“Artinya kamu bukan cuma bodoh, tapi juga buta dan nggak berotak!” kata seseorang yang diseret keluar dari kereta kuda dengan ekspresi murka.“Kalau dia masih berotak, dia nggak akan mungkin melakukan hal seperti ini!”“Dia itu cuma seorang jenderal yang memimpin prajurit. Wajar saja dia nggak punya otak!”“Para prajurit ini benar-benar jauh lebih licik daripada penjahat!”“Para penjahat biasanya hanya ingin memeras kekayaan orang. Tapi, kalian bukan hanya mau memfitnah orang, juga membunuh orang!”“Nggak ada gunanya bicara omong kosong dengan sekelompok orang rendahan ini!”Di bagian belakang kereta kuda, para pria yang diseret keluar dari kereta kuda pun memaki dengan penuh amarah, seolah-olah diseret keluar dari kereta kuda oleh sekelompok prajurit adalah hal yang sangat memalukan.“Lancang! Cuma sekelompok pedagang saja berani bersikap begitu nggak sopan terhadapku! Pengawal, tangkap mereka! Bunuh siapa pun yang berani melawan!” perintah Satria dengan marah sambil menunjuk ke arah
Tidak peduli apakah Wira benar-benar berjasa dalam mengalahkan bangsa Agrel atau tidak, Wira sudah mengalahkan Wolfie dan membawa kedamaian bagi Kabupaten Hiloka. Namun, Satria malah cemburu dan ingin mencelakai Wira. Para sarjana provinsi yang masih belum terjun ke dunia pemerintahan ini pun murka.Terlebih lagi, puisi dan sajak yang diciptakan Wira sebelumnya sudah tersebar di kalangan pelajar sehingga dia memiliki reputasi yang cukup besar.“Ah! Ternyata memang Tuan Pramana dari Keluarga Sudarto! Aku pernah bertemu dengannya di Kediaman Sudarto!”“Kalau begitu, kenapa kamu nggak langsung bilang? Tadi, aku sudah menyeretnya keluar dengan kasar!”“Tadi, Tuan Pratama menutupi wajahnya. Aku mana tahu kalau itu dia!”“Sebelum tahun baru, ibu Tuan Wiryawan yang jadi pejabat di ibu kota itu baru saja meninggal. Jadi, dia pulang untuk menghormati ibunya. Kenapa dia bisa datang kemari?”Sekelompok prajurit langsung ketakutan. Orang yang sudah menarik turun kedua belas orang tersebut langsung
Japa juga bersuara, “Satria, guruku itu adalah Pancaka Winata, wakil jaksa agung di lembaga kejaksaan. Aku pasti akan memberi tahu lembaga kejaksaan mengenai tindakanmu ini!”...Sebelas orang itu melaporkan pendukung mereka dan terlihat seperti akan menyelidiki hal ini sampai tuntas.“Tuan-tuan sekalian, ini benar-benar adalah salah paham. Yang mengacau itu bawahanku, bukan aku!”Satria sudah ketakutan. Dia merenung sejenak sebelum berkata dengan bijak, “Aku memang kurang tegas dalam mendisiplinkan bawahanku. Kalian boleh melaporkan tentang masalah ini dan aku siap kehilangan jabatanku. Tapi, ini semua perintah Pak Dirja. Pak Dirja akan menyelidiki kenapa aku kehilangan jabatanku. Apa kalian ingin menghalangi rencana Pak Dirja demi seorang pedagang yang tidak akan dipekerjakan di istana?”Satria sudah tidak mampu menghadapi para sarjana ini. Jadi, dia mau tak mau harus menggunakan nama Dirja.Ada banyak sarjana provinsi yang mengerutkan kening. Mereka mengerti maksud ucapan Satria, Di
“Pak Dirja, kalau aku berani melawan mereka, para tokoh besar di istana akan menghabisiku!” ujar Satria dengan tampang sedih. Namun, dia malah merasa sangat lega.Dalam sejarah Nuala yang sudah berdiri selama 200 tahun, masih belum pernah terjadi hal di mana pejabat militer memukul pejabat sipil. Jika Satria berani bertindak, dapat dibayangkan konsekuensi yang akan diterimanya. Selain itu, dia memang sengaja membiarkan para pelajar itu memukulnya agar mereka tidak menggunakan koneksi mereka untuk mencari masalah dengannya lagi.Ternyata, tebakan Satria memang benar. Setelah memukulnya, sekelompok orang itu tidak mengancamnya lagi. Berhubung Wira juga tidak mencari masalah dengannya, dia pun membawa bawahannya dan kembali ke balai prefektur.Di sisi lain, Dirja masih terus memaki Satria, “Dasar pecundang! Mereka itu cuma sekelompok sarjana provinsi yang nggak punya jabatan resmi dan seorang pejabat tingkat kedelapan di Akademi Hanali! Tapi, mereka malah bisa membuatmu ketakutan hingga b
“Terima kasih, Tuan Wahyudi!” Setelah menerima bingkisan yang berat itu dan merasakan ada uang perak di dalamnya, Wiryawan pun merasa senang. Setelah itu, dia pun naik ke kereta kudanya dan meninggalkan tempat ini.Nohan juga berjalan maju dan berkata, “Tuan, istriku akan segera melahirkan. Jadi, aku juga pamit dulu ya!”“Ini juga merupakan hal besar. Kembalilah ke sisi istrimu!” Wira mengambil sebuah bingkisan, lalu menyerahkannya kepada Nohan dan mengatakan hal yang sama seperti tadi.Para pelajar sangat mementingkan harga diri. Jika langsung memberi mereka uang di hadapan umum, tidak akan ada yang menerimanya. Tindakan itu bahkan bisa membuat mereka menjadi musuh.Tidak lama kemudian, satu per satu sarjana provinsi berpamitan dengan Wira karena memiliki masalah keluarga yang berbeda-beda. Wira pun merasa menyesal dan memberikan bingkisan kepada mereka semua. Dalam sekejap, 11 orang itu pun sudah pergi semuanya.Pramana mengerutkan keningnya dan bergumam dalam hati, ‘Ternyata mereka
Wira melambaikan tangannya sambil tersenyum dan berkata, "Kalau sudah merepotkan orang, kasih 2.000 gabak juga nggak masalah. Bantu aku pergi menanyakannya, ya!”Sebenarnya, Wira bukannya tidak rela memberikan uang yang lebih banyak. Saat ini, uang hanyalah nominal baginya. Jika memberikan 2.000 gabak kepada keluarga miskin ini, mereka bisa menggunakannya untuk membeli beras dan mi. Sebaliknya, jika memberi hingga 10.000-20.000 gabak, uang itu mungkin akan dirampas orang lain."Tuan, kamu benar-benar baik hati sekali. Aku akan membantumu mencari tempat untuk menginap," kata Mada sebelum pergi.Seluruh dusun seketika menjadi heboh. Tidak lama kemudian, sekelompok penduduk dusun yang berpakaian lusuh datang bersama dengan seorang pemuda berjubah panjang. Pakaian pemuda itu tampak luntur dan memiliki tambalan. Meskipun begitu, pakaiannya sangat bersih dan wajahnya juga terlihat cerah.Kemudian, Mada mengenalkannya kepada Wira dan berkata, "Tuan, ini adalah Kak Padli, kepala dusun dari Dus
Pelayan Keluarga Padli membuat berbagai macam makanan. Di antaranya, ada serabi, bubur, dan tumis wortel. Demi menyambut kedatangan Wira, mereka juga mengukus seekor ayam. Di sisi lain, para veteran juga sedang memasak. Mereka telah melakukan perjalanan yang jauh dan bekerja keras sepanjang hari. Jadi, makanan mereka juga tidak kalah enak. Mereka memasak sosis, lalu memanggang roti dan memasak sepanci sup telur. Aromanya yang wangi menyebar hingga ke luar pintu halaman.Saat ini, ada banyak anak-anak yang menonton di depan pintu sambil menelan air ludah, termasuk Mada."Hari ini ada tamu istimewa. Jadi, kalian nggak kebagian daging. Cepatlah pulang." Padli melambaikan tangannya kepada anak-anak itu, lalu menatap Wira sambil tersenyum dan berkata, "Penduduk dusun di sini miskin. Begitu masak daging, anak-anak akan berkumpul. Biasanya aku akan kasih mereka sepotong daging kecil."Anak-anak itu berpaling dengan enggan, tetapi Wira malah melambaikan tangannya kepada Mada dan berseru, "Apa
"Kak Wira, hati-hatilah saat berbicara." Raut wajah Padli menjadi suram, lalu dia berkata dengan nada serius, "Tuan Wahyudi memahami sastra dan strategi militer. Dia mampu mengalahkan 10 ribu pasukan berkuda bangsa Agrel, juga bisa menuliskan 'Empat Kalimat Wahyudi', 'Mengenang Dirga', 'Mengantar Iqbal ke Kota' dengan kepintarannya. Dia merupakan seorang genius di masanya."Wira berdeham sambil mengerutkan kening dan berkata, "Panglima Yudha yang sudah mengalahkan bangsa Agrel, bukan Tuan Wahyudi."Wira merasa kebingungan dari mana orang ini mendengar informasi seperti itu, bisa-bisanya dia mengetahui masalah tentang Kota Pusat Pemerintahan Jagabu."Panglima Yudha memang berjasa, tapi jasa terbesar itu milik Tuan Wahyudi. Seorang prajurit yang lagi melarikan diri dan cari makan yang memberitahuku tentang hal ini," ujar Padli.Kemudian, Padli mengecilkan suaranya dan berkata, "Sayangnya, para pengkhianat di istana mengelabui Raja untuk nggak mempekerjakan Tuan Wahyudi lagi selamanya. Ha
Ekspresi Lucy yang selalu berdiri di belakang Wira juga menjadi dingin."Tuan Wira, kami sama sekali nggak punya niat buruk. Kedatangan kami kali ini hanya untuk membahas sesuatu denganmu. Sejujurnya, kami berdua juga terpaksa bertemu dengan Tuan Wira dengan cara seperti ini," kata Kresna.Ararya dan Kresna segera turun dari kuda mereka dan memerintah pasukan di belakang mereka untuk berhenti, lalu mendekati Wira. Dwipangga juga segera mengikut di belakang mereka."Ada urusan apa kalian mencariku?" tanya Wira. Selama ini, hubungannya dengan kedua orang di depannya ini tidak begitu dekat, meskipun sebelumnya mereka sempat berinteraksi. Namun, sejak hubungannya dengan Senia makin memburuk, hubungan mereka juga makin merenggang.Lagi pula, orang yang berbeda suku pasti memiliki pemikiran yang berbeda. Apalagi kedua raja di depannya ini juga berasal dari wilayah tandus di utara, Wira tentu saja tidak memiliki kesan baik terhadap mereka."Nggak perlu berpura-pura di depan kami. Kamu sudah l
Wira malas untuk menanggapi Agha, jelas Agha ini keras kepala. Meskipun dia terus menjelaskannya, mungkin juga tidak akan berguna dan semuanya hanya bisa bergantung pada Agha sendiri. Mungkin karena Agha masih muda, sehingga masih menolak beberapa hal. Seiring bertambah usianya, mungkin pandangan Agha akan perlahan-lahan berubah.Wira mengalihkan pandangannya pada Wendi dan perlahan-lahan berkata, "Nona Wendi, apa rencanamu selanjutnya? Setelah pulang nanti, bagaimana kalau kamu ikut aku pergi Gedung Nomor Satu. Kelak aku pasti akan memperlakukanmu dengan penuh hormat."Lucy yang duduk di samping juga segera menganggukkan kepala dan berkata, "Aku rasa nggak ada gunanya pergi ke Gedung Nomor Satu. Lebih baik ikut aku saja, kita kembangkan jaringan mata-mata bersama-sama. Kak Wendi pasti pernah dengar tentang jaringan mata-mata, 'kan? Ini adalah organisasi intelijen nomor satu di dunia. Kita butuh bakat seperti Kak Wendi."Dia berpikir Wendi memiliki bakat yang sangat langka dan juga mah
Wira dan rombongannya juga merasa agak lelah karena mereka menemui banyak masalah saat berada di wilayah barat, sehingga mereka memperlambat langkah mereka dalam perjalanan pulang ke Provinsi Yonggu. Mereka berhenti untuk beristirahat setiap kali melihat penginapan dan membuat perjalanan mereka menjadi jauh lebih lambat.Di sebuah penginapan. Melihat sudah hampir tiba di Provinsi Yonggu, Agha berkata sambil makan dan tersenyum, "Kak Wira, apa kita benar-benar akan pulang begitu saja? Aku sebenarnya nggak suka berada di rumah, lebih menyenangkan berada di luar seperti ini. Berjalan bersama saudara-saudara, bukankah itu adalah hal yang menyenangkan?""Kalau harus terus dikurung di rumah, tulang-tulang di tubuhku terasa berkarat. Kak Dwija, kamu juga merasa begitu, 'kan?"Sebenarnya, Agha hanya ingin terus berpetualang di luar.Begitu sibuk, manusia memang akan terbiasa dengan ritme itu. Namun, begitu bersantai, mereka juga perlahan-lahan menjadi jauh lebih malas. Keinginan untuk bermain
Dahlan menatap Senia yang berada di depannya dengan ekspresi khawatir. Mereka sudah berkali-kali mencari masalah dengan Wira, tetapi setiap kali hasilnya selalu tidak menyenangkan karena Wira selalu berhasil mengatasinya dengan baik. Ini semua bukan hanya karena Wira beruntung saja, tetapi karena Wira dikelilingi oleh orang hebat juga. Menghadapi Wira memang hal yang merepotkan.Meskipun kal ini Ararya dan Kresna yang langsung memimpin pasukan mereka dan ditambah dengan banyaknya pasukan elite, Dahlan merasa mungkin hasilnya juga tidak akan memuaskan. Namun, sekarang situasinya sudah mendesak, mereka tidak mungkin mundur lagi. Setidaknya tidak bisa menyerah begitu saja, melainkan harus mempersiapkan diri untuk hasil terburuk terlebih dahulu.Senia yang berada di samping perlahan-lahan berkata, "Kalau mereka kalah, ya sudah. Asalkan kita bisa menguji tekad mereka, itu saja sudah cukup. Ini juga salah satu tujuanku kali ini. Lagi pula, sebentar lagi kita mungkin akan bertarung habis-habi
Melihat Dahlan yang berjalan mendekat, Senia bertanya dengan nada datar, "Kenapa mencariku malam-malam begini?""Apa Kresna dan Ararya berencana untuk membangkang perintah kita dan memulai perang melawan kita?"Dahlan segera menjawab, "Ibu nggak perlu khawatir tentang hal itu. Mereka berdua sudah mengikuti perintahmu dan telah membawa pasukan untuk mengejar Wira.""Selain itu, aku diam-diam menyelidiki orang-orang yang mereka bawa. Semuanya adalah prajurit terbaik dari yang terbaik. Tampaknya, kali ini mereka benar-benar bertekad untuk membantu kita membunuh Wira."Wira adalah ancaman besar. Keberadaannya bukan hanya membawa masalah besar bagi Dahlan, tetapi juga bagi Senia.Sebelumnya, mereka kehilangan 5 miliar gabak secara cuma-cuma dan Wira menggunakan uang itu untuk memperkuat dukungannya di kalangan rakyat. Kini, status Wira terus meningkat.Di seluruh sembilan provinsi, pengaruhnya tak tergoyahkan. Bahkan di Kerajaan Nuala dan Kerajaan Beluana, pengaruh Wira juga sangat besar. I
"Rencanamu sebenarnya cukup bagus, setidaknya memberi kita jalan untuk menyelamatkan diri. Hanya saja ....""Dahlan sudah mulai memberi tekanan kepada kita. Apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Kita nggak mungkin membawa keluarga besar ikut berperang, 'kan?" tanya Kresna dengan alis berkerut.Karena Dahlan sudah mencari mereka, kemungkinan besar dia juga telah menugaskan orang-orang untuk diam-diam mengawasi mereka. Setiap gerakan kecil pasti akan segera sampai ke telinganya.Jika mereka benar-benar membawa keluarga mereka pergi, hal itu pasti akan segera terungkap dan mereka mungkin tidak akan bisa melarikan diri terlalu jauh. Hasil akhirnya dapat ditebak dengan mudah. Inilah situasi yang paling tidak ingin dilihat oleh Kresna."Siapa yang bilang kita harus membawa keluarga besar?" balas Ararya. "Yang perlu kita lakukan sekarang cuma mengikuti instruksinya, membawa beberapa orang, dan pergi ke lokasi yang telah diberikan untuk mengejar Wira.""Begitu bertemu dengan Wira, kita bisa
"Kalaupun Wira menolak kita, dengan begitu banyak kekayaan yang kita miliki, kita bisa pergi ke mana saja dan tetap akan hidup dalam kemewahan, 'kan?"Uang bisa menggerakkan segalanya. Tidak peduli di mana pun, itu adalah aturan yang berlaku!Semua ini terdengar masuk akal. Namun, Kresna tetap menghela napas dan berkata, "Membawa keluarga besar meninggalkan Kerajaan Agrel ya? Menurutmu ini realistis?""Jangan lupa, Ratu punya puluhan ribu pasukan, sementara kita cuma punya 10.000 tentara kalau digabungkan. Kalau benar-benar terjadi perang, siapa yang akan rugi kalau bukan kita?""Lagi pula, kalau orang sebanyak itu mencoba meninggalkan Kerajaan Agrel, informasi itu pasti akan sampai ke telinga Kaisar. Begitu dia tahu, mungkin kita akan mati di perjalanan sebelum sempat kabur."Kresna tampaknya semakin pengecut. Ini karena dia telah mengalami terlalu banyak hal menyakitkan dalam hidupnya.Bertahun-tahun lalu, anaknya mati di tangan Senia. Terakhir kali, dia hampir kehilangan keluarganya
"Baik." Kresna segera menyetujui dengan tegas, lalu mengantar Dahlan keluar. Jika Dahlan terus berada di sini, takutnya umurnya akan menjadi pendek.Namun, setelah Dahlan pergi, kondisi Kresna tetap terlihat buruk. Wajahnya masih suram. Saat ini, dia duduk di aula besar dan terus menghela napas. Dia benar-benar berada dalam dilema. Lantas, apa yang harus dilakukan selanjutnya?Dari luar, terdengar suara langkah kaki mendekat. Tidak lama kemudian, Ararya muncul, diikuti oleh Dwipangga di belakangnya.Kini, Dwipangga telah memegang kekuasaan penuh atas pasukan Kerajaan Agrel dan memiliki posisi yang sangat tinggi. Selain itu, di wilayah timur, dia memiliki status absolut. Semua orang telah menganggapnya sebagai pewaris. Kelak, posisi Ararya akan diwariskan kepada Dwipangga.Melihat orang yang dikenalnya datang, Kresna segera berdiri dan berjalan mendekat sambil berkata, "Akhirnya kamu tiba! Aku baru saja mengantar Dahlan pergi. Tujuan kedatangannya ke sini benar-benar buat aku bingung da
Kresna telah mendengar tentang tindakan Senia sebelumnya. Senia telah berulang kali mencoba membunuh Wira secara diam-diam, tetapi setiap kali hasilnya selalu nihil. Bahkan, semua usahanya berakhir dengan kegagalan total.Senia bahkan hampir mengorbankan putranya sendiri dalam proses itu. Jika Senia sendiri tidak mampu melakukannya, bagaimana mungkin dia mengharapkan dirinya dan Ararya untuk membunuh Wira?Atau mungkin ... Senia sebenarnya berniat membunuh dirinya dan Ararya? Hanya saja, dia berencana menggunakan tangan Wira untuk melakukannya?Kresna tak kuasa merinding. Di satu sisi ada serigala, di sisi lain ada harimau. Dia merasa seperti orang yang berdiri di jembatan rapuh, tidak tahu harus melangkah ke mana dan tidak berani bergerak sembarangan.Apa pun keputusan yang diambilnya, itu bisa membawa kehancuran pada dirinya sendiri dan tidak ada jalan kembali. Menyesal pun tidak akan ada gunanya!Setelah hal ini disampaikan kepada Ararya, Ararya pasti juga akan secemas dirinya."Dar