Share

Bab 728

Penulis: Arif
Gilang sangat terkejut. Wajahnya tampak ketakutan saat mendengar pemikiran Raja Ararya. Dia sama sekali tidak menyangka Biantara berani berbuat seperti ini.

"Panggil Biantara kemari!" perintah Raja Ararya dengan marah.

Setelah itu, Raja Ararya membalut lukanya dan menunggu dengan tenang. Dwipangga memegang pedang sambil berdiri di belakang Raja Ararya tanpa bersuara. Dia memejamkan matanya untuk beristirahat sejenak.

Sementara itu, Biantara tampak bingung. Dia heran mengapa Raja Ararya mencarinya selarut ini. Namun, begitu mendengar alasannya, dia seketika tertegun. Ada yang berusaha membunuh Raja Ararya. Orang itu berani sekali. Biantara bergegas membawa orangnya menuju kediaman Raja Ararya. Begitu masuk, dia langsung bertanya dengan gugup, "Yang Mulia, apa Anda baik-baik saja?"

Raja Ararya menatap Biantara sekilas. Dia tidak langsung memarahinya, melainkan menjawab, "Nggak apa-apa, hanya luka luar. Kalau bukan karena Dwipangga, aku mungkin sudah mati."

Dwipangga adalah pengawal p
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 729

    "Biantara, apakah ada yang ingin kamu katakan?" Setelah Raja Ararya mengucapkan hal ini, Dwipangga sontak membuka matanya dan menatap Biantara dengan dingin.Biantara baru tersadar kembali, lalu berkata dengan terkejut, "Yang Mulia, apakah Anda ... sedang mencurigai hamba?"Raja Ararya mendengus dingin. Setelah itu, dia bertanya, "Apakah nggak sepantasnya aku merasa curiga? Aksi pembunuhan Wira dipimpin olehmu. Kamu juga yang memberitahuku tentang ketujuh orang itu, termasuk berita kegagalan dari aksi itu. Sekarang, ketujuh orang itu muncul di kediamanku dan ingin membunuhku. Apa aku nggak seharusnya mencurigaimu?"Kemudian, Raja Ararya mengetuk meja dengan keras hingga membuat Biantara berlutut di lantai saking terkejutnya."Yang Mulia, ini tidak benar. Hamba ... hamba tidak memiliki alasan untuk membunuh Anda! Jika hamba ingin membunuh Anda, kenapa hamba memberi tahu Anda tentang tujuh orang ini? Semua ini pasti ... pasti ulah Hangga!" jelas Biantara. Meskipun tidak memahami alasan H

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 730

    Biantara tidak menyangka bahwa Hangga akan mencoba menyalahkan dirinya. "Dasar bajingan! Hangga, beraninya kamu menuduhku!" maki Biantara yang sangat emosi. Tindakan mencoba membunuh Raja Ararya bukanlah perkara kecil.Hangga segera menjelaskan, "Tuan Biantara, aku sama sekali nggak menuduhmu. Ketujuh orang itu memang bawahanmu. Aku hanya membantu menyusupkan mereka ke dalam Pasukan Bayangan secara diam-diam. Bahkan, aku sama sekali nggak pernah bertemu dengan mereka. Selain itu, apa alasan aku untuk membunuh Raja Ararya?"Pernyataan Hangga memang cukup masuk akal, tetapi Biantara langsung membantah, "Kamu nggak punya alasan, lalu memangnya aku punya? Ketujuh orang itu jelas adalah bawahanmu dan sekarang mereka muncul di sini. Bisa-bisanya kamu mengatakan bahwa aku yang merencanakan semua ini? Hangga, sebenarnya kamu bekerja untuk siapa?"Tentunya, Hangga sadar bahwa dia telah memfitnah Biantara, tetapi dia hanya ingin bertahan hidup. Itu sebabnya, tak peduli apa pun yang terjadi, dia

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 731

    "Yang Mulia, apakah Anda menerima surat beberapa hari yang lalu?" tanya Hangga secara langsung.Kemudian, Raja Ararya tertegun sejenak karena mengingat surat tersebut, lalu bertanya, "Surat? Apakah surat itu darimu?"Hangga segera mengangguk untuk menanggapinya, lalu melanjutkan, "Benar, Yang Mulia. Meskipun hamba memiliki keraguan tentang Biantara, hamba tidak berani banyak berkomentar. Bagaimanapun, Anda sangat bergantung padanya, jadi, demi berjaga-jaga ... hamba hanya bisa memberikan bantuan dengan mengantarkan surat ini kepada Anda!"Setelah Hangga selesai berbicara, Raja Ararya tiba-tiba berdiri dan menatap tajam ke arah Biantara, lalu berkata, "Biantara, beraninya kamu mencoba untuk membunuhku!"Hanya Raja Ararya dan putranya yang tahu tentang surat tersebut, bahkan Dwipangga pun tidak mengetahuinya. Selain itu, fakta bahwa Hangga mengetahui hal ini hanya bisa menjelaskan tentang satu hal, yaitu dialah pengirimnya!"Surat? Surat apa?" tanya Biantara yang benar-benar bingung. Kap

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 732

    Pada saat itu, Biantara mulai memahami semuanya. Ini adalah sebuah perangkap untuk membunuhnya. Sementara itu, dalang di balik semua ini adalah Wira. Raja Ararya sebenarnya tidak ingin mendengarkan penjelasan Biantara. Kini, dia hanya ingin segera membunuh pengkhianat itu.Namun, mengingat bahwa Biantara telah cukup lama bekerja untuknya dan malah tiba-tiba berkhianat, Raja Ararya masih merasa ragu di dalam hatinya. Itu sebabnya, setelah merenung sejenak, dia pun berkata, "Biantara, aku akan memberimu kesempatan terakhir. Katakanlah!"Ketika mendengar kata-kata Raja Ararya, Biantara sontak mengambil napas dalam-dalam dan menjernihkan pikirannya. Setelah itu, dia mulai menjelaskan, "Yang Mulia, hamba tidak akan mengungkit tentang kesetiaan hamba selama bertahun-tahun. Mari kita fokus pada insiden ini."Biantara menegaskan, "Hamba yakin bahwa insiden ini pasti adalah rencana Wira. Yang Mulia, hamba bersumpah mati bahwa ketujuh orang itu bukanlah bawahan hamba.""Yang perlu diperhatikan d

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 733

    Hari ini, Hangga telah melintasi ambang maut. Kadang kala, seseorang harus hancur terlebih dahulu untuk bangkit kembali. Dalam situasi ini, dia hanya dapat mengambil risiko dengan nyawanya. Semuanya sudah terlambat. Kemungkinan hanya ada dua akhir dalam situasi ini, entah Biantara yang kehilangan nyawa atau dirinya yang dijemput ajal!"Yang Mulia, hamba telah mengikuti Anda selama bertahun-tahun. Hamba tidak mempunyai penyesalan apa pun. Karena situasinya sudah seperti ini, hamba juga rela mati," ucap Biantara seraya menutup matanya, lalu dia tidak mengatakan apa pun lagi.Biantara juga merupakan tipe orang yang tegas. Kini, dia telah mengetahui situasinya, juga tentunya tahu bahwa hidup dan matinya tidak dapat diprediksi. Itu sebabnya, lebih baik dia mengambil sikap dengan lugas dan membuat Raja Ararya merasa curiga.Sejujurnya, Raja Ararya juga merasa ragu-ragu. Keraguan tersebut membuatnya merasa terjebak dan kebingungan.Sementara itu, di sisi lain, Raja Kresna tengah duduk di depa

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 734

    Raja Kresna tampak mengernyit. Jika misi ini tidak berhasil, semua pengorbanan yang telah mereka lakukan, bahkan penggunaan mata-mata yang sangat rahasia pun akan menjadi sia-sia. Selain itu, ada risiko bahwa dirinya akan ketahuan. Apa yang sebenarnya sedang dilakukan oleh Wira?"Tentu saja nggak. Karena kita sudah memulai, maka harus menyelesaikannya sampai tuntas. Hanya saja, sekarang kita masih membutuhkan satu bagian yang hilang. Bagian itu ... akan muncul sebentar lagi," ucap Wira seraya tersenyum.Perkataannya membuat Raja Kresna tertegun sejenak dan sepenuhnya kebingungan. Lantaran tidak memahami maksud Wira, dia pun bertanya, "Apa maksudmu?""Maksudku sangat sederhana. Kita bukan satu-satunya yang ingin membunuh Biantara. Ada pihak lain yang ingin menyingkirkannya juga," jelas Wira.Raja Kresna tertegun sejenak, lalu bertanya, "Apakah maksudmu ... Raja Byakta? Apakah dia akan ikut campur?" jelas Wira. Raja Kresna tidak bisa memercayai apa yang didengarnya barusan.Namun, Wira m

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 735

    Namun, masalah ini belum sempat disembunyikan. Saat ini, banyak orang di ibu kota Kerajaan Agrel tahu tentang hal ini. Senia tentu saja mengetahui rencana hari ini sejak awal. Raja Byakta, bahkan Rendra juga mengetahuinya.Kala ini, Raja Byakta yang duduk di dalam tandu tersenyum dan berkata, "Wira memang hebat, tapi masih belum cukup .... Biantara nggak bisa disingkirkan. Sudahlah, aku akan membantunya!"Raja Byakta tersenyum. Setelah terdiam sejenak, dia menggerak-gerakkan jarinya dan berujar, "Sampaikan pesan kepada Raja Ararya, seorang bawahan memanfaatkan kekuasaan majikannya untuk memberi perintah."Kemudian, sosok di luar tandu mengiakannya, lalu berkelebat dan menghilang di kegelapan. Tak lama kemudian, muncul seorang pria berbaju hitam di depan pintu masuk kediaman Raja Ararya. Dia membunuh beberapa bawahan kediaman Raja Ararya dan berujar kepada bawahan lain yang tampak terkejut, "Beri tahu Raja Ararya, seorang bawahan memanfaatkan kekuasaan majikannya untuk memberi perintah.

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 736

    Keesokan paginya, Raja Ararya pergi ke istana untuk melapor bahwa semalam Biantara tiba-tiba meninggal karena penyakit lamanya kambuh. Jadi, hari ini Raja Ararya memohon kepada Ibu Suri untuk menyerahkan posisi kepala eksekutor pasukan Kerajaan Agrel kepada putranya, Gilang. Raja Ararya merasa pasti tidak ada yang menentang perkataannya.Kemudian, Raja Byakta yang maju terlebih dahulu dan menyampaikan pendapatnya, "Raja Ararya, posisi kepala eksekutor nggak boleh asal diserahkan kepada orang lain. Gilang memang berbakat, tapi dia masih terlalu muda. Pasukan pertahanan di ibu kota sangat penting, jadi aku nggak tenang menyerahkan posisi ini kepada Gilang.""Lagi pula, kelak Gilang akan mewarisi posisimu. Pada saat itu, apa kamu akan menyuruh cucumu untuk menduduki posisi kepala eksekutor? Kalau begitu, bukankah pasukan Kerajaan Agrel akan sepenuhnya menjadi milik kediaman Raja Ararya?" lanjut Raja Byakta sambil tertawa.Raut wajah Raja Ararya menjadi masam setelah mendengar ucapan Raja

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3108

    Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3107

    Sepanjang perjalanan, Trenggi terus berpikir apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan Wira dari Provinsi Lowala. Namun, setelah bertemu Wira, dia merasa sangat terharu. Dia benar-benar tidak menyangka Wira begitu tampan dan karismatik, pantas saja banyak orang di sembilan provinsi yang merasa Wira sangat bisa diandalkan. Hari ini, dia membuktikan sendiri kabar itu memang benar.Setelah semua pasukan besar dari Kerajaan Nuala memasuki kota, Wira langsung memerintahkan bawahannya untuk menutup gerbang kota.....Di dalam kediaman wali kota, Wira menatap Trenggi dan para jenderalnya yang masuk. Latif dan Agha yang sebelumnya pergi untuk membujuk orang-orang di kota juga sudah kembali. Saat melihat Trenggi dan Hayam, semua orang basa-basi terlebih dahulu.Setelah itu, Wira menarik Latif dan berkata, "Ayo, aku perkenalkan kamu dulu. Ini adalah saudara baru kami. Kalau bukan karena dia, mungkin nyawa kami sudah tiada saat sedang bersembunyi di hutan. Untung saja dia bersedia membantu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3106

    Wira menatap Nafis dan berkata, "Tinggalkan satu mata-mata untuk memandu pasukan besar Jenderal Trenggi, yang lainnya kembali ke sini. Kirim mereka ke utara dan minta mereka untuk terus memantau gerakan di sana. Kalau mereka menemukan pasukan utara, segera laporkan ke sini.""Baik," jawab Nafis.Setelah keduanya pergi, Wira baru mencari peta. Setelah melihat bagian atas peta itu, dia berkata dengan tenang, "Sekarang kita belum tahu pasukan utara itu ada di mana. Tapi, kalau mereka bergerak dengan cepat dan menurut waktu yang diberi tahu Kunaf tadi, sekarang mereka harusnya sedang melintasi Pulau Hulu."Mengingat jenderal tangguh dari pihak musuh adalah Zaki yang merupakan tangan kanan Bimala, Wira berpikir apakah dia bisa menggunakan Zaki ini untuk mengancam Bimala agar menyerahkan Bobby. Meskipun sekarang dia belum mengetahui kabar tentang Bobby, Zaki sebagai tangan kanan Bimala ini seharusnya tahu. Jika bahkan hal ini pun tidak tahu, Zaki ini benar-benar tidak berguna.Saat sedang me

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3105

    Semua orang tertegun sejenak saat mendengar perkataan Latif. Menurut mereka, sepuluh orang memang terlalu sedikit.Saat Latif hendak menjelaskan maksudnya, saat itu Wira malah berkata, "Benar, sepuluh orang memang terlalu sedikit. Lebih baik mengikuti saran Adjie, bawa 100 orang bersamamu saja. Kalau terjadi masalah, kalian juga bisa saling membantu."Latif yang merasa terharu oleh kata-kata Wira segera memberi hormat pada Wira, lalu berdiri dan berkata, "Tuan, kalian sudah salah paham, aku nggak ingin bertindak secara besar-besaran. Kalau bukan karena takut kamu akan khawatir atau nggak ada yang melaporkan padamu, aku bisa pergi ke sana sendirian.""Para prajurit ini nggak penting, yang perlu ditangani adalah wakil jenderal yang memimpin mereka. Dia adalah orang kepercayaan Kunaf. Sekarang Kunaf sudah ditangkap, mereka pasti nggak akan menyerah pada kita. Karena Kunaf ini memegang kekuasaan besar, jadi wakil jenderal ini lebih seperti boneka. Justru karena itulah, aku yakin bisa menan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3104

    Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3103

    Bukan hanya Adjie dan yang lainnya, bahkan Wira yang berdiri di depan Kunaf pun tertegun setelah mendengar perkataan itu. Dia benar-benar tidak menyangka Bimala malah mengerahkan pasukan besar hanya untuk menangkapnya, benar-benar menghargainya.Agha yang mudah emosi pun langsung menendang Kunaf dan memarahi, "Katakan dengan jelas, kali ini ada berapa banyak pasukan utara yang dikirim?"Kunaf meludah ke tanah, lalu tertawa dingin dan berkata, "Hehe. Semuanya ada 100 ribu pasukan untuk menjaga perbatasan. Begitu pasukan besar itu tiba, kalian semua nggak akan bisa kabur lagi. Kalau kalian melepasku sekarang ...."Namun, sebelum Kunaf selesai berbicara, Nafis langsung menendang tubuh Kunaf untuk memaksanya menahan kata-kata berikutnya. "Melepaskanmu? Kamu bermimpi. Sayangnya, kamu nggak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup lagi."Tak disangka, ekspresi Kunaf malah tetap datar saat mendengar perkataan Nafis. Sebaliknya, dia malah tertawa dan berkata, "Hehe. Nggak masalah. Lagi pula, kal

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3102

    Adjie menganggukkan kepalanya karena sangat setuju dengan pengaturan Agha. Jika terjadi sesuatu yang tak terduga pada saat seperti ini, semua usaha mereka sebelumnya akan sia-sia.Saat ini, di gerbang kota. Wira yang sedang memimpin sekelompok orang pun memandang ke langit di kejauhan, lalu memanggil Nafis dan bertanya dengan nada pelan, "Ada kabar dari para mata-mata?"Begitu menguasai kota, Wira langsung mengirim banyak mata-mata untuk menyambut 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala.Nafis memberi hormat dan menjawab, "Belum ada kabar. Tapi, berdasarkan informasi sebelumnya dari para mata-mata, mereka harusnya sudah dekat."Wira menganggukkan kepala. Tidak boleh ada kesalahan sedikit pun pada saat seperti ini.Tepat pada saat itu, ada seorang prajurit yang berlari mendekat. Setelah melihat keduanya, dia langsung memberi hormat dan berkata, "Tuan, Kak Nafis, Kak Adjie dan yang lainnya sudah kembali. Mereka bahkan berhasil menangkap Kunaf."Mendengar laporan itu, Nafis merasa sangat sen

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3101

    Mendengar Latif berkata demikian, Adjie merasa agak ragu karena saat ini situasinya sangat mendesak. Jika dia melepaskan mereka begitu saja, dia akan kesulitan.Menyadari Adjie sepertinya merasa agak kesulitan, Latif yang berdiri di depan pintu tersenyum dan berkata sambil memberi hormat, "Kalau Kak Adjie merasa agak kesulitan, kamu bisa menahan kami di halaman ini dulu. Selama nyawa kami nggak terancam, kami bisa menerima cara lainnya."Melihat Latif yang begitu pengertian, Adjie membalas hormat itu dengan tersenyum. Setelah ragu sejenak, dia berkata perlahan-lahan, "Melihat Jenderal Latif begitu sungkan, aku akan terus terang saja. Saat fajar nanti, 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala akan langsung masuk ke kota.""Sekarang kami sudah menguasai gerbang kota dan kediaman wali kota juga. Begitu pasukan tiba mereka bisa langsung menerobos masuk tanpa hambatan."Kata-kata Adjie ini membuat Latif sangat bersemangat karena tidak ada satu pun dari mereka yang ingin menjadi seorang penjaga

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3100

    Tanpa basa-basi, Agha langsung menampar kedua selir Kunaf. Mereka pun langsung diam, tak berani berteriak lagi.Namun, saat itu juga, Agha mencium bau pesing yang menyengat dan sontak mengumpat pelan, "Sialan!"Setelah beberapa saat, Kunaf sudah diikat erat. Adjie lalu menoleh ke arah Agha dan bertanya, "Apa kita perlu mengabari Tuan Wira? Sekarang situasi di dalam kota sudah terkendali, tinggal menunggu pasukan Kerajaan Nuala tiba."Mendengar nama Kerajaan Nuala, Kunaf yang tergeletak di lantai langsung mengeluarkan suara dari mulutnya yang disumpal dengan kain. Tubuhnya meronta-ronta.Adjie tidak berkata apa-apa dan hanya menendang tubuh Kunaf agar tetap diam. Setelah itu, dia duduk perlahan di kursi dan berkata dengan tenang, "Aku sudah mengutus orang untuk memberi tahu Wira. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang perlu kita lakukan.""Apa itu?""Dengan menggunakan perintah Kunaf, kita panggil semua kepala penjaga gerbang ke sini dengan alasan rapat mendadak. Begitu mereka masuk ke hala

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status