Share

Bab 944

Penulis: Arif
Saat ini, Yudha berdiri di luar pintu dengan suasana hati yang sangat rumit. Dia tahu jelas alasan Raja Bakir bertindak demikian. Meskipun tubuhnya sudah tidak sehat, dia masih bersedia mengorbankan dirinya agar Ratu dapat berkuasa. Raja Bakir bahkan tidak membiarkan hari-hari terakhirnya berlalu dengan tenang.

Yudha menghela napas, lalu memberi hormat yang mendalam sembari menatap pintu ruang kerja yang tertutup. Namun, masih ada perasaan rumit di dalam hatinya. Pria itu pun bergumam, "Ayah ... bagaimana seharusnya aku memilih?"

Sebelum ayahnya meninggal, dia meminta Yudha untuk melindungi Kerajaan Nuala dengan segala cara. Apabila ayahnya masih hidup, dia pasti akan menyetujui permintaan Raja Bakir tanpa ragu-ragu. Bahkan, tanpa permohonan Raja Bakir, ayahnya pasti tetap akan melindungi Kerajaan Nuala.

Hanya saja ... masih ada belenggu dalam hati Yudha. Terlepas dari seberapa tulus permintaan maaf Raja Bakir hari ini, Yudha masih belum bisa memaafkannya sepenuhnya. Apalagi, Yudha tah
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Endang Kartiningsih
makin ke sini makin sedikit tiap babnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 945

    Raja Bakir terbaring di ranjang dengan wajah yang sangat pucat, seolah-olah bisa dijemput ajal kapan pun. Saat ini, para selirnya sangat sedih dan berlutut di lantai sambil menangis dengan terisak-isak. Sementara itu, tabib di samping tampak mengernyit dan tengah memeriksa denyut nadi Raja Bakir.Mata Jihan juga tampak memerah. Dia memandang cemas ke arah Raja Bakir yang terbaring di ranjang. Ketika tabib menarik kembali tangannya dengan ekspresi yang sangat gelisah, Jihan segera mendekat dan bertanya dengan khawatir, "Tabib, bagaimana kondisi Yang Mulia sekarang?"Ekspresi tabib tampak sangat serius. Dia agak menggeleng dan menghela napas perlahan, lalu berkata dengan serius, "Kondisi Yang Mulia sangat buruk. Penyakitnya sangat serius, mungkin waktunya sudah tidak lama lagi ...."Begitu para selir mendengar ini, tangisan mereka pun makin keras. Beberapa bahkan langsung pingsan di tempat karena tidak mampu menahan pukulan berat ini.Sementara itu, Jihan juga sulit memercayai hal ini. D

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 946

    Raja Bakir dan Jihan tiba di depan aula leluhur istana. Saat melihat tablet leluhur yang disembah, Raja Bakir sontak menangis. Dia berlutut di tanah dan langsung bersujud tiga kali sebelum berkata, "Para leluhur yang terhormat, aku sudah mengecewakan kalian ...."Raja Bakir tampak sangat sedih dan sulit menerima semua ini. Akan tetapi, memangnya kenapa kalau dia tidak terima?Raja Bakir pun berlutut di sana dan merenungkan kembali hidupnya. Memang ada penyesalan dan keengganan, tetapi dia justru makin tenang karena semuanya telah berlalu. Dia selalu sangat sulit menerima kematiannya. Namun, kini dia tiba-tiba merasa lega.Setidaknya, Raja Bakir telah melakukan banyak hal dan mencari jalan keluar untuk Kerajaan Nuala sebelum dijemput ajal. Paling tidak, dia merasa telah menciptakan kestabilan yang diyakini olehnya. Tindakannya mungkin bukan rencana yang sempurna, tetapi merupakan pilihan terbaik.Saat ini, Raja Bakir memerintahkan, "Ratu, berlututlah!"Kemudian, Jihan pun langsung berlu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 947

    Wira menyampaikannya secara blak-blakan. Usai dia mengatakan itu, Farrel pun menghela napas. Kemudian, dia berkata dengan ekspresi kebingungan, "Kak Wira, sejujurnya aku memang datang demi hal ini!"Wanita itu memandang Wira dengan raut wajah yang muram. Sejujurnya, Farrel telah merenungkan masalah ini di sepanjang perjalanan. Bagaimana seharusnya Keluarga Barus menghadapi gejolak ini? Apakah mereka rela menjadi bawahan atau sebaliknya merebut kekuasaan di tengah kekacauan? Farrel sangat kebingungan dan khawatir.Mengenai masalah ini, Wira tak kuasa berkata, "Apakah Keluarga Barus belum mempertimbangkannya dengan baik?"Wira merasa bahwa dalam situasi ini, Keluarga Barus seharusnya sudah memiliki pemikiran yang jelas. Dalam politik saat ini, pilihan untuk Keluarga Barus memang sangat banyak. Akan tetapi, jika Wira menjadi mereka, dia pasti akan memilih untuk menjadi penguasa tertinggi.Farrel mengangguk sembari menjawab, "Ayahku sedang kebingungan dan nggak tahu harus memilih apa. Enta

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 948

    Wira mengangguk, lalu berpikir sejenak sebelum berkata, "Meskipun begitu, ini adalah urusan yang berkaitan dengan takdir Kerajaan Nuala ke depannya. Bagaimana bisa disikapi dengan begitu gegabah? Selain itu, kalaupun benar seperti yang kamu katakan, Keluarga Barus seharusnya nggak tinggal diam hanya karena satu orang."Usai mendengar perkataan Wira, Farrel pun mengambil napas dalam-dalam. Walau seperti itu, masih ada keraguan di dalam hatinya."Kak Wira, kalau kamu yang mengalami hal ini, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Farrel. Dia ingin mengetahui pemikiran Wira.Begitu mendengar pertanyaan itu, Wira pun menjawab sambil tersenyum, "Kalau aku, mungkin aku akan menyerah pada ambisi untuk merebut kekuasaan. Bagaimanapun juga ... aku nggak terlalu tertarik dengan hal tersebut."Farrel sedikit terkejut dengan jawaban Wira. Namun, dia bertanya sembari tersenyum kaku, "Kak Wira, apakah kamu serius? Tapi ... dari apa yang kutahu, sepertinya kamu juga sudah melakukan banyak persiapan, bukan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 949

    Saat memikirkan Keluarga Barus, Wira mendesah. Dia memandang mereka bertiga sambil berucap, "Ratu dan Keluarga Juwanto punya alasan untuk merebut kekuasaan, tapi bagaimana dengan Keluarga Barus? Sebagai keluarga Ratu, seharusnya mereka membantu Ratu untuk mencapai tujuannya. Tapi, kalau Keluarga Barus mau merebut kekuasaan untuk mereka sendiri, sepertinya hal ini kurang pantas, 'kan?"Wulan dan lainnya langsung mengerti begitu Wira menyelesaikan ucapannya. Memang benar, Ratu merebut kekuasaan demi pangeran, begitu pula dengan Keluarga Juwanto.Jadi, apa alasan Keluarga Barus merebut kekuasaan? Apa demi mereka sendiri? Kalau begitu, mereka akan kelihatan terlalu ambisius. Sesungguhnya, tidak mudah bagi Keluarga Barus untuk melakukan hal ini.Dewina bertanya, "Kalau begitu, bukankah ini berarti Keluarga Barus nggak punya kesempatan lagi?"Melakukan sesuatu tanpa alasan yang jelas memang tidak mudah. Jika tidak bisa memenangkan hati rakyat, bagaimana caranya mengendalikan negara? Ini adal

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 950

    Jihan langsung panik saat melihat Raja Bakir hendak bangun. Jihan segera memapah Raja Bakir dan bertanya dengan ekspresi khawatir, "Yang Mulia, apa yang kamu lakukan? Sekarang tubuhmu sangat lemah, kamu harus istirahat yang cukup. Kamu nggak boleh ...."Sebelum Jihan selesai bicara, Raja Bakir melambaikan tangan dan berucap, "Aku tahu kondisi tubuhku dan aku nggak punya banyak waktu lagi. Tapi, aku itu seorang raja, jadi aku nggak mau meninggal di tempat tidur. Cepat bantu aku untuk makan dan menghadiri rapat."Raja Bakir berusaha untuk berbicara dengan tegas dan menahan batuknya. Dia tidak ingin membuat Jihan khawatir. Jihan membujuk, "Yang Mulia, sekarang tubuhmu sangat lemah. Kamu harus istirahat di tempat tidur dan nggak boleh terlalu lelah."Para pangeran juga bergegas maju dan menimpali, "Benar, Ayah. Sekarang tubuhmu sangat lemah, jadi nggak boleh banyak bergerak. Kalau nggak, kondisimu akan makin parah ...."Melihat Raja Bakir yang masih berusaha untuk bangun, Jihan segera meng

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 951

    Para pejabat di istana tampak tegang, gelisah, dan penuh keragu-raguan. Mereka ingin mengatakan sesuatu, tetapi terlihat kesulitan untuk mengucapkannya. Mereka hanya bisa melihat Raja Bakir berjalan langkah demi langkah menuju singgasananya dengan dipapah oleh kasim tua, kemudian perlahan-lahan duduk.Namun, ketika melihat Raja Bakir duduk dengan mantap di singgasana, mereka tidak banyak berbicara. Sebaliknya, para pejabat segera menundukkan kepala dan memberikan penghormatan.Raja Bakir terlihat pucat dan jelas-jelas dalam kondisi yang sangat rentan, seolah-olah bisa meninggal setiap saat. Namun, dia tetap bertahan dan berusaha menenangkan emosinya agar bisa menunjukkan dirinya yang berwibawa.Aura seorang kaisar harus senantiasa kuat. Para pejabat di bawahnya merasa ketakutan dan tidak berani bersuara sama sekali. Mereka sangat khawatir ucapan mereka akan membuat Kaisar emosi sehingga memperparah penyakitnya. Setelah terbatuk sejenak, Raja Bakir menghimpun tenaga untuk bertanya kepad

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 952

    Kematian Raja Bakir membuat seisi istana dipenuhi suara tangisan. Hari itu tampak berbeda dari biasanya. Namun, ketika semua orang sedang tenggelam dalam kesedihan, terlihat dua buah sosok yang diam-diam meninggalkan istana.Kedua orang itu tidak lain adalah Alina dan Pangeran Yahya! Orang yang menunggu mereka di dalam kereta kuda di luar sana adalah Kumar! Saat melihat Kumar, wajah Alina dan Yahya terlihat serius. "Kak ... apakah kita masih bisa kembali ke tempat ini?"Kumar tersenyum, lalu berkata dengan tenang, "Tentu, Keluarga Juwanto pasti akan bisa kembali ke sini nggak lama lagi!" Setelah naik ke kereta kuda, Alina dan Yahya langsung meninggalkan tempat itu. Tidak ada yang memperhatikan kepergian kedua orang itu di tengah kekacauan yang sedang terjadi di dalam istana. Kematian Raja Bakir bisa dibilang merupakan duka besar bagi Kerajaan Nuala!Meski Raja Bakir tidak bisa dianggap sebagai penguasa yang baik, tetap saja kematiannya menjadi kesedihan terbesar Kerajaan Nuala. Seketik

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3140

    Adjie menyipitkan matanya saat melihat nyala obor itu, lalu melangkah maju. "Siapa kalian?"Salah satu pria itu tiba-tiba mencabut goloknya dan meletakkannya di leher Adjie, lalu tersenyum sinis dan berkata, "Hehe. Kamu sedang bercanda ya? Pengungsi? Mana mungkin seorang pengungsi bisa berlari sampai ke sini. Kamu pikir aku bodoh ya? Semua pengungsi berada di selatan."Ternyata situasinya memang seperti dugaan Adjie. Dia langsung tersenyum sinis dan berkata, "Hehe. Siapa yang bilang semua pengungsi ada di selatan? Dasar bodoh!"Melihat Adjie masih berani membantahnya, ekspresi pria itu menjadi panik dan langsung mengayunkan goloknya.Namun, Adjie langsung menghindari serangan itu dan merebut golok dari tangan pria itu, lalu langsung mengarahkannya ke leher pria itu. "Hehe. Maaf, ternyata kemampuanmu hanya begitu saja. Kalau bukan karena aku sudah membunuh seseorang dan dikejar orang-orang itu, aku juga nggak sudi datang ke tempat ini."Mendengar perkataan itu, pria lainnya di samping y

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3139

    Adjie tertegun sejenak saat mendengar pertanyaan itu, lalu tersenyum dan berkata, "Hehe. Tuan, ini nggak perlu. Kalau aku membawa orang lain, justru akan lebih merepotkan. Lagi pula, kalau hanya aku sendirian saja, aku bisa bergerak dengan lebih fleksibel."Wira pun menganggukkan kepala. Setelah selesai mengatur semuanya, dia menepuk bahu Adjie dan berkata, "Baiklah, sekarang kamu pergi bersiap-siap dulu. Nanti baru temui aku lagi.""Baik," jawab Adjie, lalu segera keluar.Setelah Adjie pergi, Wira menatap peta di depannya dan menghela napas. Ini mungkin bisa berhasil jika semuanya berjalan sesuai rencananya, tetapi dia masih ragu apakah Adjie bisa merebut Desa Riwut ini. Meskipun dia tidak begitu paham dengan situasi di sana, kabarnya para perampok di sana sangat kejam. Dia juga tidak yakin apakah para perampok itu berani menghadapi pasukan utara.Saat Wira masih tenggelam dalam pemikirannya, waktu sudah berlalu sekitar setengah jam. Saat tirai tenda kembali terbuka, dia langsung terk

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3138

    Mendengar hal itu, Adjie menganggukkan kepala. Setelah semuanya sudah diputuskan, langkah selanjutnya akan lebih mudah. Namun, sekarang mereka tetap harus menyusun rencananya secara menyeluruh sebelum menjalankannya.Pada saat itu, Adjie yang masih menatap lokasi Desa Riwut pun berkata, "Sebelumnya aku nggak memperhatikan tempat ini. Tapi, setelah melihatnya lagi, tempat ini memang cukup strategis."Keduanya pun menganggukkan kepala karena lokasi Desa Riwut ini menang strategis. Jika mereka bisa menguasai tempat ini, berarti mereka sudah menguasai jalur utama musuh. Selain itu, jika musuh ingin menguasai kota-kota di sekitar, musuh mereka juga harus melewati Desa Riwut ini terlebih dahulu.Setelah berpikir sejenak, Adjie memberi hormat dan berkata, "Kalau ini perintah Tuan, aku akan mengikutinya. Tapi, kapan aku harus berangkat?"Wira langsung menjawab, "Malam ini adalah waktu terbaik dan menguntungkan kalian juga. Tapi, sebelum pergi, kamu harus mengubah identitasmu dulu."Adjie yang

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3137

    Setelah berpikir sejenak, Adjie berkata dengan pelan, "Kalau begitu, aku rasa boleh mencobanya. Tempat ini punya celah yang begitu besar, jadi ini benar-benar peluang yang bagus."Wira menganggukkan kepala karena dia juga merasa strategi ini cukup bagus karena Pulau Hulu ini memiliki tiga celah yang terbuka. Jika bisa menguasai celah ini, mereka bisa menjebak musuh di dalamnya. Meskipun pasukan utara bisa memiliki kemampuan untuk bergerak cepat, mereka tetap akan kesulitan untuk melarikan diri.Setelah mengamati jalur di sekitar Pulau Hulu, Wira menggerakkan jarinya ke atas peta dan berkata sambil menunjuk pada sebuah lokasi di bagian selatan Pulau Hulu, "Kamu lihat tempat ini."Adjie tertegun sejenak. Setelah melihat lokasi yang ditunjukkan Wira, dia berkata dengan pelan, "Tempat ini adalah Desa Riwut, markas besar sekelompok perampok besar. Tapi, apa hubungannya tempat ini dengan pasukan utara?"Wira tersenyum. Desa Riwut ini memang tidak memiliki hubungan dengan pasukan utara. Namun

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3136

    Setelah memikirkannya, Wira berkata dengan pelan, "Soal urusan ini, nggak ada yang perlu dikatakan lagi. Kali ini kalian sudah menyelesaikan tugas dengan sangat baik, kamu ingin hadiah apa?"Mendengar pertanyaan itu, Latif segera berkata, "Semuanya terserah Tuan saja."Setelah berpikir, Wira perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, aku akan mengangkatmu sebagai letnan jenderal dari ketiga tim pasukan itu. Mulai sekarang, kamu akan selalu berada di sisiku. Bagaimana?"Begitu mendengar perkataan itu, Adjie merasa sangat gembira. Dia tahu masa depannya lebih prospektif jika mengikuti Wira daripada memimpin pasukan di medan perang. Lagi pula, jika saat ini mereka bisa menangani situasi ini dengan baik, pasti akan mendapatkan pencapaian yang besar. Menurutnya, berada di sisi Wira adalah pilihan terbaik.Tanpa ragu, Adjie langsung memberi hormat dan berkata, "Terima kasih, Tuan."Wira langsung tersenyum dan berkata, "Hehe. Baiklah. Kalau begitu, sekarang kamu bisa langsung membuktikan dirimu.

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3135

    Mendengar perkataan itu, semua orang tertegun sejenak.Melihat tidak ada yang berbicara, Wira langsung mengalihkan pandangannya pada Nafis dan Hayam. Saat Agha berniat memimpin pasukan, dia langsung memberikan lima ribu pasukan. Sementara itu, dia merasa Adjie lebih cocok menjadi penasihat militer dan kurang berpengalaman dalam memimpin pasukan di medan perang. Namun, pada saat kritis, Adjie tetap bisa diandalkan.Setelah berpikir sejenak, Wira berkata sambil menatap Nafis dan Hayam, "Bagaimana dengan kalian berdua? Siapa yang bersedia memimpin pasukan?"Nafis dan Hayam langsung saling memandang.Setelah berpikir sejenak, Hayam tersenyum dan berkata, "Tuan, lebih baik aku tetap memimpin 500 pasukan. Kamu juga tahu aku lebih cocok dengan tugas seperti menyergap dan membunuh diam-diam ini. Kalau urusan bertempur, lebih baik orang lain yang menanganinya saja.""Menurutku, lima ribu pasukan yang tersisa ini lebih baik langsung serahkan pada Nafis saja. Tuan sendiri juga sudah lihat bagaima

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3134

    Saat ini, Wira tidak bersemangat untuk bersenang-senang dengan para prajurit lainnya. Dia khawatir bagaimana mereka harus menghadapinya jika pasukan utara kembali menyerang.Pada saat itu, Latif langsung masuk ke dalam tenda itu. Melihat Wira yang masih sibuk, dia maju dan berkata, "Tuan, kita sudah berhasil merekrut beberapa pengungsi untuk bergabung dengan pasukan kita. Sekarang jumlah pasukan di barak pusat sudah hampir mencapai 15 ribu orang."Wira merasa terkejut saat mendengar kabar jumlah pasukan sudah sebanyak itu. Menurutnya, lima sampai enam ribu pasukan saja sebenarnya sudah cukup. Namun, dia tidak menyangka jumlah pasukannya bisa meningkat menjadi puluhan ribu orang setelah merekrut para pengungsi itu.Memikirkan hal itu, Wira tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, urusan lain akan menjadi lebih mudah. Tapi, sekarang kita harus mencatat jumlah pasukan kita dengan detail dulu. Sebenarnya 15 ribu orang termasuk terlalu banyak, kita harus membagi mereka agar lebih mudah diatur.

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3133

    Mendengar perkataan Trenggi, Wira merasa saran itu sangat masuk akal. Setelah berpikir sebentar, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan berkata dengan pelan, "Kalau kita melakukan ini, sepertinya akan cukup merepotkan. Bagaimana kondisi para pengungsi itu sekarang?"Trenggi baru teringat sesuatu saat mendengar pertanyaan itu dan berkata, "Tempat tinggal untuk para pengungsi itu sudah mulai diatur, sepertinya mereka sangat dendam pada pasukan utara."Mendengar laporan itu, Wira menganggukkan kepala. Dia berpikir jika para pengungsi itu memang membenci pasukan utara, dia mungkin bisa langsung merekrut mereka menjadi pasukannya. Dengan begitu, semuanya akan menjadi lebih mudah.Namun, ada masalah lain yang lebih merepotkan, yaitu para pengungsi itu sulit untuk diatur. Jika ditangani dengan baik, hal ini justru akan menimbulkan kekacauan.Pada saat itu, Wira pun berkata dengan pelan, "Kalau begitu, aku serahkan tugas ini pada kalian. Pertama-tama, harus mengatur kembali para pengungsi ini dulu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3132

    Mendengar perkataan itu, semua orang tersenyum. Beberapa saat kemudian, orang-orang yang menyaksikan kejadian itu pun perlahan-lahan berkata, "Sebelumnya kita nggak yakin. Tapi, dilihat dari situasi sekarang, sepertinya semuanya berjalan dengan baik. Hanya saja, nggak disangka kita akan meraih kemenangan besar ini dengan begitu mudah."Kebanyakan orang yang mendengar perkataan itu juga ikut tersenyum.Setelah orang-orang itu selesai berbicara, Wira yang berada di samping pun tersenyum dan berkata, "Baiklah. Percepat laju pasukan, kita segera kembali ke gerbang kota."Setelah semua orang menganggukkan kepala, Wira segera memacu kudanya ke depan. Para jenderal di belakangnya juga segera mempercepat langkah mereka untuk mengikutinya. Saat tiba di gerbang kota dan melihat Trenggi bersama para pasukannya keluar dari kota untuk menyambut mereka, dia langsung maju dan berkata, "Aku nggak menyangka kalian begitu cepat menerima kabarnya."Mendengar perkataan itu, Trenggi tersenyum dan perlahan-

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status