Dirja yang murka memandang ke luar dan berteriak, "Gafar, Ghufran, kalian yang bertanggung jawab memukul Wira!"Kedua pemuda di luar balai prefektur yang bertugas mengangkat tandu segera masuk, lalu merebut tongkat kayu dari petugas lain dan hendak menghajar Wira. Mereka adalah pelayan di Keluarga Muwana. Jadi, mereka harus mengikuti perintah Dirja.Dirja yang merasa puas membatin, 'Bocah sombong, aku akan menghajarmu dulu, lalu menyiksamu. Hari ini, aku akan membuatmu mengakui perbuatanmu dengan cara apa pun.'Kala ini, pintu masuk balai prefektur yang tertutup rapat bergetar hebat. Suara yang keras ini membuat kedua orang yang memegang tongkat kayu tertegun. Kemudian, suara hantaman terus terdengar, seperti ada yang berusaha menerobos pintu. Dirja berujar dengan ekspresi muram, "Coba lihat, siapa yang berani menerobos pintu balai prefektur!"Hari ini, Dirja akan menginterogasi Wira menggunakan siksaan berat. Jadi, dia menyuruh bawahannya untuk menutup pintu masuk balai prefektur.Ked
Putro meninju mata kiri Dirja, lalu membentak, "Nggak ada yang perlu ditutupi. Apalagi, ini interogasi untuk kasus pembunuhan. Apa maksudmu melakukan interogasi tertutup? Kamu mau menggunakan siksaan berat, mengambinghitamkan Wira, dan memutarbalikkan fakta, ya?"Semua orang di tempat tertegun. Tidak ada yang menyangka Putro memukul prefektur. Namun, berdasarkan sifat Putro, hal ini cukup masuk akal.Dirja yang murka berujar, "Kamu ... beraninya kamu memukulku! Aku ini pejabat penting yang mewakili reputasi pemerintah .... Aduh!"Putro meninju mata kanan Dirja lagi dan mendengus. Dia berkata, "Orang sepertimu yang menindas rakyat, tamak, dan melanggar hukum untuk kepentingan sendiri nggak layak untuk mewakili pemerintah. Hari ini, aku memukulmu karena ingin mewakili para pejabat jujur di pemerintahan untuk memberimu pelajaran!"Putro masih belum puas setelah meninju Dirja 2 kali, dia mengangkat kakinya dan menendang Dirja. Salah satu dari orang-orang terpelajar berseru, "Apa gunanya pe
Beraninya sekelompok orang berengsek ini menghajarnya, tetapi Dirga malah tidak bisa melawan mereka. Namun, Dirja bisa memvonis Wira yang membunuh pejabat dengan hukuman mati untuk melampiaskan emosinya.Putro mendongak dan berkata, "Kamu mulai saja interogasinya. Kami semua pengacaranya Tuan Wahyudi!" Ismanto, Gading, dan Kuswanto juga mengangguk.Ratusan orang terpelajar berujar dengan serempak, "Benar, kami sudah membentuk tim untuk menjadi pengacara Tuan Wahyudi!"Para petugas pengadilan di aula utama tersentak. Di antara ratusan orang terpelajar, ada belasan sarjana kerajaan, 50-an sarjana provinsi, dan 100-an sarjana kabupaten yang membentuk tim pengacara untuk membela Wira. Pengadilan ini ....Wira juga terkejut. Dia benar-benar tidak menyangka Putro akan memakai cara ini. Ini adalah tim pengacara terkuat yang tidak pernah muncul dalam era apa pun."Oke. Kalian boleh menjadi pengacara, tapi kalian nggak akan memenangkan pengadilan ini!" kata Dirja. Dia menggertakkan giginya dan
"Semuanya, kalian dengar sendiri, bukan? Apa kalian masih ingin melindunginya? Dia sudah membunuh lima pejabat dan membantai habis satu keluarga!" ujar Dirja dengan angkuh."Omong kosong!" Putro menghampiri 15 petugas patroli itu, lalu berujar, "Katakan padaku, kenapa Wahyudi membunuh Pak Agra dan empat petugas patroli itu!"Heh! Dirja mencibir di atas aula. Putro benar-benar konyol jika berharap dirinya akan mendapatkan kebenaran dengan bertanya terus terang seperti itu."Pak Agra membawa keempat orang kepercayaannya itu untuk membunuh keluarga Padli, mereka juga melecehkan istri dan pelayannya. Tuan Wahyudi murka dan lepas kendali hingga membunuh lima orang itu," jelas salah satu petugas patroli. Para petugas patroli lainnya mengangguk membenarkan.Ekspresi Dirja berubah drastis, dia memelototi 15 orang itu dan berseru marah, "Omong kosong apa kalian! Siapa yang memerintahkan kalian untuk memfitnah Pak Agra dan yang lainnya? Siapa yang sudah menyuap kalian?"Dirja benar-benar tidak m
"Pasukan Rahasia Naga!" Melihat sekelompok orang itu, Putro dan belasan sarjana kerajaan lainnya mengernyit.Setelan ular piton bisa dikenakan oleh Raja dan bangsawan. Namun, setelan warna hitam adalah warna yang khusus dikenakan pejabat kecil. Kerajaan Nuala menggabungkan makna mulia dan rendah ini untuk dijadikan seragam pasukan rahasia kerajaan.Secara naluriah, pejabat sipil Kerajaan Nuala tentu saja menolak dan sangat menentang Pasukan Rahasia Naga. Untungnya, Pasukan Rahasia Naga tidak menonjolkan diri dan hanya muncul untuk menangani kejahatan serius.Kini, kedatangan Pasukan Rahasia Naga ke Kota Pusat Pemerintahan Lokana mengindikasikan kasus besar akan terjadi. Beberapa orang tanpa sadar memikirkan beberapa ramalan yang beredar di masyarakat akhir-akhir ini.Dirja segera berdiri dan berkata, "Salam, bolehkah aku tahu maksud kedatangan kalian ke sini?"Pemimpin Pasukan Rahasia Naga mengangkat dekret dan berujar, "Kami datang berdasarkan titah Yang Mulia. Dirja, Prefektur Kota P
Dirja hampir menangis saking paniknya. Saat dia hendak membela diri, sekelompok Pasukan Rahasia Naga sudah menghampirinya. Mereka melepas topi dan seragam resmi Dirja, lalu langsung memasang belenggu pada tangan dan kakinya. Untuk mencegahnya bunuh diri dengan menggigit lidah, mereka juga memasukkan kain linen ke dalam mulutnya. Setelah itu, Pasukan Rahasia Naga menyeretnya pergi saat itu juga."Fitnah! Ini fitnah!" seru Dirja. Sorot matanya saat menatap Wira dipenuhi amarah bercampur penyesalan.Dirja tidak pernah menyangka bahwa istana akan memvonisnya bersalah hanya karena tiga ramalan itu. Kini, dia merasa sangat menyesal. Seharusnya dia tidak serakah. Seharusnya dia tidak membiarkan Wira menunda waktu! Tahu begini, Dirja seharusnya membunuh Wira!Setelah Dirja diseret ke penjara, Goro sang Wakil Prefektur Kota Pusat Pemerintahan Lokana menggantikan jabatan prefektur untuk sementara. Dia pun segera memberikan keputusan atas kasus Wira.Agra dan keempat petugas patroli telah melakuk
"Aku ikut!""Aku juga akan bergabung!"....Seketika, banyak cendekiawan mengangkat tangan mereka dan menyatakan niat untuk bergabung dalam organisasi ini.Putro, Gading, Kuswanto, dan Ismanto tampak jelas telah membahas masalah ini sebelumnya. Siapa pun yang bergabung dalam organisasi ini pasti dapat mengandalkan keempat orang itu di masa depan.Putro menoleh pada Wira dan bertanya sambil tersenyum, "Wahyudi, bagaimana denganmu?"Wira berbisik, "Kak Putro, apa yang sedang kamu rencanakan?" Dia merasa heran dengan Putro yang tidak biasanya tidak minum alkohol, lalu tiba-tiba mengungkapkan ide untuk mendirikan organisasi.Putro terkekeh dan menjawab, "Nanti saja baru kuceritakan, yang penting kamu mau bergabung dulu. Tenanglah, aku nggak akan mencelakaimu!"Wira menggertakkan gigi dan berujar, "Baiklah, aku juga akan bergabung!"Mendengar itu, semua cendekiawan mendadak menyatakan niatnya untuk bergabung.Putro kembali berujar, "Kalau begitu, mari kita pikirkan nama untuk organisa
Wira menghela napas, lalu berkata, "Kak, aku tahu ini adalah niat baik darimu. Kamu memberikanku jabatan menakutkan untuk menggertak orang-orang, lalu mengumpulkan sekelompok cendekiawan sebagai pendukung supaya mereka nggak berani menggangguku lagi!"Mendengar perkataan Wira, Putro pun menjelaskan dengan serius, "Hehe, yang penting kamu memahami niat baikku. Tapi, ini bukan sekadar jabatan menakutkan! Kamu memiliki prestasi besar dalam penumpasan bangsa Agrel. Kamu juga menulis Pedoman Filsafat, ditambah dengan beberapa karya sastra yang akan dikenang selamanya.""Meskipun pemerintah nggak pernah mengakui prestasimu, sebagian cendekiawan masih akan menghormatimu dan bersedia bergabung dalam Asosiasi Perdamaian," timpal Putro.Wira pun bertanya sambil tersenyum, "Lalu, memangnya kenapa?""Dengan menjadi Ketua Asosiasi Perdamaian, para cendekiawan yang bergabung dengan asosiasi ini akan menjadi pendukungmu! Apa pun yang ingin kamu sampaikan, mereka akan menyampaikannya untukmu. Siapa pu
Ekspresi Lucy yang selalu berdiri di belakang Wira juga menjadi dingin."Tuan Wira, kami sama sekali nggak punya niat buruk. Kedatangan kami kali ini hanya untuk membahas sesuatu denganmu. Sejujurnya, kami berdua juga terpaksa bertemu dengan Tuan Wira dengan cara seperti ini," kata Kresna.Ararya dan Kresna segera turun dari kuda mereka dan memerintah pasukan di belakang mereka untuk berhenti, lalu mendekati Wira. Dwipangga juga segera mengikut di belakang mereka."Ada urusan apa kalian mencariku?" tanya Wira. Selama ini, hubungannya dengan kedua orang di depannya ini tidak begitu dekat, meskipun sebelumnya mereka sempat berinteraksi. Namun, sejak hubungannya dengan Senia makin memburuk, hubungan mereka juga makin merenggang.Lagi pula, orang yang berbeda suku pasti memiliki pemikiran yang berbeda. Apalagi kedua raja di depannya ini juga berasal dari wilayah tandus di utara, Wira tentu saja tidak memiliki kesan baik terhadap mereka."Nggak perlu berpura-pura di depan kami. Kamu sudah l
Wira malas untuk menanggapi Agha, jelas Agha ini keras kepala. Meskipun dia terus menjelaskannya, mungkin juga tidak akan berguna dan semuanya hanya bisa bergantung pada Agha sendiri. Mungkin karena Agha masih muda, sehingga masih menolak beberapa hal. Seiring bertambah usianya, mungkin pandangan Agha akan perlahan-lahan berubah.Wira mengalihkan pandangannya pada Wendi dan perlahan-lahan berkata, "Nona Wendi, apa rencanamu selanjutnya? Setelah pulang nanti, bagaimana kalau kamu ikut aku pergi Gedung Nomor Satu. Kelak aku pasti akan memperlakukanmu dengan penuh hormat."Lucy yang duduk di samping juga segera menganggukkan kepala dan berkata, "Aku rasa nggak ada gunanya pergi ke Gedung Nomor Satu. Lebih baik ikut aku saja, kita kembangkan jaringan mata-mata bersama-sama. Kak Wendi pasti pernah dengar tentang jaringan mata-mata, 'kan? Ini adalah organisasi intelijen nomor satu di dunia. Kita butuh bakat seperti Kak Wendi."Dia berpikir Wendi memiliki bakat yang sangat langka dan juga mah
Wira dan rombongannya juga merasa agak lelah karena mereka menemui banyak masalah saat berada di wilayah barat, sehingga mereka memperlambat langkah mereka dalam perjalanan pulang ke Provinsi Yonggu. Mereka berhenti untuk beristirahat setiap kali melihat penginapan dan membuat perjalanan mereka menjadi jauh lebih lambat.Di sebuah penginapan. Melihat sudah hampir tiba di Provinsi Yonggu, Agha berkata sambil makan dan tersenyum, "Kak Wira, apa kita benar-benar akan pulang begitu saja? Aku sebenarnya nggak suka berada di rumah, lebih menyenangkan berada di luar seperti ini. Berjalan bersama saudara-saudara, bukankah itu adalah hal yang menyenangkan?""Kalau harus terus dikurung di rumah, tulang-tulang di tubuhku terasa berkarat. Kak Dwija, kamu juga merasa begitu, 'kan?"Sebenarnya, Agha hanya ingin terus berpetualang di luar.Begitu sibuk, manusia memang akan terbiasa dengan ritme itu. Namun, begitu bersantai, mereka juga perlahan-lahan menjadi jauh lebih malas. Keinginan untuk bermain
Dahlan menatap Senia yang berada di depannya dengan ekspresi khawatir. Mereka sudah berkali-kali mencari masalah dengan Wira, tetapi setiap kali hasilnya selalu tidak menyenangkan karena Wira selalu berhasil mengatasinya dengan baik. Ini semua bukan hanya karena Wira beruntung saja, tetapi karena Wira dikelilingi oleh orang hebat juga. Menghadapi Wira memang hal yang merepotkan.Meskipun kal ini Ararya dan Kresna yang langsung memimpin pasukan mereka dan ditambah dengan banyaknya pasukan elite, Dahlan merasa mungkin hasilnya juga tidak akan memuaskan. Namun, sekarang situasinya sudah mendesak, mereka tidak mungkin mundur lagi. Setidaknya tidak bisa menyerah begitu saja, melainkan harus mempersiapkan diri untuk hasil terburuk terlebih dahulu.Senia yang berada di samping perlahan-lahan berkata, "Kalau mereka kalah, ya sudah. Asalkan kita bisa menguji tekad mereka, itu saja sudah cukup. Ini juga salah satu tujuanku kali ini. Lagi pula, sebentar lagi kita mungkin akan bertarung habis-habi
Melihat Dahlan yang berjalan mendekat, Senia bertanya dengan nada datar, "Kenapa mencariku malam-malam begini?""Apa Kresna dan Ararya berencana untuk membangkang perintah kita dan memulai perang melawan kita?"Dahlan segera menjawab, "Ibu nggak perlu khawatir tentang hal itu. Mereka berdua sudah mengikuti perintahmu dan telah membawa pasukan untuk mengejar Wira.""Selain itu, aku diam-diam menyelidiki orang-orang yang mereka bawa. Semuanya adalah prajurit terbaik dari yang terbaik. Tampaknya, kali ini mereka benar-benar bertekad untuk membantu kita membunuh Wira."Wira adalah ancaman besar. Keberadaannya bukan hanya membawa masalah besar bagi Dahlan, tetapi juga bagi Senia.Sebelumnya, mereka kehilangan 5 miliar gabak secara cuma-cuma dan Wira menggunakan uang itu untuk memperkuat dukungannya di kalangan rakyat. Kini, status Wira terus meningkat.Di seluruh sembilan provinsi, pengaruhnya tak tergoyahkan. Bahkan di Kerajaan Nuala dan Kerajaan Beluana, pengaruh Wira juga sangat besar. I
"Rencanamu sebenarnya cukup bagus, setidaknya memberi kita jalan untuk menyelamatkan diri. Hanya saja ....""Dahlan sudah mulai memberi tekanan kepada kita. Apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Kita nggak mungkin membawa keluarga besar ikut berperang, 'kan?" tanya Kresna dengan alis berkerut.Karena Dahlan sudah mencari mereka, kemungkinan besar dia juga telah menugaskan orang-orang untuk diam-diam mengawasi mereka. Setiap gerakan kecil pasti akan segera sampai ke telinganya.Jika mereka benar-benar membawa keluarga mereka pergi, hal itu pasti akan segera terungkap dan mereka mungkin tidak akan bisa melarikan diri terlalu jauh. Hasil akhirnya dapat ditebak dengan mudah. Inilah situasi yang paling tidak ingin dilihat oleh Kresna."Siapa yang bilang kita harus membawa keluarga besar?" balas Ararya. "Yang perlu kita lakukan sekarang cuma mengikuti instruksinya, membawa beberapa orang, dan pergi ke lokasi yang telah diberikan untuk mengejar Wira.""Begitu bertemu dengan Wira, kita bisa
"Kalaupun Wira menolak kita, dengan begitu banyak kekayaan yang kita miliki, kita bisa pergi ke mana saja dan tetap akan hidup dalam kemewahan, 'kan?"Uang bisa menggerakkan segalanya. Tidak peduli di mana pun, itu adalah aturan yang berlaku!Semua ini terdengar masuk akal. Namun, Kresna tetap menghela napas dan berkata, "Membawa keluarga besar meninggalkan Kerajaan Agrel ya? Menurutmu ini realistis?""Jangan lupa, Ratu punya puluhan ribu pasukan, sementara kita cuma punya 10.000 tentara kalau digabungkan. Kalau benar-benar terjadi perang, siapa yang akan rugi kalau bukan kita?""Lagi pula, kalau orang sebanyak itu mencoba meninggalkan Kerajaan Agrel, informasi itu pasti akan sampai ke telinga Kaisar. Begitu dia tahu, mungkin kita akan mati di perjalanan sebelum sempat kabur."Kresna tampaknya semakin pengecut. Ini karena dia telah mengalami terlalu banyak hal menyakitkan dalam hidupnya.Bertahun-tahun lalu, anaknya mati di tangan Senia. Terakhir kali, dia hampir kehilangan keluarganya
"Baik." Kresna segera menyetujui dengan tegas, lalu mengantar Dahlan keluar. Jika Dahlan terus berada di sini, takutnya umurnya akan menjadi pendek.Namun, setelah Dahlan pergi, kondisi Kresna tetap terlihat buruk. Wajahnya masih suram. Saat ini, dia duduk di aula besar dan terus menghela napas. Dia benar-benar berada dalam dilema. Lantas, apa yang harus dilakukan selanjutnya?Dari luar, terdengar suara langkah kaki mendekat. Tidak lama kemudian, Ararya muncul, diikuti oleh Dwipangga di belakangnya.Kini, Dwipangga telah memegang kekuasaan penuh atas pasukan Kerajaan Agrel dan memiliki posisi yang sangat tinggi. Selain itu, di wilayah timur, dia memiliki status absolut. Semua orang telah menganggapnya sebagai pewaris. Kelak, posisi Ararya akan diwariskan kepada Dwipangga.Melihat orang yang dikenalnya datang, Kresna segera berdiri dan berjalan mendekat sambil berkata, "Akhirnya kamu tiba! Aku baru saja mengantar Dahlan pergi. Tujuan kedatangannya ke sini benar-benar buat aku bingung da
Kresna telah mendengar tentang tindakan Senia sebelumnya. Senia telah berulang kali mencoba membunuh Wira secara diam-diam, tetapi setiap kali hasilnya selalu nihil. Bahkan, semua usahanya berakhir dengan kegagalan total.Senia bahkan hampir mengorbankan putranya sendiri dalam proses itu. Jika Senia sendiri tidak mampu melakukannya, bagaimana mungkin dia mengharapkan dirinya dan Ararya untuk membunuh Wira?Atau mungkin ... Senia sebenarnya berniat membunuh dirinya dan Ararya? Hanya saja, dia berencana menggunakan tangan Wira untuk melakukannya?Kresna tak kuasa merinding. Di satu sisi ada serigala, di sisi lain ada harimau. Dia merasa seperti orang yang berdiri di jembatan rapuh, tidak tahu harus melangkah ke mana dan tidak berani bergerak sembarangan.Apa pun keputusan yang diambilnya, itu bisa membawa kehancuran pada dirinya sendiri dan tidak ada jalan kembali. Menyesal pun tidak akan ada gunanya!Setelah hal ini disampaikan kepada Ararya, Ararya pasti juga akan secemas dirinya."Dar