Taufik tampak berjalan keluar. Perkataannya barusan membuat semua orang tersadar kembali. "Hormat kepada Yang Mulia!" Semua orang buru-buru memberi hormat.Sementara itu, Wira juga menangkupkan tangannya ke arah Taufik dan menyapa, "Duta Kerajaan Nuala memberi hormat kepada Raja Monoma!" Kemudian, dia melirik Taufik sekilas. Pria ini ternyata seumuran dengannya dan masih sangat muda.Namun, Wira dapat melihat ambisi dari sorot matanya, serta kepercayaan diri seorang raja. Dia juga pernah melihat tatapan yang sama dari Senia. Akan tetapi, Wira tidak pernah melihatnya dari Raja Bakir.Saat ini, Taufik berkata sambil tersenyum, "Kalian nggak perlu sungkan. Aku sudah lama mendengar bahwa Tuan Wahyudi sangat luar biasa. Setelah bertemu langsung denganmu hari ini, ternyata kamu memang luar biasa."Kemudian, Taufik melirik semua orang sambil bertanya, "Apakah kalian semua telah mencapai kesepakatan untuk berperang atau berdamai dengan Kerajaan Nuala?"Begitu Taufik melontarkan pertanyaan ini
Wira mengangguk dan menyahut, "Pasti karena masalah Keluarga Juwanto, 'kan?"Ekspresi Taufik menjadi serius saat mendengar Wira menyebut Keluarga Juwanto. Taufik berujar, "Campur tangan Keluarga Juwanto dalam pemerintahan Kerajaan Monoma sudah mendarah daging. Bahkan, urusan pasukan militer Kerajaan Monoma juga dirundingkan dengan Keluarga Juwanto. Masalah ini membuatku pusing!"Taufik mengungkapkan ketidakpuasannya. Siapa pun akan merasa tidak puas jika menghadapi masalah seperti ini. Seorang raja pasti tidak senang saat orang luar mencampuri urusan pemerintahannya.Wira tersenyum dan menimpali, "Keluarga Juwanto ... memang ambisius!"Taufik mengangguk dan berucap, "Kematian ayahku pasti berhubungan dengan Keluarga Juwanto. Mereka pikir mereka berhasil menyembunyikannya. Tapi, setelah memikirkannya, aku benar-benar nggak bisa menemukan orang lain selain mereka!"Taufik sama sekali tidak menutupinya dari Wira. Bagi Taufik, Wira sangat pintar. Sekalipun berusaha menutupinya, Wira pasti
Wira tidak menyangka Taufik akan bertanya seperti ini. Namun, Wira sama sekali tidak peduli dan langsung menyahut, "Hanya demi ketenangan.""Ketenangan?" tanya Taufik. Dia tertegun sejenak dan menatap Wira lekat-lekat. Menurutnya, Wira tidak mungkin melakukan semua ini hanya demi ketenangan.Taufik menggeleng dan melanjutkan ucapannya, "Wira, aku memang nggak tahu pemikiranmu yang sebenarnya, tapi aku yakin kamu melakukannya bukan untuk ketenangan."Wira terdiam. Dia sudah mengatakannya, kenapa Taufik masih tidak memercayainya? Kemudian, Wira berujar, "Apa maksudmu? Apa kamu nggak percaya denganku?"Setelah Wira selesai bicara, Taufik langsung mengangguk dan menjelaskan, "Tentu saja, apa benar kamu melakukannya hanya demi ketenangan? Meskipun kita baru bertemu hari ini, aku memahamimu. Kamu bukan mengharapkan ketenangan dari orang lain, tapi dari dirimu sendiri."Taufik melanjutkan, "Sejak kamu datang ke Kerajaan Monoma, aku tahu kamu punya ambisi. Sekalipun sekarang kamu nggak berpiki
Wira langsung menyahut, "Oke, aku akan mendengarnya." Taufik pun menuturkan, "Kalau begitu, aku akan langsung berterus terang. Kita bahas Kerajaan Shoka dulu, kerajaan itu terus berperang dan kondisinya sangat menyedihkan, jadi mereka nggak akan bisa berkembang dalam waktu 10 tahun. Tapi, muncul seorang raja di Kerajaan Shoka, mungkin suatu hari dia bisa memimpin Kerajaan Shoka. Hanya saja, aku nggak terlalu mengkhawatirkannya."Taufik melanjutkan, "Mungkin kamu merasa orang yang sombong pasti akan kalah, tapi Kerajaan Shoka pasti akan terpuruk. Jadi, mereka bukan ancaman besar."Wira sangat setuju dengan ucapan Taufik. Awalnya, Kerajaan Shoka merupakan tempat para budak berkumpul. Setelah para budak dikirim ke tempat itu, lama-kelamaan Kerajaan Shoka pun terbentuk. Namun, sebenarnya Kerajaan Shoka tidak mempunyai tata pemerintahan dan sistem yang sempurna.Ditambah lagi, Kerajaan Shoka merupakan daerah bersalju. Mereka memang tidak mampu merebut kekuasaan negara lain.Sesudah membaha
Wira menghela napas dan tidak berbicara, tetapi dia mendengarkan penuturan Taufik dengan serius.Kemudian, Taufik lanjut berbicara, "Selanjutnya, kita bahas tentang Raja Bakir." Ekspresi Taufik tampak sinis saat mengungkit Raja Bakir.Taufik menjelaskan, "Raja Bakir memang nggak cukup bijak, pemikirannya terlalu picik dan dia juga egois. Meskipun Raja Bakir tahu batasannya dalam memerintah negara dan sekarang Kerajaan Nuala masih bisa berkembang dengan stabil, perkembangannya terlalu lambat. Dia nggak berani membuat gebrakan dan banyak orang yang mengincar kekuasaannya. Jadi, aku paling meremehkan Raja Bakir."Wira juga sependapat dengan Taufik. Raja Bakir memang merupakan seorang penguasa, tetapi dia kurang bijaksana. Kalau dia hanya seorang pangeran, itu tidak masalah. Namun, kemampuan Raja Bakir tidak cukup untuk memimpin Kerajaan Nuala yang begitu besar.Itulah sebabnya, Keluarga Barus dan Juwanto berniat untuk merebut kekuasaan Raja Bakir. Taufik melanjutkan pembahasannya lagi, "A
Taufik melanjutkan, "Pada saat-saat genting seperti ini, Raja Bakir malah sakit. Wira, kamu begitu pintar, sepertinya aku nggak perlu bicara panjang lebar lagi."Wira mengernyit setelah mendengar ucapan Taufik. Apakah akan terjadi kekacauan di Kerajaan Nuala? Wira datang ke Kerajaan Monoma untuk mengajak berdamai supaya situasi bisa menjadi tenang. Namun, kondisi saat ini benar-benar di luar dugaan Wira.Raja Bakir jatuh sakit lagi, takutnya ini bukan perbuatan Keluarga Barus. Ditambah lagi, para pejabat mulai membahas masalah penetapan putra mahkota. Jadi, ini pasti perbuatan Keluarga Juwanto. Mereka berniat membalas siasat Keluarga Barus!Bukankah Keluarga Barus berencana untuk menyelesaikan masalah pada sumbernya dengan membuat Raja Bakir sakit? Jadi, Keluarga Juwanto juga meniru cara Keluarga Barus. Asalkan Raja Bakir jatuh sakit, posisi putra mahkota akan ditetapkan. Selain itu, jika Keluarga Juwanto dan Barus bergantian melancarkan trik seperti ini, Raja Bakir pasti tidak akan be
Wira tertegun setelah mendengar perkataan Taufik. Memang benar, semua itu adalah tindakannya. Jadi, apa dia juga termasuk ... pahlawan?Taufik berujar, "Aku tahu siapa Raja Tanuwi, dia pernah bertarung dengan Dirga. Setelah beberapa tahun, Dirga bahkan nggak mampu membunuh Raja Tanuwi, tapi Raja Tanuwi malah mati di tanganmu. Sewaktu kabar ini tersebar ke Kerajaan Monoma, nggak ada seorang pun yang memercayainya. Jangankan ayahku, aku sendiri juga nggak percaya.""Selama bertahun-tahun, Raja Tanuwi dan Dirga itu lawan yang setara. Sudah jelas, Raja Tanuwi punya kemampuan yang hebat. Tapi, dia malah mati di tanganmu. Hal ini benar-benar di luar dugaan," lanjut Taufik.Taufik masih saja merasa kaget saat memikirkan kejadian ini. Dia meneruskan perkataannya, "Setelah itu, aku memang mendengar bahwa pemerintah Kerajaan Nuala menolak untuk mempekerjakanmu selamanya. Ayahku bilang, kabar ini pasti benar, tapi saat itu aku tetap nggak percaya."Taufik berucap lagi, "Bagiku, Dirga itu seperti
Wira menjadi gugup. Dia memang telah mengabaikan poin ini!Taufik berkata, "Kamu mungkin menginginkan kehidupan yang damai, tapi ... berapa banyak orang yang bakal percaya, berapa banyak orang yang bisa sepenuhnya yakin? Saat mereka nggak memiliki kekuatan absolut, mereka mungkin nggak peduli. Tapi, kalau mereka memiliki kekuatan itu, apa menurutmu mereka akan membiarkanmu begitu saja?""Kamu pernah bilang nggak akan ikut memperebutkan kekuasaan dan hanya ingin hidup bebas dan damai di tempatmu sendiri. Aku nggak tahu soal orang lain, tapi aku nggak percaya. Selain itu, aku akan memperingatkanmu satu hal. Wira, kalau suatu hari aku bisa menaklukkan Kerajaan Nuala, orang pertama yang akan kubunuh adalah kamu!" tambah Taufik sambil memandang Wira.Taufik tidak menyembunyikan rencananya, memang itulah yang dia pikirkan soal Wira. Dia tidak akan membiarkan orang sepintar itu menikmati hidup dengan nyaman. Wira membuatnya takut, jadi sumber ketakutannya itu harus dibasmi! Seseorang yang ber
Kali ini, Dahlan datang memang demi Wira.Tampaknya eksistensi Wira bukan hanya memengaruhi Ciputra dan Kerajaan Beluana, tetapi juga memengaruhi Senia serta Kerajaan Agrel.Namun, jika dipikirkan lebih jauh, hal ini masuk akal. Meskipun fondasi kekuasaan Senia berada di Kerajaan Agrel, siapa yang tidak tahu ambisinya begitu besar?Senia tentu saja ingin merebut wilayah Wira, lalu mengerahkan pasukan ke selatan dan langsung menyerbu Dataran Tengah. Dengan demikian, Senia dapat mengamankan posisinya sebagai penguasa.Ketika saat itu tiba, persaingan antara Ciputra dan Senia tidak akan terhindarkan. Melawan Senia sebenarnya jauh lebih mudah dibandingkan menghadapi Wira.Apalagi, Senia berasal dari suku lain. Dalam perbandingan di antara keduanya, rakyat di sembilan provinsi ini tentu lebih berpihak kepada Ciputra. Ciputra sangat yakin tentang ini.Namun, saat mendengar Dahlan mengatakan hal itu, dia tidak bisa menunjukkan kegelisahan yang berlebihan agar rencananya tidak terbaca oleh ora
"Lebih baik kita masuk ke kota dulu. Perang itu memang nggak terhindarkan. Tapi, bagaimana kita melawannya, kita masih perlu membahasnya dengan yang lainnya dulu," kata Wira sambil tersenyum dan menepuk bahu Agha.Meskipun Agha agak ceroboh dan gegabah, Wira tetap menganggapnya sebagai adik sendiri. Lagi pula, Agha melakukan semua itu juga demi kebaikannya. Memiliki ambisi untuk maju di medan perang juga termasuk hal yang baik.Dalam sekejap, semua orang sudah bergerak menuju Provinsi Yonggu.....Saat ini, di Kerajaan Beluana.Setelah mengetahui kedatangan Dahlan, Ciputra yang langsung menemuinya dan saat ini keduanya sedang berada di ruang kerja istana. Selain pengawal dan pelayan istana, tidak ada orang lain lagi di sana. Para pejabat pemerintahan juga tidak dipanggil untuk hadir di sana.Ciputra merasa statusnya sangat jauh berbeda dengan Dahlan yang hanya seorang pangeran saja, sehingga dia tidak perlu sungkan. Dia sendiri yang langsung menyelesaikan masalah ini pun sudah termasuk
Ararya memang sangat berhati-hati. Jika tidak, dia tidak akan bisa sampai ke posisinya saat ini.Kresna menganggukkan kepala. "Baik."Setelah membahas semuanya, ketiganya punya berpisah dan pergi ke wilayah mereka masing-masing.Pada malam harinya, Kresna segera mengirimkan pesan pada Wira untuk memberi tahu situasi mereka di sana. Langkahnya ini memang sangat berisiko karena mereka tidak memiliki cara berkomunikasi lain dengan Wira, hanya bisa mengandalkan cara mengirim pesan dengan burung merpati ini. Jika tidak dalam keadaan darurat, mereka pasti tidak akan berani mengambil risiko ini.Untuk mengirim pesan dengan burung merpati bisa sampai ke tangan Wira, perjalanannya harus melewati ribuan gunung dan sungai. Tempat pertama yang harus dilalui adalah wilayah tandus di utara ini. Apalagi tanah yang sudah mereka huni selama puluhan tahun ini merupakan tempat yang sering berubah secara mendadak. Namun, demi rencana besar kelak, Kresna hanya bisa mengambil risiko ini.Untungnya, Wira tet
Dwipangga tetap tidak berbicara. Sekarang dia sudah tahu apa yang dilakukannya tadi adalah salah."Sudahlah. Bukankah sekarang juga nggak terjadi kejadian besar? Kalau begitu, jangan mempersulit Dwipangga lagi. Dia juga karena memikirkan kita, jadi bertindak gegabah. Anak muda memang harus bersemangat. Anak-anakku malah nggak punya semangat sedikit pun. Kalau aku bisa punya putra seperti Dwipangga, aku akan merasa sangat bersyukur," kata Kresna.Kresna bukannya sengaja memuji Dwipangga, tetapi anak-anaknya memang tidak bisa dibandingkan dengan Dwipangga. Jika tidak, dia tidak perlu memikul semua beban ini sendirian. Selama bertahun-tahun ini, dia juga sudah merasa kelelahan dan ingin menikmati masa tuanya dengan tenang seperti orang lain. Namun, urusan di pemerintahan memang selalu memerlukan banyak tenaga dan pikiran.Ararya hanya menghela napas. Melihat Kresna yang membela Dwipangga, dia pun tidak banyak berbicara lagi."Kalau kelak kamu gegabah lagi, kamu akan tetap tinggal di rumah
"Selain itu, pemikiran Raja Ararya dan Raja Kresna juga nggak sama denganmu. Kenapa Ratu masih membiarkan mereka pergi? Sekarang hanya ada mereka bertiga saja, kita bisa langsung menyingkirkan mereka," kata kepala kasim itu.Berhubung karena tidak ada asisten yang bisa diandalkan Senia lagi, kepala kasim pun naik jabatan. Sekarang, dia selalu berada di sisi Senia kapan pun. Namun, ide-ide yang diberikannya semuanya adalah ide buruk karena dia hanya seorang kasim biasa yang tidak memiliki pandangan jauh ke depan. Untungnya, dia pandai berbicara, sehingga dia lebih disukai dan bisa tetap berada di sisi Senia.Senia berkata, "Kamu pikir aku nggak ingin menyingkirkan mereka? Sejak aku naik takhta, mereka selalu menjadi masalah besar bagiku. Aku sudah lama ingin menyingkirkan mereka. Tapi, mereka punya kekuasaan militer dan sekarang juga adalah saat yang penting untuk merekrut orang. Kalau terjadi pemberontakan internal, situasinya akan makin nggak terkendali dan itu nggak menguntungkanku."
Senia berkata dengan nada yang tetap tegas, "Sudahlah, aku ini juga nggak makan manusia. Aku hanya ingin melihat, apa aku bisa memberikan jabatan yang bagus untuk putramu ini. Perang akan terjadi sebentar lagi. Setelah Dahlan kembali nanti, dia akan membawa kabar dari Kerajaan Beluana. Kalau Kerajaan Beluana bersedia kerja sama dengan kita, kita bisa langsung berperang dengan Wira.""Pada saat itu, nggak peduli seberapa hebat pun Wira, dia nggak akan bisa menghadapi kerja sama kedua kerajaan ini."Setelah mengatakan itu, Senia kembali duduk di takhta dan menuangkan teh untuk dirinya sendiri dengan tatapan yang sangat tajam.Ararya dan Kresna saling memandang dengan ekspresi terkejut. Pantas saja mereka tidak melihat Dahlan setelah mereka kembali ke istana, ternyata dia sudah menuju ke Kerajaan Beluana. Senia jelas berencana untuk bekerja sama dengan Kerajaan Beluana dalam melawan Wira.Sayangnya, Wira memiliki hubungan yang baik dengan Kerajaan Nuala juga, bahkan bersahabat dengan berb
"Sebelum kalian berangkat, aku sudah bisa menebak hasilnya akan seperti ini. Kalau Wira bisa disingkirkan dengan begitu mudah, saat itu aku juga nggak perlu begitu repot-repot dan akhirnya sia-sia begitu saja. Mungkin langit nggak ingin Wira mati di tangan orang lain," gumam Senia.Senia tiba-tiba berdiri setelah mengatakan itu dan mendekati Kresna, Ararya, dan Dwipangga. Dia menatap mereka dengan tatapan yang sangat dingin, bahkan Ararya dan Kresna pun merinding.Sementara itu, Dwipangga yang selalu berdiri di samping juga terus menatap Senia dengan tatapan yang penuh dengan niat membunuh. Semua hal ini dimulai dari wanita di depannya ini. Jika tidak, mereka juga tidak akan berakhir begitu menyedihkan. Selama dia bisa membunuh wanita di depannya ini, semua masalah akan selesai.Ararya secara refleks menoleh dan menatap Dwipangga. Ayah dan anak ini memiliki ikatan yang sangat kuat dan saling memahami pemikiran masing-masing. Hanya dengan melihat tatapan Dwipangga, dia sudah tahu apa ya
"Selain itu, ini sudah termasuk hasil yang cukup bagus. Wira bukan orang biasa, mana mungkin kita bisa membunuhnya dengan mudah. Saat itu Ratu juga sudah berkali-kali mencoba membunuh Wira, tapi pada akhirnya Wira tetap berhasil melarikan diri. Dia bahkan rugi sendiri. Dia sendiri juga nggak bisa menyelesaikan tugas ini, mana mungkin kita bisa menyelesaikannya," kata Kresna.Kresna sudah berhubungan dengan Senia jauh lebih lama daripada Ararya. Selain itu, Ararya juga biasanya tidak peduli dengan urusan pemerintahan. Dibandingkan dengan Ararya, dia tentu saja jauh lebih memahami Senia.Ararya perlahan-lahan berkata, "Benar. Kalau memang itu sudah takdirnya, kita juga nggak bisa menghindar. Selama kita bisa menghindari masalah hari ini, kelak nggak akan ada begitu banyak masalah lagi.""Kita hanya perlu menunggu saatnya bertemu dengan Tuan Wira dengan sabar saja, lalu merencanakan strategi yang sempurna dan mengatasi semua ini. Setelah itu, kita bisa meninggalkan wilayah tandus di utara
Semua orang itu memahami kepribadian Wira, makanya mereka bersedia berada di sisi Wira dan melayaninya. Meskipun Wira adalah pemimpin yang menyerahkan semua tanggung jawab pada mereka, mereka juga tidak pernah mengeluh. Mereka hanya ingin melakukan tugas mereka dengan baik untuk membantu meringankan beban Wira dan menjaga kestabilan sembilan provinsi.Kresna berkata dengan tegas, "Nggak perlu. Kalau kamu adalah Senia, aku tentu saja akan curiga dia ingin menggunakan Gina untuk mengancamku. Senia memang bisa melakukan hal seperti itu. Tapi, sekarang orang yang ada di depanku adalah kamu, aku tahu sikap dan juga kepribadianmu. Lagi pula, Gina nggak aman di sisiku karena semua orang mengira dia sudah mati.""Kalau dia muncul di hadapan mereka lagi, mungkin itu akan membawa masalah yang nggak perlu bagi Gina. Aku takut bukan hanya nggak membantunya kalau sudah seperti itu, malahan akan membahayakannya ...."Selama tahu Gina masih hidup, itu saja sudah cukup bagi Kresna. Soal kapan mereka a