"Aku ikut!""Aku juga akan bergabung!"....Seketika, banyak cendekiawan mengangkat tangan mereka dan menyatakan niat untuk bergabung dalam organisasi ini.Putro, Gading, Kuswanto, dan Ismanto tampak jelas telah membahas masalah ini sebelumnya. Siapa pun yang bergabung dalam organisasi ini pasti dapat mengandalkan keempat orang itu di masa depan.Putro menoleh pada Wira dan bertanya sambil tersenyum, "Wahyudi, bagaimana denganmu?"Wira berbisik, "Kak Putro, apa yang sedang kamu rencanakan?" Dia merasa heran dengan Putro yang tidak biasanya tidak minum alkohol, lalu tiba-tiba mengungkapkan ide untuk mendirikan organisasi.Putro terkekeh dan menjawab, "Nanti saja baru kuceritakan, yang penting kamu mau bergabung dulu. Tenanglah, aku nggak akan mencelakaimu!"Wira menggertakkan gigi dan berujar, "Baiklah, aku juga akan bergabung!"Mendengar itu, semua cendekiawan mendadak menyatakan niatnya untuk bergabung.Putro kembali berujar, "Kalau begitu, mari kita pikirkan nama untuk organisa
Wira menghela napas, lalu berkata, "Kak, aku tahu ini adalah niat baik darimu. Kamu memberikanku jabatan menakutkan untuk menggertak orang-orang, lalu mengumpulkan sekelompok cendekiawan sebagai pendukung supaya mereka nggak berani menggangguku lagi!"Mendengar perkataan Wira, Putro pun menjelaskan dengan serius, "Hehe, yang penting kamu memahami niat baikku. Tapi, ini bukan sekadar jabatan menakutkan! Kamu memiliki prestasi besar dalam penumpasan bangsa Agrel. Kamu juga menulis Pedoman Filsafat, ditambah dengan beberapa karya sastra yang akan dikenang selamanya.""Meskipun pemerintah nggak pernah mengakui prestasimu, sebagian cendekiawan masih akan menghormatimu dan bersedia bergabung dalam Asosiasi Perdamaian," timpal Putro.Wira pun bertanya sambil tersenyum, "Lalu, memangnya kenapa?""Dengan menjadi Ketua Asosiasi Perdamaian, para cendekiawan yang bergabung dengan asosiasi ini akan menjadi pendukungmu! Apa pun yang ingin kamu sampaikan, mereka akan menyampaikannya untukmu. Siapa pu
Awalnya, setelah gagal memberantas pemberontakan, istana menurunkan pangkat Satria dari letnan jenderal menjadi jenderal pendamping. Beberapa hari yang lalu, saat menyerang Dusun Pranowo, Satria ditangkap oleh veteran Pasukan Zirah Hitam.Setelah akhirnya dibebaskan kemarin, Satria mengira bahwa dia sudah bisa hidup dengan tenang. Namun, kini dia malah terlibat dalam rencana pemberontakan. Seluruh keluarganya bahkan terancam akan dihukum mati!Di dalam kereta tahanan, Dirja memakinya dengan kesal, "Dasar bodoh! Aku adalah seorang pejabat sipil, untuk apa aku memberontak? Semua ini adalah tuduhan palsu terhadapku, bahkan pejabat militer sepertimu pun terkena imbas. Setelah kita sampai di ibu kota kerajaan, jaga mulutmu dengan baik. Dengan begitu, mungkin kita bisa menghindari masalah."Mendengar hal ini, Satria sontak bersemangat dan berkata, "Tuan Dirja, aku tahu bahwa kamu memiliki koneksi di ibu kota kerajaan. Bisakah kamu membersihkan nama baik kita? Kita nggak akan dihukum mati, 'k
Lantaran upaya memohonnya tidak membuahkan hasil, Dirja baru saja ingin mengancam, tetapi dia malah tiba-tiba menjerit. Seiring terdengarnya suara sayatan, Wira langsung memenggal kepala Dirja dengan pedangnya. Kepala Dirja sontak menggelinding ke tanah dan darah menyembur ke mana-mana.Di sampingnya, Satria yang melihat adegan ini langsung pingsan saking terkejutnya. Namun, suara sayatan lagi-lagi terdengar. Wira langsung memenggal kepala Satria tanpa ragu-ragu. Kemudian, dia menancapkan pedangnya di tanah!Dengan menggenggam kedua kepala itu, Wira meletakkannya di dekat makam Padli dan berkata dengan gemetar, "Kak Padli, inilah dalang yang mencelakai kalian. Aku membawa mereka kemari untuk memberi penghormatan kepadamu!"Sementara itu, Meri yang berada di samping menatap adegan ini dengan terpesona. Dia merasa bahwa Wira sudah berbeda dari sebelumnya. Di masa lalu, pria ini begitu licik, kejam, suka mengatur tipu daya, dan senang menjebak orang lain!Saat ini, Wira bahkan jauh lebih
Setelah Putu mengucapkan kata-kata itu, Wira tertegun sejenak, lalu bertanya, "Isi hati?" Isi hati apa yang bisa Meri bicarakan secara pribadi dengannya?Putu menunjuk ke depan dan menjawab sambil tersenyum licik, "Ada gazebo sekitar satu kilometer dari sini. Ketua Meri sedang menunggumu di sana."Ekspresi Putu terlihat ambigu dan tatapan matanya yang mengarah kepada Wira tampak aneh. "Baiklah," ucap Wira sambil tersenyum. Kemudian, dia pun menunggang kuda ke sana. Dia kebetulan juga ingin menyampaikan beberapa hal kepada Meri.Saat Meri yang berada di gazebo melihat Wira mendekat, dia langsung berkata sambil tersenyum, "Kali ini, aku sudah membantumu begitu banyak. Apa kamu nggak ingin mengungkapkan sesuatu?"Wira turun dari kudanya. Dia berjalan menuju gazebo dan berkata sambil tersenyum, "Kamu sudah menjadi ketua pertama sekarang. Apakah kamu masih membutuhkan sesuatu?"Meri sontak mengerucutkan bibirnya. Kemudian, dia berkata dengan nada sedikit kecewa, "Kamu ini sama sekali nggak
Kali ini, banyak orang yang membantu Wira. Jadi, Wira juga tidak pelit dan membeli banyak hadiah, lalu membagikannya kepada anggota Asosiasi Perdamaian. Tentu saja, Wira juga tidak melupakan Pramana karena Pramana sudah menghabiskan banyak uang untuk Wira kali ini.Wira langsung mengeluarkan uang kertas yang banyak dan memberikannya kepada Pramana. Kemudian, Pramana berkata, "Paman Wira, untuk apa kamu memberiku begitu banyak uang?"Melihat semua uang kertas ini, Pramana seketika tertegun. Dia tahu Wira kaya, tetapi tidak menyangka dia mempunyai begitu banyak uang.Wira yang tampak tidak peduli berujar, "Memangnya ini termasuk banyak? Belakangan ini, pengeluaranmu cukup banyak, jadi kamu ambil saja."Jika dibandingkan dengan pertemanan, uang sama sekali tidak ada apa-apanya. Jadi, Wira tidak keberatan memberikan Pramana uang sebanyak ini.Pramana tertawa dan menyahut, "Hehe. Kalau begitu, aku nggak akan menolaknya lagi." Kemudian, dia menyimpan uang itu.Wira mengingatkan, "Jumlah uang
Setelah Wira selesai bicara, Danu memanggil 2 orang untuk diam-diam meninggalkan tim. Orang ini sangat hati-hati. Jadi, Danu berencana untuk beraksi secara diam-diam kali ini karena orang ini kabur terakhir kali.Sekelompok orang melanjutkan perjalanan. Sekitar 4 jam kemudian, Danu kembali dengan menunggangi kuda dan membawa seorang pria yang sudah pingsan."Kak Wira, aku sudah menangkapnya. Dia cukup licik sehingga sulit ditangkap," ucap Danu. Dia tertawa dan melempar orang ini ke tanah. Orang yang diikat ini langsung bangun setelah dilempar."Kalian ... lepaskan aku! Beraninya kalian menangkapku! Benar-benar cari mati!" ujar orang itu. Dia berniat mengancam semua orang.Wira tahu bahwa orang ini mempunyai kemampuan yang hebat. Levon adalah putra Raja Fazana, jadi orang ini pasti berhubungan dengan Raja Fazana. Wira mendengus dan berkata, "Oh, ya?"Kemudian, Wira mengeluarkan senapan dan menembak kaki orang ini. Peluru menembus kaki orang tersebut dan darah mengalir.Orang itu pun ber
Namun, Wira bukan orang biasa. Dia bahkan bisa menjatuhkan seorang prefektur. Tentu saja, Desa Angindra sama sekali tidak ada apa-apanya bagi Wira.Selingan ini bukan masalah besar bagi Wira. Setelah membunuh Abdar, Wira juga tidak peduli. Mengenai Desa Angindra, jika mereka berani menyinggungnya, Wira pasti akan membuat Desa Angindra mengalami perombakan secara besar-besaran.Rombongan Wira melanjutkan perjalanan mereka. Setelah menempuh perjalanan selama setengah hari, mereka hampir sampai di Kota Pusat Pemerintahan Roino. Danu berucap, "Kak Wira, kita akan sampai di Kota Pusat Pemerintahan Roino setelah menempuh perjalanan 50 kilometer lagi. Selain itu, kita cukup dekat dengan Desa Angindra, jadi sebaiknya kita berhati-hati."Wira mengangguk dan rombongan mereka pun melanjutkan perjalanan.....Beberapa saat yang lalu, di Desa Angindra, Fawaz Ghifari yang merupakan pemimpin utama tempat ini mencibir saat membaca surat. Dia berkata, "Wira? Dia membunuh Wolfie dari Ngarai Naga Biru? B
Setelah melihat Wira yang duduk di dalam sel, Danu merasa hatinya sakit dan berteriak, "Cepat buka pintu sel ini! Kalian benar-benar berani sekali. Bahkan kakakku juga kalian berani tangkap?"Bukan hanya Adianto yang langsung tercengang begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang berada di sana juga begitu. Danu adalah jenderal yang terkenal dan berkuasa. Di seluruh Provinsi Lowala, tidak ada yang bisa menandinginya dan bahkan tidak ada yang berani mengganggunya. Orang yang dipanggilnya kakak tentu saja adalah Wira.Adianto tidak berani percaya dengan apa yang didengarnya, tetapi kenyataannya sudah ada di depan matanya. Setelah menelan ludah, dia segera membuka pintu sel dan inisiatif masuk ke dalamnya. Dia hanya menundukkan kepala karena tidak berani menatap Wira dan berkata, "Tuan, sebelumnya aku nggak tahu apa-apa dan sudah menyinggungmu.""Aku mohon Tuan bisa memaafkanku, jangan menghukumku. Aku nggak akan mengulanginya lagi kelak."Pada saat ini, Adianto benar-benar ketakutan
"Menurutku, ini ide yang bagus. Kalau begitu, kita lakukan sesuai keinginanmu. Aku akan pergi memberi tahu rekan-rekanku di luar biar mereka membantuku memberi pelajaran pada anak ini. Sejujurnya, aku juga kesal dengan anak ini," kata Adianto sambil tersenyum sinis, lalu bersiap pergi bersama Ruben.Adianto memang tidak bisa langsung memutuskan semua hal yang ada di penjara bawah tanah, dia tetap harus melaporkannya pada atasannya. Namun, jabatannya lebih tinggi daripada orang-orang yang ada di sana. Jika kerabatnya ingin masuk ke kota, semua juga pasti akan melewatinya. Oleh karena itu, dia tentu saja memiliki pengaruh tertentu.Namun, saat baru saja berbalik, Adianto dan Ruben melihat ada sekelompok orang mendekat. Terutama saat melihat orang yang berdiri di paling depan, Adianto langsung tertegun dan tidak tahu harus berbuat apa."Saudaraku, ada apa?" tanya Ruben dengan ekspresi bingung."Aku nggak salah lihat, 'kan? Kenapa Jenderal Danu tiba-tiba datang ke penjara bawah tanah? Buka
"Aku mengerti. Melihat situasinya nggak beres, jadi kakakmu langsung pergi, 'kan? Orang bilang suami istri yang selalu bersama pun akan berpisah saat menghadapi bahaya, ternyata kakak adik pun seperti ini," sindir Sahim.Shafa malah tidak berbicara dan menjelaskan apa pun juga. Dia sebenarnya sudah menyadarinya saat tadi Wira berbicara dengan Kaffa. Wira bisa duduk di sini dengan begitu tenang pasti karena sudah memberikan tugas pada Kaffa. Kalau begitu, mengapa dia harus khawatir?Selain itu, Shafa tahu betul kebaikan kakaknya terhadapnya melebihi siapa pun. Oleh karena itu, dia merasa tidak perlu menjelaskan apa pun pada orang lain."Tutup mulutmu," kata Wira dengan kesal.Sahim langsung tidak berani berbicara lagi.Tepat pada saat itu, Ruben dan Adianto datang dan langsung berdiri di depan pintu sel."Sekarang kamu sudah tahu kekuatanku, 'kan? Tadi aku sebenarnya nggak ingin menyusahkan kalian dan menyuruh kalian cepat pergi, tapi kalian nggak mau dengar. Kalian malah mengusir para
Kaffa menyadari liontin giok ini memang berguna. Setelah mendengar perkataan Danu, dia tidak ragu-ragu dan langsung berkata, "Tuan Wira yang memberiku liontin giok ini sudah ditangkap kepala penjaga gerbang kota ke penjara bawah tanah. Jenderal Danu, cepat selamatkan dia."Kepala penjaga gerbang kota memang memiliki kekuasaan, tetapi kekuasaan itu masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Danu. Kaffa merasa lebih yakin lagi, kali ini Wira dan adiknya pasti akan selamat.Swish.Mendengar perkataan Kaffa, ekspresi Danu langsung menjadi sangat muram dan napasnya pun menjadi terengah-engah. "Mereka berani menangkap kakakku? Benar-benar nggak tahu diri!"Setelah memaki sebentar, Danu langsung melambaikan tangan pada kedua penjaga di belakangnya. "Segera kumpulkan orang dan ikut aku ke penjara bawah tanah!"Tak lama kemudian, semua orang sudah siap dan berangkat menuju penjara bawah tanah.Kaffa juga segera mengikuti mereka. Dia ingin menyelamatkan adiknya dengan tangannya sendiri dan berter
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan