Wira mencibir, “Kalau begitu, coba katakan memangnya bagaimana situasi saat ini?”Lasmana menjawab, “Istana sudah melarangmu untuk ikut ujian kerajaan. Itu adalah cara mereka merobohkan Keluarga Gumilar. Sekarang, nggak ada pejabat di Jagabu yang berani mendukungmu lagi. Saat perang besar berlangsung, kamu sudah meraup kekayaan keluarga bangsawan di Jagabu. Mereka pasti akan balas dendam. Jadi, kamu nggak mungkin bisa mempertahankan Tambak Garam Fica.”“Hehe!” Wira tersenyum sinis.Setelah Yudha pergi dan istana menurunkan dekrit itu, keluarga bangsawan di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu pasti akan menyerang balik. Namun, Wira percaya bahwa Farhan yang mengendalikan balai prefektur, ditambah dengan Chandra, Basuki, Herdian, dan pasukan perbatasan lain yang sudah diangkat menjadi komandan pasti mampu melawan para keluarga bangsawan itu.“Selain itu, kamu juga sudah menghabisi Wolfie yang memberontak di Kabupaten Hiloka. Tindakan itu memang terlihat sangat berwibawa, tapi kamu sebenarnya
“Aku hanyalah seorang pesuruh yang mengantarkan pesan, yang kumau nggak banyak kok.” Lasmana tersenyum, lalu melanjutkan, “Berhubung Tambak Garam Fica sudah jatuh ke tanganmu, bagaimana kalau tahun ini, kamu turunkan harga garamnya 5 gabak per setengah kilo?”Setiap tahun, kuota garam untuk Kabupaten Pirola adalah 500 ton. Asalkan Wira menurunkan 5 gabak per setengah kilogram garam, Lasmana bisa mendapat tambahan keuntungan sebesar 5 juta gabak. Meskipun yang didapatkannya jauh lebih sedikit daripada Satria dan Dirja, dia pada dasarnya hanyalah pesuruh yang diperintahkan untuk mengantarkan pesan. Dia sudah puas bisa mendapatkan 5 juta gabak, apalagi 5 juta gabak juga bukanlah jumlah yang kecil.Wira tersenyum sinis dan bertanya, “Bagaimana kalau aku menolaknya?”“Tuan Wira, aku sarankan sebaiknya kamu sadari statusmu dengan jelas, lalu pertimbangkanlah pro dan kontranya!” Lasmana berkata dengan yakin, “Meraup uang sebanyak itu dan menyimpannya untuk diri sendiri nggak ada bedanya denga
Istana yang seperti ini ....“Tu ... Tuan Wira, jangan bertindak gegabah. A ... aku hanyalah orang yang datang untuk menyampaikan pesan!” Saat merasakan ketajaman Pedang Treksha dan tatapan membunuh para prajurit tua dari Pasukan Zirah Hitam, Lasmana langsung ketakutan. Wajahnya juga menjadi pucat dan dia mulai berkeringat dingin.Tidak peduli apakah Wira benar-benar berjasa dalam mengalahkan bangsa Agrel atau tidak, dia sudah berhasil memusnahkan Desa Tiga Harimau di Kabupaten Uswal dan Wolfie di Kabupaten Hiloka, serta menjatuhkan Keluarga Silali dan Keluarga Sutedja yang merupakan dua keluarga kaya Kabupaten Uswal. Dia adalah tipe orang yang tidak ragu untuk mengambil tindakan ekstrem. Awalnya, Lasmana masih bersikap sopan. Namun, setelah membicarakan tentang Dirja, dia malah jadi lupa diri.“Kalau begitu, sampaikan pesanku pada orang itu. Aku orang yang nggak akan cari masalah duluan. Tapi, kalau ada yang cari masalah denganku, aku akan menghadapinya tanpa peduli apa statusnya. Se
Dirja sudah mengetahui garis besar latar belakang Wira dan tahu bahwa Wira memiliki andil dalam mengalahkan bangsa Agrel. Namun, dia tidak peduli. Berhubung tidak diberi penghargaan dari istana, itu berarti Raja tidak mengakuinya. Jika begitu, berjasa atau tidak sama sekali tidak penting.Awalnya, Dirja tidak ingin langsung menyerang Wira karena mendengar bahwa faksi Kemal lumayan menyukai Wira. Namun, dia tidak peduli lagi. Penurunan pangkatnya kali ini adalah usul Kemal. Jadi, dia akan menjatuhkan Wira, lalu meraup sejumlah kekayaan Wira dan menggunakannya untuk mendukung Ardi. Pada saat itu, dia pasti bisa naik pangkat dengan lebih mudah.“Ternyata anak itu memang sangat keras kepala!” Satria mendengus, “Pak, bagaimana kalau kita langsung menjebaknya? Kita suruh saja prajurit untuk menyelipkan baju zirah dan panah busur ke kereta kudanya, lalu menuduhnya dengan alasan memberontak. Dengan begitu, kita sudah bisa mengendalikan hidup dan matinya!”Satria sudah pernah menghancurkan bany
Wira mengambil teropong itu dan melihat situasinya. Di persimpangan jalan di depan, sekelompok prajurit yang mengenakan baju zirah dan memegang busur panah sedang memeriksa kereta barang yang keluar masuk kota.Biasanya, orang yang mendirikan barikade untuk inspeksi barang hanyalah 10-20 orang. Namun, jumlah orangnya saat ini malah ada lebih dari 200 orang dan semuanya juga bersenjata lengkap.Wira langsung berkata dengan ekspresi suram, “Putar balik. Coba kita lihat jalur satunya lagi!”Meskipun sudah melakukan persiapan untuk melawan, Wira tetap merasa lebih baik menghindar jika memungkinkan. Kelompok kereta kuda mereka pun berbalik dan berjalan selama dua jam sebelum sampai ke jalur satunya lagi.Danu melihat melalui teropong, lalu berkata dengan kening berkerut, “Kak Wira, jalan di sini juga dibarikade. Orang di sini malah lebih banyak dari yang sebelumnya, mungkin ada sekitar 300 orang dan semuanya juga bersenjata lengkap.”Wira menjawab, “Kalau begitu, ayo kita lihat apa mau mere
“Kamu Wira? Apa benar kamu yang menangkap Wolfie?” tanya Satria sambil mengamati Wira dengan ekspresi kurang percaya. Dia tidak percaya pria tampan di hadapannya berhasil mengalahkan Wolfie bersama dengan sekelompok orang desa. Sebagai letnan jenderal yang memimpin 3.000 prajurit, dia bahkan belum tentu mampu melakukannya.“Aku Wira, tapi yang menangkap Wolfie bukan aku, melainkan Zabran!” Wira melirik pria kekar itu, lalu melanjutkan, “Kalau nggak ada masalah lain lagi, sebaiknya Bapak biarkan aku lewat. Kami harus melanjutkan perjalanan kami!”“Sialan! Kamu masih berpikiran untuk melanjutkan perjalanan? Tangkap orang ini!” Satria yang sudah agak mabuk langsung murka dan memerintahkan bawahannya untuk menangkap Wira. Bagaimanapun juga, Wira sudah mengalahkan Wolfie dan menyebabkannya turun pangkat. Selain itu, Dirja sudah mengutus orang untuk meminta 100 juta pada Wira, tetapi Wira malah tidak bersedia memberikannya. Sekarang, Wira malah berniat untuk langsung pergi. Mana mungkin Sat
Wira mengangguk dan menjawab, “Benar, tetapi isinya hanyalah bantal, selimut, pakaian, dan kebutuhan sehari-hari. Teman-temanku juga duduk di dalam.”“Yang penting itu kereta kudamu!” Mata Satria langsung berbinar. Kemudian, dia melirik ke arah orang-orang kepercayaannya di belakang dan berkata, “Cepat geledah 10 kereta kuda itu! Lihat apakah mereka menyembunyikan barang terlarang di sana!”Sekelompok prajurit yang dibagi menjadi 10 tim pun bergegas mengepung 10 kereta kuda itu. Mereka langsung menarik turun orang yang ada di dalam kereta tanpa peduli pada kemarahan orang-orang itu. Setelah itu, mereka masuk ke dalam kereta kuda, lalu menaruh baju zirah dan panah busur ke dalam selimut serta pakaian sebelum pura-pura menggeledah.Para prajurit itu melakukan hal yang sama di 10 kereta kuda Wira dan bahkan tidak menyembunyikannya dari orang-orang yang mereka tarik keluar. Mereka merasa orang-orang ini akan segera tahu alasan mereka melakukan hal ini. Jadi, mereka tidak peduli meskipun or
“Artinya kamu bukan cuma bodoh, tapi juga buta dan nggak berotak!” kata seseorang yang diseret keluar dari kereta kuda dengan ekspresi murka.“Kalau dia masih berotak, dia nggak akan mungkin melakukan hal seperti ini!”“Dia itu cuma seorang jenderal yang memimpin prajurit. Wajar saja dia nggak punya otak!”“Para prajurit ini benar-benar jauh lebih licik daripada penjahat!”“Para penjahat biasanya hanya ingin memeras kekayaan orang. Tapi, kalian bukan hanya mau memfitnah orang, juga membunuh orang!”“Nggak ada gunanya bicara omong kosong dengan sekelompok orang rendahan ini!”Di bagian belakang kereta kuda, para pria yang diseret keluar dari kereta kuda pun memaki dengan penuh amarah, seolah-olah diseret keluar dari kereta kuda oleh sekelompok prajurit adalah hal yang sangat memalukan.“Lancang! Cuma sekelompok pedagang saja berani bersikap begitu nggak sopan terhadapku! Pengawal, tangkap mereka! Bunuh siapa pun yang berani melawan!” perintah Satria dengan marah sambil menunjuk ke arah
Ekspresi Lucy yang selalu berdiri di belakang Wira juga menjadi dingin."Tuan Wira, kami sama sekali nggak punya niat buruk. Kedatangan kami kali ini hanya untuk membahas sesuatu denganmu. Sejujurnya, kami berdua juga terpaksa bertemu dengan Tuan Wira dengan cara seperti ini," kata Kresna.Ararya dan Kresna segera turun dari kuda mereka dan memerintah pasukan di belakang mereka untuk berhenti, lalu mendekati Wira. Dwipangga juga segera mengikut di belakang mereka."Ada urusan apa kalian mencariku?" tanya Wira. Selama ini, hubungannya dengan kedua orang di depannya ini tidak begitu dekat, meskipun sebelumnya mereka sempat berinteraksi. Namun, sejak hubungannya dengan Senia makin memburuk, hubungan mereka juga makin merenggang.Lagi pula, orang yang berbeda suku pasti memiliki pemikiran yang berbeda. Apalagi kedua raja di depannya ini juga berasal dari wilayah tandus di utara, Wira tentu saja tidak memiliki kesan baik terhadap mereka."Nggak perlu berpura-pura di depan kami. Kamu sudah l
Wira malas untuk menanggapi Agha, jelas Agha ini keras kepala. Meskipun dia terus menjelaskannya, mungkin juga tidak akan berguna dan semuanya hanya bisa bergantung pada Agha sendiri. Mungkin karena Agha masih muda, sehingga masih menolak beberapa hal. Seiring bertambah usianya, mungkin pandangan Agha akan perlahan-lahan berubah.Wira mengalihkan pandangannya pada Wendi dan perlahan-lahan berkata, "Nona Wendi, apa rencanamu selanjutnya? Setelah pulang nanti, bagaimana kalau kamu ikut aku pergi Gedung Nomor Satu. Kelak aku pasti akan memperlakukanmu dengan penuh hormat."Lucy yang duduk di samping juga segera menganggukkan kepala dan berkata, "Aku rasa nggak ada gunanya pergi ke Gedung Nomor Satu. Lebih baik ikut aku saja, kita kembangkan jaringan mata-mata bersama-sama. Kak Wendi pasti pernah dengar tentang jaringan mata-mata, 'kan? Ini adalah organisasi intelijen nomor satu di dunia. Kita butuh bakat seperti Kak Wendi."Dia berpikir Wendi memiliki bakat yang sangat langka dan juga mah
Wira dan rombongannya juga merasa agak lelah karena mereka menemui banyak masalah saat berada di wilayah barat, sehingga mereka memperlambat langkah mereka dalam perjalanan pulang ke Provinsi Yonggu. Mereka berhenti untuk beristirahat setiap kali melihat penginapan dan membuat perjalanan mereka menjadi jauh lebih lambat.Di sebuah penginapan. Melihat sudah hampir tiba di Provinsi Yonggu, Agha berkata sambil makan dan tersenyum, "Kak Wira, apa kita benar-benar akan pulang begitu saja? Aku sebenarnya nggak suka berada di rumah, lebih menyenangkan berada di luar seperti ini. Berjalan bersama saudara-saudara, bukankah itu adalah hal yang menyenangkan?""Kalau harus terus dikurung di rumah, tulang-tulang di tubuhku terasa berkarat. Kak Dwija, kamu juga merasa begitu, 'kan?"Sebenarnya, Agha hanya ingin terus berpetualang di luar.Begitu sibuk, manusia memang akan terbiasa dengan ritme itu. Namun, begitu bersantai, mereka juga perlahan-lahan menjadi jauh lebih malas. Keinginan untuk bermain
Dahlan menatap Senia yang berada di depannya dengan ekspresi khawatir. Mereka sudah berkali-kali mencari masalah dengan Wira, tetapi setiap kali hasilnya selalu tidak menyenangkan karena Wira selalu berhasil mengatasinya dengan baik. Ini semua bukan hanya karena Wira beruntung saja, tetapi karena Wira dikelilingi oleh orang hebat juga. Menghadapi Wira memang hal yang merepotkan.Meskipun kal ini Ararya dan Kresna yang langsung memimpin pasukan mereka dan ditambah dengan banyaknya pasukan elite, Dahlan merasa mungkin hasilnya juga tidak akan memuaskan. Namun, sekarang situasinya sudah mendesak, mereka tidak mungkin mundur lagi. Setidaknya tidak bisa menyerah begitu saja, melainkan harus mempersiapkan diri untuk hasil terburuk terlebih dahulu.Senia yang berada di samping perlahan-lahan berkata, "Kalau mereka kalah, ya sudah. Asalkan kita bisa menguji tekad mereka, itu saja sudah cukup. Ini juga salah satu tujuanku kali ini. Lagi pula, sebentar lagi kita mungkin akan bertarung habis-habi
Melihat Dahlan yang berjalan mendekat, Senia bertanya dengan nada datar, "Kenapa mencariku malam-malam begini?""Apa Kresna dan Ararya berencana untuk membangkang perintah kita dan memulai perang melawan kita?"Dahlan segera menjawab, "Ibu nggak perlu khawatir tentang hal itu. Mereka berdua sudah mengikuti perintahmu dan telah membawa pasukan untuk mengejar Wira.""Selain itu, aku diam-diam menyelidiki orang-orang yang mereka bawa. Semuanya adalah prajurit terbaik dari yang terbaik. Tampaknya, kali ini mereka benar-benar bertekad untuk membantu kita membunuh Wira."Wira adalah ancaman besar. Keberadaannya bukan hanya membawa masalah besar bagi Dahlan, tetapi juga bagi Senia.Sebelumnya, mereka kehilangan 5 miliar gabak secara cuma-cuma dan Wira menggunakan uang itu untuk memperkuat dukungannya di kalangan rakyat. Kini, status Wira terus meningkat.Di seluruh sembilan provinsi, pengaruhnya tak tergoyahkan. Bahkan di Kerajaan Nuala dan Kerajaan Beluana, pengaruh Wira juga sangat besar. I
"Rencanamu sebenarnya cukup bagus, setidaknya memberi kita jalan untuk menyelamatkan diri. Hanya saja ....""Dahlan sudah mulai memberi tekanan kepada kita. Apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Kita nggak mungkin membawa keluarga besar ikut berperang, 'kan?" tanya Kresna dengan alis berkerut.Karena Dahlan sudah mencari mereka, kemungkinan besar dia juga telah menugaskan orang-orang untuk diam-diam mengawasi mereka. Setiap gerakan kecil pasti akan segera sampai ke telinganya.Jika mereka benar-benar membawa keluarga mereka pergi, hal itu pasti akan segera terungkap dan mereka mungkin tidak akan bisa melarikan diri terlalu jauh. Hasil akhirnya dapat ditebak dengan mudah. Inilah situasi yang paling tidak ingin dilihat oleh Kresna."Siapa yang bilang kita harus membawa keluarga besar?" balas Ararya. "Yang perlu kita lakukan sekarang cuma mengikuti instruksinya, membawa beberapa orang, dan pergi ke lokasi yang telah diberikan untuk mengejar Wira.""Begitu bertemu dengan Wira, kita bisa
"Kalaupun Wira menolak kita, dengan begitu banyak kekayaan yang kita miliki, kita bisa pergi ke mana saja dan tetap akan hidup dalam kemewahan, 'kan?"Uang bisa menggerakkan segalanya. Tidak peduli di mana pun, itu adalah aturan yang berlaku!Semua ini terdengar masuk akal. Namun, Kresna tetap menghela napas dan berkata, "Membawa keluarga besar meninggalkan Kerajaan Agrel ya? Menurutmu ini realistis?""Jangan lupa, Ratu punya puluhan ribu pasukan, sementara kita cuma punya 10.000 tentara kalau digabungkan. Kalau benar-benar terjadi perang, siapa yang akan rugi kalau bukan kita?""Lagi pula, kalau orang sebanyak itu mencoba meninggalkan Kerajaan Agrel, informasi itu pasti akan sampai ke telinga Kaisar. Begitu dia tahu, mungkin kita akan mati di perjalanan sebelum sempat kabur."Kresna tampaknya semakin pengecut. Ini karena dia telah mengalami terlalu banyak hal menyakitkan dalam hidupnya.Bertahun-tahun lalu, anaknya mati di tangan Senia. Terakhir kali, dia hampir kehilangan keluarganya
"Baik." Kresna segera menyetujui dengan tegas, lalu mengantar Dahlan keluar. Jika Dahlan terus berada di sini, takutnya umurnya akan menjadi pendek.Namun, setelah Dahlan pergi, kondisi Kresna tetap terlihat buruk. Wajahnya masih suram. Saat ini, dia duduk di aula besar dan terus menghela napas. Dia benar-benar berada dalam dilema. Lantas, apa yang harus dilakukan selanjutnya?Dari luar, terdengar suara langkah kaki mendekat. Tidak lama kemudian, Ararya muncul, diikuti oleh Dwipangga di belakangnya.Kini, Dwipangga telah memegang kekuasaan penuh atas pasukan Kerajaan Agrel dan memiliki posisi yang sangat tinggi. Selain itu, di wilayah timur, dia memiliki status absolut. Semua orang telah menganggapnya sebagai pewaris. Kelak, posisi Ararya akan diwariskan kepada Dwipangga.Melihat orang yang dikenalnya datang, Kresna segera berdiri dan berjalan mendekat sambil berkata, "Akhirnya kamu tiba! Aku baru saja mengantar Dahlan pergi. Tujuan kedatangannya ke sini benar-benar buat aku bingung da
Kresna telah mendengar tentang tindakan Senia sebelumnya. Senia telah berulang kali mencoba membunuh Wira secara diam-diam, tetapi setiap kali hasilnya selalu nihil. Bahkan, semua usahanya berakhir dengan kegagalan total.Senia bahkan hampir mengorbankan putranya sendiri dalam proses itu. Jika Senia sendiri tidak mampu melakukannya, bagaimana mungkin dia mengharapkan dirinya dan Ararya untuk membunuh Wira?Atau mungkin ... Senia sebenarnya berniat membunuh dirinya dan Ararya? Hanya saja, dia berencana menggunakan tangan Wira untuk melakukannya?Kresna tak kuasa merinding. Di satu sisi ada serigala, di sisi lain ada harimau. Dia merasa seperti orang yang berdiri di jembatan rapuh, tidak tahu harus melangkah ke mana dan tidak berani bergerak sembarangan.Apa pun keputusan yang diambilnya, itu bisa membawa kehancuran pada dirinya sendiri dan tidak ada jalan kembali. Menyesal pun tidak akan ada gunanya!Setelah hal ini disampaikan kepada Ararya, Ararya pasti juga akan secemas dirinya."Dar