Wira tentu tidak bisa melawan beberapa orang ini. Jika hanya 1 orang, Wira mungkin bisa mencobanya. Namun, Wira sama sekali tidak takut. Dia mengangkat senapannya, lalu menembak pemimpin itu.Pemimpin tersebut langsung mati karena gerakannya sangat cepat. Orang-orang bertopeng yang lain merasa kaget dan berseru, "Kamu ... ternyata kamu punya senapan!" Meskipun memiliki kemampuan bertarung yang hebat, mereka juga tidak mungkin bisa menang melawan senapan.Wira tersenyum dan menyahut, "Mana mungkin aku berani duduk di sini kalau nggak punya senjata? Apa aku menunggu kalian membunuhku? Katakan, siapa anggota Kerajaan Agrel yang mengutus kalian datang?"Beberapa orang itu langsung tercengang setelah mendengar perkataan Wira. Salah satu dari mereka berujar, "Kamu ... bagaimana kamu bisa tahu kami berasal dari Kerajaan Agrel?" Mereka benar-benar kaget."Ini nggak sulit ditebak. Kalau aku orang Kerajaan Agrel, aku pasti akan melakukan hal yang sama. Hanya saja, dari ketiga pangeran Kerajaan A
Wira mengambil lencana itu, lalu mengangguk dan menyimpannya. Dia tersenyum dan berkata, "Nanti kita tanyakan saja pada orang yang tahu tentang hal ini. Sekarang, kalian cepat tidur. Besok kita harus melanjutkan perjalanan lagi."Danu dan lainnya mengeluarkan anggota Pasukan Bayangan, lalu menggali lubang untuk mengubur jasad mereka. Keesokan paginya, rombongan Wira pun berangkat. Saat siang, mereka sudah sampai di daerah perbatasan. Wira berucap, "Bagian depan itu perbatasan ...."Wira menarik napas dalam-dalam. Begitu menginjak daerah tersebut, mereka sudah memasuki wilayah Kerajaan Agrel. Sebenarnya, Wira merasa sangat asing dengan Kerajaan Agrel. Namun, dia tetap yakin bisa kembali dengan selamat."Ayo cepat, kita baru benar-benar aman setelah memasuki wilayah Kerajaan Agrel," kata Wira. Mandra dan Dewina yang mendengar ucapan Wira kebingungan. Namun, Danu tahu alasannya. Hal ini karena Rendra sedang menunggu di daerah perbatasan."Tuan Wira, kenapa?" tanya Dewina.Wira tidak berbi
Rendra bercanda dengan Wira. Sementara itu, Wira yang mendengar ucapan Rendra langsung tertawa. Wira menyahut, "Hahaha .... Tenang saja, kamu nggak akan mendapatkan perintah rahasia ini ...."Wira sangat yakin dan Rendra pun tertawa. Perjalanan ini sangat aman karena dikawal oleh ribuan prajurit.Rendra berpesan, "Ibu kota kerajaan ada di depan sana, kamu harus lebih berhati-hati. Aku rasa Raja Ararya akan melancarkan triknya. Bagaimanapun, dia nggak akan membiarkan kamu masuk ke kota dengan tenang."Wira tentu tahu mengenai hal ini. Raja Ararya dan Byakta adalah orang yang ambisius. Jika Raja Tanuwi tidak mati, mereka berdua pasti akan menyembunyikan diri. Setidaknya, mereka tidak akan bertindak sekarang.Namun, sekarang Raja Tanuwi sudah meninggal sehingga sandaran Ibu Suri menghilang. Tentu saja, ambisi Raja Ararya dan Byakta pun muncul. Wira tahu jelas tentang hal ini. Jadi, dia juga tahu Raja Ararya sedang menunggu untuk melancarkan triknya."Aku tahu, nanti kita bertindak sesuai
"Ternyata kamu adalah Tuan Biantara, kepala eksekutor pasukan Kerajaan Agrel. Astaga, kamu sangat pandai berbicara dan rendah hati. Aku kira kamu adalah kasim istana. Maaf, maaf," ucap Wira meminta maaf sembari menangkupkan kedua tangannya pada Biantara.Mendengar ini, senyuman di wajah Biantara seketika sirna. Dia menatap Wira dengan niat membunuh yang dahsyat. Akan tetapi, dia tidak bertindak dan hanya tersenyum sambil berkata, "Tuan Wahyudi sudah terlalu sopan. Nasibku nggak begitu baik untuk menjadi kasim istana."Setelah mengatakan ini, Biantara menatap Dewina yang berdiri di belakang Wira, lalu melanjutkan, "Kamu pasti Nona Dewina, 'kan? Tim penjemputmu ada di sebelah sana. Mari saya antar Nona Dewina." Wira bisa melihat dengan jelas bahwa Biantara menunjukkan rasa hormat saat berhadapan dengan Dewina. Sebenarnya apa identitas Dewina? Dia sama sekali bukan pelayan rendahan seperti yang dikatakan. Melihat kepala eksekutor yang begitu hormat padanya, Wira berpikir bahwa Dewina pas
Mendengar ini, Biantara tersenyum sembari menjawab dengan santai, "Ini bukan rahasia lagi. Nona Dewina adalah selir Raja Kresna. Ketika mengintai di Kerajaan Nuala, dia mengganti namanya. statusnya juga cukup tinggi. Kenapa Tuan Wahyudi begitu penasaran dengan identitasnya? Jangan-jangan Tuan terpikat dengan kecantikan Nona Dewina, ya?" Wira hanya tersenyum dan mengelak, "Nggak, aku hanya penasaran saja."Putri Raja Kresna ternyata pergi ke Kerajaan Nuala sebagai mata-mata. Raja Kresna benar-benar licik juga. Namun, hal ini tidak mengherankan. Lagi pula, anak-anak dari keluarga besar tidak punya kendali atas diri mereka sendiri. Setelah membahas masalah ini, Biantara membawa mereka ke halaman, lalu berkata, "Ini adalah asrama para utusan. Tuan Wahyudi bisa membiarkan rombongan untuk istirahat dulu. Ibu Suri hanya ingin bertemu denganmu seorang."Ini memang peraturannya. Tanpa berpikir panjang, Wira meminta Danu dan lainnya untuk menunggu di asrama, lalu pergi menghadap Ibu Suri bersa
"Haha, semoga dia bisa hidup lebih lama," ucap Biantara sembari tersenyum acuh tak acuh. Kemudian, dia melanjutkan, "Baiklah, di depan sana adalah istana. Aku nggak akan masuk. Nantinya, akan ada orang yang mengantar Tuan Wahyudi masuk."Begitu tiba di luar aula besar istana, Biantara pun berhenti. Seorang kasim tampak mendekat dengan penuh hormat dan membawa Wira ke dalam. Setelah memasuki aula besar istana, Wira melihat para menteri Kerajaan Agrel yang berdiri di kedua sisi.Meskipun ini adalah Kerajaan Agrel, bangunan yang megah dan berkesan ini tak kalah dengan Kerajaan Nuala. Wira pun melihat sekeliling. Pada saat yang sama, dia juga melihat empat orang duduk di kedua sisi bagian depan. Salah satu di antara mereka adalah Giandra, sementara tiga orang lainnya adalah ketiga raja di Kerajaan Agrel.Mereka sama-sama memejamkan mata dan mengabaikan Wira. Akan tetapi, Wira juga tidak memedulikan mereka. Dia mengalihkan pandangannya ke arah sembilan anak tangga yang berada di depan.Di s
Perkataan Giandra membuat semua orang mengangguk setuju secara serempak. Akan tetapi, Senia malah bertanya, "Wira, bagaimana pendapatmu tentang keinginan Giandra untuk membalas dendam ayahnya?"Wira menjawab sambil tersenyum, "Yang Mulia, ini pasti hanya rumor yang disebarkan orang lain. Hamba sama sekali tidak membunuh Raja Tanuwi. Tolong jangan asal menuduh hamba atas hal ini."Lantaran mereka ingin bersandiwara, Wira juga tidak keberatan untuk menemani mereka. Giandra pun berkata dengan emosi, "Kurang ajar! Kamu yang membuat misil itu dan menyuruh orang untuk menembak ayahku. Bisa-bisanya kamu nggak berani mengakuinya. Wira, kamu benar-benar seorang pengecut. Apa kamu nggak berani mengakui tindakanmu sendiri?"Mendengar perkataannya, Wira buru-buru melambaikan tangan, lalu berkata, "Hais, Raja Tanuwi, tolong jangan memfitnahku. Misil itu memang dibuat olehku, tapi aku nggak pernah memerintahkan pembunuhan ayahmu."Wira melanjutkan, "Lagi pula, dalam pertempuran antara dua pasukan de
Tepat pada saat ini, Senia tiba-tiba mendengus dingin, lalu memarahi, "Ini adalah aula besar. Giandra, aku memahami niatmu untuk membalas dendam ayahmu, tapi ini bukan tempat untuk meluapkan emosi. Jangan membahas masalah ini lagi. Bubarlah!"Usai kata-kata itu dilontarkan, Wira melihat sosok di balik tirai bangkit dan pergi. Sementara itu, beberapa pengasuh juga membawa pergi sang Kaisar Cilik. Wira berkedip, lalu menangkupkan tangan seraya berkata, "Selamat jalan, Yang Mulia Kaisar dan Ibu Suri."Ketika Wira hendak pergi, seorang dayang mendekatinya dengan tergesa-gesa. Kemudian, wanita itu berkata, "Tuan Wira, Ibu Suri ingin bertemu dengan Anda."Wira tertegun sejenak. Bukannya Senia ... terburu-buru untuk bertemu dengannya? Bisa-bisanya dia memanggilnya di hadapan begitu banyak orang? Akan tetapi, karena itu yang diinginkan oleh Senia, Wira tentu harus menurut."Mohon pimpin jalannya," ucap Wira. Setelah itu, si dayang membungkuk dan membimbing Wira ke arah dalam. Segera, mereka pu
Meskipun Dahlan sangat membenci Wira dan ingin membunuhnya, dia tetap mempertimbangkan untung rugi dengan baik.Menyatakan perang terhadap Wira memang mudah. Namun setelah itu, akan ada banyak reaksi berantai yang harus dihadapi.Jika semua reaksi berantai itu tidak dipertimbangkan dengan matang, di masa depan hal ini bisa membawa masalah yang tidak perlu bagi mereka. Inilah poin paling sulit.Sudut bibir Senia agak berkedut. Dia melangkah ke depan Dahlan, mencengkeram kerah bajunya dengan erat. Jika tatapan mata bisa membunuh, Dahlan pasti sudah mati berkali-kali.Tatapan yang begitu menakutkan, seperti dua pedang tajam yang siap menusuk. Tidak ada yang berani menatapnya langsung."Ibu, kenapa?" Dalam pandangan Dahlan, Senia selalu tampak bijaksana. Jika tidak, mustahil bagi seorang wanita bisa mencapai posisi seperti ini, bahkan menjadi sosok yang berada di atas semua orang.Pencapaiannya sudah cukup untuk membuat semua wanita di dunia ini merasa bangga. Lagi pula, wanita yang menjad
Keesokan pagi, Wira dan rombongannya berangkat. Osman memimpin para pejabat untuk mengantar kepergian mereka. Terlihat jelas bahwa Osman sangat menghormati Wira.Selain itu, seluruh rakyat turut mengantar saat tahu Wira akan pergi. Harus diakui bahwa Wira sangat dicintai oleh rakyat.Bukan hanya di Provinsi Yonggu dan Provinsi Lowala, bahkan di wilayah lain pun Wira sangat dihormati. Bagaimanapun, pengorbanan Wira memang tidak kecil. Namun, semuanya membuahkan hasil yang sepadan.Saat Wira dalam perjalanan kembali ke Provinsi Yonggu, situasi di Kerajaan Agrel kurang baik.Saat ini, Senia duduk di singgasananya dengan wajah suram. "Apa kabar ini benar?"Senia baru mendapat kabar bahwa semua orang yang diutusnya ke wilayah barat tewas. Bahkan, Panji juga tidak bisa kembali lagi. Padahal, Panji adalah kartu trufnya yang terpenting.Karena ucapan Panji, Senia baru bersedia mengeluarkan 5 miliar gabak untuk berdamai dengan Wira. Jika tidak, dia lebih memilih untuk mengorbankan putranya dari
Di wilayah dua provinsi yang damai tanpa konflik ataupun perang, tentu tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Namun anehnya, meskipun bisa tinggal di rumah besar di luar, ada yang memilih rumah sederhana di Dusun Darmadi. Hal ini memang sulit dimengerti. Mungkin, Dusun Darmadi memberikan rasa aman bagi Ramath."Hasil terbesar yang kami capai dalam perjalanan kali ini adalah membunuh Jaran. Selain itu, Caraka yang selalu mengikuti Senia, juga tewas di tangan kami. Dengan kematian mereka berdua, kekuatan Senia jelas berkurang banyak," ucap Wira dengan puas.Ini adalah pencapaian terbesar dari perjalanan kali ini, wajar jika Wira merasa senang.Para hadirin di sekitar mengangguk setuju. Mereka juga tidak menyukai orang-orang dari Kerajaan Agrel. Ketika perang besar empat kelompok terjadi, Kerajaan Agrel adalah pihak yang menekan mereka paling keras.Meskipun sekarang situasi sudah damai, orang-orang dari Kerajaan Nuala tetap menyimpan dendam dan menjaga jarak dengan Kerajaan Agrel. Konfl
"Tuan Wira, kamu sangat senang dengan kesembuhan Lucy sampai melupakan temanmu ini. Aku ini raja lho. Aku sampai datang ke gerbang kota untuk menyambutmu. Setidaknya, kamu harus menjaga harga diriku sedikit.""Kalau terus membuatku berdiri di sini, apa yang akan dikatakan para menteriku nanti? Kelak gimana aku bisa mempertahankan wibawaku di depan mereka?"Osman berkata sambil tertawa. Jelas, itu hanya candaan tanpa maksud serius. Dia tidak mungkin benar-benar menyimpan dendam terhadap Wira.Wira tersenyum sambil menggeleng. Pemuda ini memang nakal. Para menteri yang hadir pun ikut tersenyum."Sudah, sudah, sejak kapan kamu jadi orang yang suka cemburu? Sekarang kamu seorang raja. Kamu seharusnya bicara yang bijak. Kalau nggak, kelak kamu benaran sulit mempertahankan takhtamu!" Wira ikut bercanda.Di tengah tawa dan obrolan santai, Wira dan rombongan memasuki ibu kota. Karena sebelumnya sudah mengetahui kepulangan Wira, Osman telah menyiapkan perjamuan.Ketika Wira tiba bersama rombong
Bisa dikatakan, hampir tidak ada pemimpin seperti Wira di dunia ini."Semuanya sudah beres. Raja kami mengikuti saran darimu dan mengeluarkan banyak dana untuk bantuan bencana. Sekarang keadaan sudah stabil dan rakyat sudah tenang. Kami benar-benar berterima kasih kepadamu."Sambil tersenyum, Trenggi meneruskan, "Kalau bukan karena saranmu, mungkin Kerajaan Nuala sudah jatuh dalam kekacauan sekarang ...."Ketika membahas hal ini, Trenggi tidak bisa menahan diri untuk menggeleng. Seperti yang Wira perkirakan sebelumnya, karena tidak ada bantuan bencana, banyak rakyat menderita dan masalah terus bermunculan.Ketika rakyat tidak bisa makan, mereka tentu bisa melakukan apa saja. Untungnya, bantuan segera diberikan sehingga masalah teratasi dan tidak terjadi kekacauan yang lebih besar.Namun, pada awalnya Osman tidak berniat menggunakan kas kerajaan untuk menghemat uang. Meskipun ingin membantu rakyat, dia tidak berani mengambil risiko itu demi melindungi dirinya sendiri.Bagaimanapun, jika
"Sepertinya orang-orang dari wilayah barat nggak akan melepaskanmu begitu saja. Jadi, apa rencana selanjutnya?""Menurutku, kita bisa mencoba cara lain, yaitu dengan menyerang wilayah barat terlebih dahulu. Wilayah barat cuma sebuah negara kecil di perbatasan. Alasan mereka bisa bertahan sampai sekarang cuma karena punya gurun sebagai pelindung alami.""Kamu sudah menjelajahi gurun itu sekali, jadi pasti sudah tahu jalannya. Kalau kamu memimpin, ditambah pasukan dari kedua belah pihak, kita pasti bisa menghancurkan mereka. Ketika saat itu tiba, jangankan penguasa kecil di Provinsi Tengah, bahkan seluruh wilayah barat pun akan tunduk kepada kita."Trenggi menjelaskan dengan perlahan. Sejak dia menjadi Jenderal Besar Kerajaan Nuala, dia selalu memikirkan cara untuk memperluas wilayah kekuasaan kerajaan.Di masa kekacauan, yang kuat yang berkuasa. Untuk menjadi penguasa di tengah kekacauan, hal pertama yang dibutuhkan adalah tanah yang cukup luas dan rakyat yang banyak. Hanya dengan itu,
Pihak Wira hanya ada empat orang, sementara mereka memobilisasi puluhan ribu orang dan masih gagal menghentikan Wira. Jika sampai berita ini tersebar, bukankah mereka akan menjadi bahan tertawaan? Sungguh memalukan."Jenderal, kami sudah berusaha sekuat tenaga. Dalam perjalanan kembali, kami sudah menghitung jumlah korban. Ada lebih dari 800 orang yang tewas.""Bahkan, Caraka juga tewas di tangan Wira. Kami gagal menjalankan tugas. Mohon Jenderal dapat memaafkan kami ...."Seorang wakil jenderal perlahan-lahan maju, lalu segera membungkukkan tubuhnya dan berbicara. Dia merasa sangat gelisah.Saka terkenal tegas dan ketat. Kegagalan dalam menjalankan tugas tentu sulit untuk dimaafkan. Dia menatap dingin wakil jenderal itu, lalu mengerutkan alis dan berkata, "Mereka sudah pergi. Nggak ada gunanya dibahas lagi.""Segera cari orang yang lebih dapat diandalkan dan kejar rombongan Wira. Aku nggak peduli siapa mereka atau sejauh apa mereka melarikan diri. Intinya, orang yang berani menentangk
Setelah mengatakan itu, Caraka memandang orang-orang di belakangnya. Meskipun mereka berasal dari wilayah barat, mereka juga mematuhi perintahnya karena sekarang dia sudah memegang kekuasaan besar. Apalagi sekarang dia juga sudah mendapat informasi yang tepat dari Wira.Sebelum datang ke sini, Saka sudah menyerahkan tugas penting ini pada Caraka dan semua pasukan yang berada di sana harus tunduk pada perintah Caraka. Meskipun Wendi sudah menyiapkan formasi racun di sekitar, mereka tetap terus menerjang ke arah Wira dan yang lainnya dengan kekuatan yang luar biasa saat Caraka memberikan perintahnya."Agha, bunuh dia," kata Wira yang sudah mulai kesal karena Caraka terus mendesaknya sambil menatap Agha di sampingnya."Kak Wira, kamu harus hati-hati. Aku akan pergi memenggal kepala orang itu sekarang juga," kata Agha, lalu langsung melompat dan segera menerjang ke arah Caraka. Darah mengalir dengan deras di semua tempat yang dilewatinya.Melihat Agha begitu berani, para pasukan di sekitar
"Jaran sudah bertemu dengan kami. Tapi, sekarang dia bukan hanya nggak muncul di hadapanmu, dia juga nggak ada di sampingku. Jadi, kamu rasa dia pasti ada di mana sekarang?" kata Wira sambil terus memikirkan langkah selanjutnya karena dia tidak bisa terus terjebak di sana.Jumlah di pihak lawannya begitu banyak, Wira merasa dia pasti akan rugi jika bertarung dengan mereka di sana. Ditambah dengan banyaknya orang di sekitarnya, satu-satunya caranya untuk keluar dari sana adalah menggunakan taktik melarikan diri.Pada saat itu, pandangan Wira pun tertuju pada Wendi. Saat mereka dikepung Saka sebelumnya, Wendi mengeluarkan dua tabung bambu dari sakunya. Setelah menyebarkan isi tabungnya, bahkan orang-orang yang berdiri jauh dari mereka pun merasa matanya sakit. Sementara itu, orang yang berdiri lebih dekat dengan mereka, kebanyakan yang langsung kehilangan nyawanya.Jika bukan karena begitu, Wira juga tidak akan membiarkan Wendi ikut bersamanya. Wanita ini jauh lebih mengerikan dari yang