Wira mengambil teropong itu dan melihat situasinya. Di persimpangan jalan di depan, sekelompok prajurit yang mengenakan baju zirah dan memegang busur panah sedang memeriksa kereta barang yang keluar masuk kota.Biasanya, orang yang mendirikan barikade untuk inspeksi barang hanyalah 10-20 orang. Namun, jumlah orangnya saat ini malah ada lebih dari 200 orang dan semuanya juga bersenjata lengkap.Wira langsung berkata dengan ekspresi suram, “Putar balik. Coba kita lihat jalur satunya lagi!”Meskipun sudah melakukan persiapan untuk melawan, Wira tetap merasa lebih baik menghindar jika memungkinkan. Kelompok kereta kuda mereka pun berbalik dan berjalan selama dua jam sebelum sampai ke jalur satunya lagi.Danu melihat melalui teropong, lalu berkata dengan kening berkerut, “Kak Wira, jalan di sini juga dibarikade. Orang di sini malah lebih banyak dari yang sebelumnya, mungkin ada sekitar 300 orang dan semuanya juga bersenjata lengkap.”Wira menjawab, “Kalau begitu, ayo kita lihat apa mau mere
“Kamu Wira? Apa benar kamu yang menangkap Wolfie?” tanya Satria sambil mengamati Wira dengan ekspresi kurang percaya. Dia tidak percaya pria tampan di hadapannya berhasil mengalahkan Wolfie bersama dengan sekelompok orang desa. Sebagai letnan jenderal yang memimpin 3.000 prajurit, dia bahkan belum tentu mampu melakukannya.“Aku Wira, tapi yang menangkap Wolfie bukan aku, melainkan Zabran!” Wira melirik pria kekar itu, lalu melanjutkan, “Kalau nggak ada masalah lain lagi, sebaiknya Bapak biarkan aku lewat. Kami harus melanjutkan perjalanan kami!”“Sialan! Kamu masih berpikiran untuk melanjutkan perjalanan? Tangkap orang ini!” Satria yang sudah agak mabuk langsung murka dan memerintahkan bawahannya untuk menangkap Wira. Bagaimanapun juga, Wira sudah mengalahkan Wolfie dan menyebabkannya turun pangkat. Selain itu, Dirja sudah mengutus orang untuk meminta 100 juta pada Wira, tetapi Wira malah tidak bersedia memberikannya. Sekarang, Wira malah berniat untuk langsung pergi. Mana mungkin Sat
Wira mengangguk dan menjawab, “Benar, tetapi isinya hanyalah bantal, selimut, pakaian, dan kebutuhan sehari-hari. Teman-temanku juga duduk di dalam.”“Yang penting itu kereta kudamu!” Mata Satria langsung berbinar. Kemudian, dia melirik ke arah orang-orang kepercayaannya di belakang dan berkata, “Cepat geledah 10 kereta kuda itu! Lihat apakah mereka menyembunyikan barang terlarang di sana!”Sekelompok prajurit yang dibagi menjadi 10 tim pun bergegas mengepung 10 kereta kuda itu. Mereka langsung menarik turun orang yang ada di dalam kereta tanpa peduli pada kemarahan orang-orang itu. Setelah itu, mereka masuk ke dalam kereta kuda, lalu menaruh baju zirah dan panah busur ke dalam selimut serta pakaian sebelum pura-pura menggeledah.Para prajurit itu melakukan hal yang sama di 10 kereta kuda Wira dan bahkan tidak menyembunyikannya dari orang-orang yang mereka tarik keluar. Mereka merasa orang-orang ini akan segera tahu alasan mereka melakukan hal ini. Jadi, mereka tidak peduli meskipun or
“Artinya kamu bukan cuma bodoh, tapi juga buta dan nggak berotak!” kata seseorang yang diseret keluar dari kereta kuda dengan ekspresi murka.“Kalau dia masih berotak, dia nggak akan mungkin melakukan hal seperti ini!”“Dia itu cuma seorang jenderal yang memimpin prajurit. Wajar saja dia nggak punya otak!”“Para prajurit ini benar-benar jauh lebih licik daripada penjahat!”“Para penjahat biasanya hanya ingin memeras kekayaan orang. Tapi, kalian bukan hanya mau memfitnah orang, juga membunuh orang!”“Nggak ada gunanya bicara omong kosong dengan sekelompok orang rendahan ini!”Di bagian belakang kereta kuda, para pria yang diseret keluar dari kereta kuda pun memaki dengan penuh amarah, seolah-olah diseret keluar dari kereta kuda oleh sekelompok prajurit adalah hal yang sangat memalukan.“Lancang! Cuma sekelompok pedagang saja berani bersikap begitu nggak sopan terhadapku! Pengawal, tangkap mereka! Bunuh siapa pun yang berani melawan!” perintah Satria dengan marah sambil menunjuk ke arah
Tidak peduli apakah Wira benar-benar berjasa dalam mengalahkan bangsa Agrel atau tidak, Wira sudah mengalahkan Wolfie dan membawa kedamaian bagi Kabupaten Hiloka. Namun, Satria malah cemburu dan ingin mencelakai Wira. Para sarjana provinsi yang masih belum terjun ke dunia pemerintahan ini pun murka.Terlebih lagi, puisi dan sajak yang diciptakan Wira sebelumnya sudah tersebar di kalangan pelajar sehingga dia memiliki reputasi yang cukup besar.“Ah! Ternyata memang Tuan Pramana dari Keluarga Sudarto! Aku pernah bertemu dengannya di Kediaman Sudarto!”“Kalau begitu, kenapa kamu nggak langsung bilang? Tadi, aku sudah menyeretnya keluar dengan kasar!”“Tadi, Tuan Pratama menutupi wajahnya. Aku mana tahu kalau itu dia!”“Sebelum tahun baru, ibu Tuan Wiryawan yang jadi pejabat di ibu kota itu baru saja meninggal. Jadi, dia pulang untuk menghormati ibunya. Kenapa dia bisa datang kemari?”Sekelompok prajurit langsung ketakutan. Orang yang sudah menarik turun kedua belas orang tersebut langsung
Japa juga bersuara, “Satria, guruku itu adalah Pancaka Winata, wakil jaksa agung di lembaga kejaksaan. Aku pasti akan memberi tahu lembaga kejaksaan mengenai tindakanmu ini!”...Sebelas orang itu melaporkan pendukung mereka dan terlihat seperti akan menyelidiki hal ini sampai tuntas.“Tuan-tuan sekalian, ini benar-benar adalah salah paham. Yang mengacau itu bawahanku, bukan aku!”Satria sudah ketakutan. Dia merenung sejenak sebelum berkata dengan bijak, “Aku memang kurang tegas dalam mendisiplinkan bawahanku. Kalian boleh melaporkan tentang masalah ini dan aku siap kehilangan jabatanku. Tapi, ini semua perintah Pak Dirja. Pak Dirja akan menyelidiki kenapa aku kehilangan jabatanku. Apa kalian ingin menghalangi rencana Pak Dirja demi seorang pedagang yang tidak akan dipekerjakan di istana?”Satria sudah tidak mampu menghadapi para sarjana ini. Jadi, dia mau tak mau harus menggunakan nama Dirja.Ada banyak sarjana provinsi yang mengerutkan kening. Mereka mengerti maksud ucapan Satria, Di
“Pak Dirja, kalau aku berani melawan mereka, para tokoh besar di istana akan menghabisiku!” ujar Satria dengan tampang sedih. Namun, dia malah merasa sangat lega.Dalam sejarah Nuala yang sudah berdiri selama 200 tahun, masih belum pernah terjadi hal di mana pejabat militer memukul pejabat sipil. Jika Satria berani bertindak, dapat dibayangkan konsekuensi yang akan diterimanya. Selain itu, dia memang sengaja membiarkan para pelajar itu memukulnya agar mereka tidak menggunakan koneksi mereka untuk mencari masalah dengannya lagi.Ternyata, tebakan Satria memang benar. Setelah memukulnya, sekelompok orang itu tidak mengancamnya lagi. Berhubung Wira juga tidak mencari masalah dengannya, dia pun membawa bawahannya dan kembali ke balai prefektur.Di sisi lain, Dirja masih terus memaki Satria, “Dasar pecundang! Mereka itu cuma sekelompok sarjana provinsi yang nggak punya jabatan resmi dan seorang pejabat tingkat kedelapan di Akademi Hanali! Tapi, mereka malah bisa membuatmu ketakutan hingga b
“Terima kasih, Tuan Wahyudi!” Setelah menerima bingkisan yang berat itu dan merasakan ada uang perak di dalamnya, Wiryawan pun merasa senang. Setelah itu, dia pun naik ke kereta kudanya dan meninggalkan tempat ini.Nohan juga berjalan maju dan berkata, “Tuan, istriku akan segera melahirkan. Jadi, aku juga pamit dulu ya!”“Ini juga merupakan hal besar. Kembalilah ke sisi istrimu!” Wira mengambil sebuah bingkisan, lalu menyerahkannya kepada Nohan dan mengatakan hal yang sama seperti tadi.Para pelajar sangat mementingkan harga diri. Jika langsung memberi mereka uang di hadapan umum, tidak akan ada yang menerimanya. Tindakan itu bahkan bisa membuat mereka menjadi musuh.Tidak lama kemudian, satu per satu sarjana provinsi berpamitan dengan Wira karena memiliki masalah keluarga yang berbeda-beda. Wira pun merasa menyesal dan memberikan bingkisan kepada mereka semua. Dalam sekejap, 11 orang itu pun sudah pergi semuanya.Pramana mengerutkan keningnya dan bergumam dalam hati, ‘Ternyata mereka
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m