkata, "Apakah Keluarga Barus belum mempertimbangkannya dengan baik?"Wira merasa bahwa dalam situasi ini, Keluarga Barus seharusnya sudah memiliki pemikiran yang jelas. Dalam politik saat ini, pilihan untuk Keluarga Barus memang sangat banyak. Akan tetapi, jika Wira menjadi mereka, dia pasti akan memilih untuk menjadi penguasa tertinggi.Farrel mengangguk sembari menjawab, "Ayahku sedang kebingungan dan nggak tahu harus memilih apa. Enta
Wira mengangguk, lalu berpikir sejenak sebelum berkata, "Meskipun begitu, ini adalah urusan yang berkaitan dengan takdir Kerajaan Nuala ke depannya. Bagaimana bisa disikapi dengan begitu gegabah? Selain itu, kalaupun benar seperti yang kamu katakan, Keluarga Barus seharusnya nggak tinggal diam hanya karena satu orang."Usai mendengar perkataan Wira, Farrel pun mengambil napas dalam-dalam. Walau seperti itu, masih ada keraguan di dalam hatinya."Kak Wira, kalau kamu yang mengalami hal ini, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Farrel. Dia ingin mengetahui pemikiran Wira.Begitu mendengar pertanyaan itu, Wira pun menjawab sambil tersenyum, "Kalau aku, mungkin aku akan menyerah pada ambisi untuk merebut kekuasaan. Bagaimanapun juga ... aku nggak terlalu tertarik dengan hal tersebut."Farrel sedikit terkejut dengan jawaban Wira. Namun, dia bertanya sembari tersenyum kaku, "Kak Wira, apakah kamu serius? Tapi ... dari apa yang kutahu, sepertinya kamu juga sudah melakukan banyak persiapan, bukan
Saat memikirkan Keluarga Barus, Wira mendesah. Dia memandang mereka bertiga sambil berucap, "Ratu dan Keluarga Juwanto punya alasan untuk merebut kekuasaan, tapi bagaimana dengan Keluarga Barus? Sebagai keluarga Ratu, seharusnya mereka membantu Ratu untuk mencapai tujuannya. Tapi, kalau Keluarga Barus mau merebut kekuasaan untuk mereka sendiri, sepertinya hal ini kurang pantas, 'kan?"Wulan dan lainnya langsung mengerti begitu Wira menyelesaikan ucapannya. Memang benar, Ratu merebut kekuasaan demi pangeran, begitu pula dengan Keluarga Juwanto.Jadi, apa alasan Keluarga Barus merebut kekuasaan? Apa demi mereka sendiri? Kalau begitu, mereka akan kelihatan terlalu ambisius. Sesungguhnya, tidak mudah bagi Keluarga Barus untuk melakukan hal ini.Dewina bertanya, "Kalau begitu, bukankah ini berarti Keluarga Barus nggak punya kesempatan lagi?"Melakukan sesuatu tanpa alasan yang jelas memang tidak mudah. Jika tidak bisa memenangkan hati rakyat, bagaimana caranya mengendalikan negara? Ini adal
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m