Levon berseru sambil menggeram, "Molika, kamu sudah menipuku berulang kali!" Molika menjawab dengan lembut, "Sobat Wolfie, orang yang bijak tahu kapan harus berubah. Inilah akibatnya kalau melawan Wira, nggak ada yang bisa menyelamatkanmu!"Levon berkata dengan ekspresi tidak terima, "Aku hanya salah karena memercayaimu. Kalau nggak, berdasarkan kemampuan militerku, bagaimana mungkin akan kalah dari penipu yang hanya bisa menulis puisi jelek seperti Wira?"Molika menatap Levon yang keras kepala itu seraya menggeleng! Meri tak kuasa berkata, "Kak Levon, dia bukan penipu. Dia adalah penasihat militer yang menumpaskan bangsa Agrel. Sebagian besar dari kemenangan di medan perang wilayah utara adalah berkatnya.""Bahkan, Panglima Yudha pun harus mendengarkan perintahnya. Nggak heran kalau kamu bisa kalah darinya, jadi jangan nggak terima lagi!" jelas Meri."Apa?" Mata Levon membelalak dengan tidak percaya. Meri segera menceritakan kronologi perang di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu secara si
Mata Meri tampak berbinar-binar seraya berkata, "Jadi, maksudmu dia juga berencana untuk memberontak?" Putu tersenyum santai sambil mengangguk.Meri pun mengernyit sembari berkata, "Tapi, tadi dia terus memperingatkan kita untuk nggak memberontak!"Putu menjawab, "Itu bukan peringatan, melainkan sindiran!" Dia melanjutkan dengan penuh percaya diri, "Orang yang berpendidikan nggak akan langsung mengatakan apa yang mereka inginkan. Maksud mereka selalu disembunyikan dalam kata-kata. Hanya dengan memahami menggunakan hati, kita baru bisa menebaknya!""Benar!" Meri setuju dengan perkataan Putu. Dia berulang kali menganggukkan kepala seraya menimpali, "Dia memang nggak pernah berbicara secara langsung dalam setiap tindakannya!"Putu terkekeh-kekeh sembari berkata, "Tuan Wahyudi meminta agar kita nggak memberontak, terutama karena momen yang tepat belum tiba. Tapi, dia juga memberi tahu tentang begitu banyak rahasia pemberontakan. Kalau memang nggak punya niat untuk memberontak, kenapa dia a
Sembari memeluk wanita cantik dan diajukan keinginan yang tak masuk akal seperti itu, hati Wira pun luluh ketika melihat wajah Dian yang malang. Namun, dia masih menoleh dengan susah payah sambil berkata, "Kamu sudah mengalami tekanan yang terlalu besar. Istirahatlah sebentar, kita bisa bicarakan lagi saat kamu sudah tenang.""Tuan, apakah kamu keberatan denganku? Apa kamu merasa jijik karena aku adalah seorang wanita yang sudah menikah tiga kali?" tanya Dian.Penolakan langsung ini membuat sosok ramping Dian gemetar. Air matanya mengalir tak terkendali sehingga wajahnya yang cantik pun mulai dibasahi air mata. Dian berkata dengan gemetar, "Aku, aku ... ahh!"Usai mendengar perkataan Dian, Wira sudah tidak bisa menahan diri lagi. Dia sontak menundukkan kepala dan menciumnya. Dia sama sekali tidak merasa jijik terhadap Dian. Sebaliknya, dia malah makin suka pada wanita itu setelah memahami kepribadian dan pengalaman hidupnya.Namun, Wira merasa bahwa dia perlu mendiskusikan masalah ini
Putu menangkupkan tangan dengan antusias. Jamal, Molika, Ucup, Jupiter, dan Blackie juga terlihat bersemangat.Jalanan di malam hari lebih berbahaya adalah perumpamaan untuk pemberontakan tidak mudah dilakukan, sementara instruksi untuk berhati-hati adalah pesan dari Wira agar mereka bertindak dengan lebih hati-hati.Selama berhasil melewati jalan malam ini dan matahari terbit di pagi hari, nasib para perampok itu akan berubah sepenuhnya. Ini adalah cara Wira memberikan semangat kepada mereka.Wira melambaikan tangannya. Dia hanya asal berbicara, lantas apakah itu mengingatkan mereka akan sesuatu? Mengapa sekelompok orang ini terlihat sangat aneh?Keenam perampok itu berbalik dan pergi, tetapi Meri tetap tinggal di sana. Hal ini membuat Jupiter dan Blackie juga menoleh. Namun, mereka malah diseret pergi oleh Putu. Wira menatap Meri yang sepertinya ingin menyampaikan sesuatu seraya bertanya, "Ada apa?"Meri akhirnya berbicara sambil menggertakkan gigi, "Aku mendengar dari Lestari bahwa
Wira tersenyum kecil, lalu mengubah topik pembicaraan dengan berkata, "Kalau rambut kita tertutupi salju, rasanya seolah-olah kita menua bersama!"Mata indah Dian bersinar cerah. Sambil bersandar ke pelukan Wira, dia berkata, "Kalau begitu, temani aku menikmati salju sebentar, Tuan!"Wira meraih tangan mungil Dian seraya berkata, "Kalau melihat salju bersama bisa dianggap menua bersama, mana ada orang yang bersedih karena cinta di dunia ini!"Dian memejamkan mata dan bulu matanya yang lentik bergetar. "Dengan kata-kata Tuan tadi, biarpun aku mati, aku tetap merasa hidup ini berharga!" ujar Dian.Salju tebal turun menutupi seluruh Kabupaten Uswal, membuat dunia menjadi terlihat putih seluruhnya. Sepasang pria dan wanita yang dibalut jubah berdiri di tengah salju tebal, seakan-akan berubah manusia salju. Saat rambut hitam mereka tertutup salju putih, hati mereka terasa semanis madu....."Kak, kenapa kamu menarikku pergi? Aku belum selesai bicara!" gerutu Meri. Sekelompok orang ini meni
"Kak Melati, aku wanita yang sudah menikah, mana bisa menemui pria lain sesuka hati!" ujar Wulan dengan kesal. "Kelak, kalau hal semacam ini terjadi lagi, Kak Melati nggak perlu tanya padaku, langsung tolak saja!" Wulan sedikit tertekan karena tidak dapat bertemu dengan suaminya sejak datang ke kota provinsi.Melati biasa mengadakan pesta teh untuk para gadis. Katanya, itu diperuntukkan bagi putri keluarga pejabat, tetapi beberapa kandidat sarjana terkadang juga datang.Sejak datang ke kota provinsi, selalu ada orang yang terus mengundang Wulan ke kuil untuk membakar dupa, mengikuti pertemuan puisi wanita, dan menikmati salju. Dia paham dengan maksud pria-pria itu, jadi dia tentu menolak undangan mereka."Wulan, aku sudah bilang, 'kan? Pria itu cuma pelajar biasa, apa pantas dia dirindukan seperti ini?" ujar Melati.Melati yang merupakan kakak ipar pertama Wulan berusia sekitar 30 tahun. Wajah cantiknya terlihat angkuh saat dia berkata, "Kamu pikir dia akan datang ke kota provinsi untu
Gadis berpakaian ungu tersenyum tipis dan berkata, "Tapi, nggak sebagus puisi-puisi yang dibuat Tuan Wahyudi!""Siapa yang bisa dibandingkan dengan monster itu!" ujar Farrel. Dia mengangkat gelasnya dan meminumnya dalam satu tegukan. Kemudian, Farrel berkata dengan mata berbinar, "Bukankah istrinya ada di kota provinsi? Apa kamu punya informasi tentangnya?""Putra gubernur ingin memperistri wanita itu. Mas kawin sudah sedang disiapkan!" Gadis berpakaian ungu berkata sambil mengangkat alisnya, "Gimana kalau kita mengingatkan dia?""Nggak perlu!" tolak Farrel sambil tersenyum tipis. "Kalau Keluarga Linardi berpikiran sempit, mereka nggak layak mendapat menantu sehebat itu! Ngomong-ngomong, siapa wanita cantik yang kamu siapkan untuknya?"Gadis berpakaian ungu menjawab dengan alis berkerut, "Dewina, wanita nomor satu di rumah bordil kota provinsi, sudah setuju untuk menemaninya melewati malam pertama!""Dewina?" Saat memikirkan wanita itu, Farrel mendengkus dingin. "Wanita itu beruntung s
Regan mulai bercerita, "Sebenarnya ...." Regan yang juga terkejut mulai menceritakan informasi rahasia yang didengarnya."Apa!" seru Fadil. Setelah tahu garis besarnya, Fadil langsung berkeringat dingin dan kakinya pun terasa lemas. Ternyata pahlawan yang berhasil mengalahkan pasukan bangsa Agrel adalah Tuan Wahyudi. Pantas saja Iqbal dan Kaesang memperlakukannya dengan begitu hormat, tidak heran juga jika Radit bunuh diri.Saat memikirkan sikap kurang ajarnya sebelumnya kepada Wira, Fadil rasanya ingin merangkak kembali ke sana dan meminta ampun.....Di halaman, Wira berkata dengan sedikit terkejut, "Bukankah kamu pergi ke ibu kota untuk melaporkan tugas? Kenapa kamu membawa mereka juga?"Di antara kelompok orang tersebut, selain beberapa veteran Pasukan Zirah Hitam, yang lainnya adalah perajin dari lembaga senjata dan dokter militer yang merawat luka-luka prajurit."Misil tiga busur berhasil membunuh Raja Tanuwi. Dimas, menteri perindustrian, memerintahkan aku untuk membawa para per
Mendengar kata dari selatan ke utara, Zaki dan Joko langsung tertegun dan kembali melihat peta di depan mereka.Setelah mengamati petanya dari sudut pandang berbeda, Zaki langsung terkejut sampai keringat dinginnya mengalir dan berkata dengan pelan, "Aku mengerti sekarang. Kalau tebakanku benar, mereka akan memblokir kita sepenuhnya di wilayah utara kalau mereka berhasil merebut Gunung Linang ini. Dengan begitu, seluruh wilayah dari Gunung Linang ke selatan akan dikuasai Wira."Mendengar perkataan itu, Darsa tersenyum.Setelah mendengar analisis Zaki, Joko yang berdiri di samping juga akhirnya mengerti situasinya dan berkata, "Ternyata begitu. Kalau begitu, selama pasukan Wira belum berhasil merebut Pulau Hulu dan bergerak ke Gunung Linang, mereka akan terus menyerang kita, 'kan?"Mendengar perkataan itu, semua orang tersenyum.Sementara itu, Darsa menganggukkan kepala dan berkata, "Benar. Sekarang mereka sudah menggunakan rencana saluran air dan kavaleri untuk menyerang kita pun masih
Zaki menambahkan, "Benar. Tuan, setelah memenangkan pertempuran ini, Wira pasti akan langsung pergi. Dia mana mungkin melancarkan serangan kedua."Mendengarkan perkataan keduanya, Darsa tersenyum dan berkata, "Aku tentu saja sangat yakin. Apa kalian tahu kenapa Wira bisa menyerang kita?"Kedua orang itu langsung tertegun sejenak karena sebelumnya mereka memang tidak memikirkan alasan di balik serangan itu.Zaki langsung tercengang sejenak, lalu berkata, "Tuan, bukankah mereka menyerang karena ingin merebut Pulau Hulu ini? Apa mereka punya tujuan lain?"Mendengar pertanyaan itu, Darsa tersenyum. Namun, dia tidak langsung menjawab, melainkan menatap Joko dan berkata sambil tersenyum, "Menurut kalian?"Joko juga tertegun karena dia tidak menyangka Darsa akan melemparkan pertanyaan ini padanya. Setelah berpikir sejenak, dia baru menjawab, "Menurutku, Wira memang ingin merebut Pulau Hulu ini. Tapi, apa mereka ada rencana di balik ini, aku masih belum terpikirkan."Semua orang juga langsung
Mendengar Darsa memuji dan bahkan memberikan penilaian yang sangat tinggi terhadap orang yang bernama Adjie ini, Zaki mengernyitkan alis dan berkata, "Tuan, kenapa kamu malah memuji musuh kita? Menurutku, nggak peduli siapa pun dia, tombakku ini pasti akan membunuhnya."Semua orang sudah terbiasa dengan temperamen Zaki yang buruk, sehingga kebanyakan dari mereka hanya tersenyum.Beberapa saat kemudian, Joko yang berdiri di samping pun tersenyum dan berkata, "Orang ini memang pandai menyusun strategi. Kalau tebakanku nggak salah, rencana membuka saluran air ini pasti ide dari Adjie, 'kan?"Joko menatap Guntur yang sedang berlutut saat mengatakan itu, jelas sedang bertanya pada Guntur.Setelah tertegun sejenak, Guntur baru berkata, "Benar, dia juga yang mengatur strategi penyerangan kami tadi. Tapi, kami benar-benar nggak menyangka dia bisa begitu keterlaluan sampai menjadikan orang-orang dari Desa Riwut sebagai umpan."Zaki mendengus, lalu langsung menendang Guntur dan berteriak dengan
Mendengar perkataan Darsa, semua orang menganggukkan kepala. Menurut mereka, apa yang dikatakan Darsa memang masuk akal.Pada saat itu, pintu tenda tiba-tiba terbuka dan Joko berjalan masuk. Setelah memberi salam pada Zaki, dia menatap Darsa dan berkata, "Aku sudah menangani semua perintah Tuan Darsa, sekarang tinggal menunggu laporan dari mata-mata. Kami sudah mengerahkan banyak mata-mata. Kalau ada informasi, mereka pasti akan segera melaporkannya."Mendengar laporan itu, Darsa merasa sangat puas. Dia menatap semua orang dan berkata, "Baiklah. Karena semuanya sudah diatur, sekarang kita akan menyusun rencana perang. Bisa dipastikan para perampok di Desa Riwut sudah bergabung dengan pasukan Wira. Apa kita berhasil menangkap salah satu dari mereka?"Tepat pada saat itu, salah seorang wakil jenderal yang bertugas untuk membersihkan medan perang memberi hormat dan berkata, "Tuan, sebelumnya kami memang berhasil menangkap satu tahanan. Orang ini tadinya berpura-pura mati, tapi untungnya p
Mendengar perkataan itu, Darsa menganggukkan kepala. Melihat Joko hendak pergi, dia baru teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Oh ya. Setelah selesai mengatur semuanya, datang lagi ke sini. Aku harus merencanakan beberapa hal lagi untuk langkah selanjutnya.""Baik!" jawab Joko.Setelah Joko pergi, Darsa mengernyitkan alis. Pada saat itu, dia melihat Zaki masuk dari luar. Dia langsung tertegun sejenak saat melihat Zaki, lalu bertanya, "Bagaimana? Pikiranmu sudah jernih?"Mendengar pertanyaan Darsa, Zaki menganggukkan kepala dan langsung berkata sambil memberi hormat, "Tuan Darsa, maaf, sebelumnya aku memang terlalu gegabah. Tapi, kali ini ada begitu banyak saudara kita yang tewas, aku benar-benar merasa nggak rela."Darsa tersenyum, lalu berkata, "Hehe. Ini bukan masalah, kita akan membalasnya lain kali. Kali ini mereka memang menang, tapi menang dan kalah adalah hal yang biasa dalam dunia peperangan. Kalau kamu putus asa dan hanya memikirkan soal balas dendam karena kekalahan k
Setelah pasukan utara kembali ke kemah, Darsa tidak bisa menahan amarahnya saat melihat ekspresi Zaki dan berkat, "Zaki, sebagai jenderal garis depan, kenapa kamu begitu gegabah? Musuh pasti sudah menyiapkan jebakan di depan makanya mereka mundur, tapi kamu malah masih ingin membawa pasukan untuk mengejar mereka."Mendengar perkataan itu, wajah Zaki langsung memerah. Setelah terdiam sejenak, dia baru berkata, "Kali ini memang aku yang salah perhitungan. Tapi, musuh kita benar-benar licik. Kalau kita terus membiarkan mereka begitu, kita akan terus dipermainkan mereka."Ekspresi Darsa langsung terlihat kecewa dan berkata dengan marah, "Tipu muslihat adalah hal yang biasa dalam perang dan ini sudah menjadi aturan sejak dulu. Apa yang kamu pikirkan? Aku beri tahu kamu, aku akan melupakan kesalahanmu kali ini kalau kamu bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik."Darsa mendengus, lalu menoleh pada Joko dan berkata dengan pelan, "Bawa orang-orangmu untuk menghitung jumlah korban dan pasukan
Pengirim pesan itu segera memberi hormat, lalu langsung berjalan keluar.Setelah pengirim pesan itu pergi, Darsa baru menghela napas. Saat ini, semuanya sudah direncanakan, tetapi tergantung pada takdir apakah ini akan berhasil atau tidak. Jika 10 ribu pasukan ini masih tidak bisa membawa kembali Joko dan Zaki, situasinya akan makin merepotkan.Saat itu, Wira yang berada di medan perang tiba-tiba menoleh dan melihat musuh sudah mengerahkan tambahan 10 ribu pasukan pun terkejut karena hal ini di luar perkiraannya. Dia tidak menyangka musuh masih memiliki pasukan sebanyak ini dan sebelumnya mereka juga sudah menunjukkan kekuatan yang luar biasa. Mengapa mereka tidak langsung mengerahkan seluruh pasukan?Sebelumnya, Wira dan pasukannya sudah berhasil menghancurkan semangat bertarung pasukan utara. Namun, begitu melihat musuh mendapat pasukan tambahan lagi sekarang, mereka langsung terkejut. Mereka tidak menduga musuh mereka ternyata begitu hebat.Tepat pada saat itu, salah seorang yang te
Begitu kedua belah pihak bertabrakan, suara benturannya langsung bergema dan kekuatan yang dahsyat membuat keduanya terlempar dari kuda mereka.Joko bisa begitu dipercaya Darsa karena ternyata kekuatannya memang luar biasa. Dia mendengus, dan segera memutar tubuhnya sambil mengayunkan senjatanya, lalu mendarat di tanah. Serangannya seharusnya sudah sangat cepat, tetapi dia tidak menyangka Arhan malah lebih cepat. Saat kakinya menyentuh tanah, Arhan sudah kembali menyerangnya.Keduanya bertarung dengan sangat sengit, membuat suasana medan perang menjadi makin kacau.Namun, pertarungan antara kedua orang itu malah membuat pasukan utara makin terdesak. Menurut mereka, kekuatan musuh mereka ini benar-benar luar biasa. Bahkan ada salah seorang prajurit yang berkata, "Kenapa pasukan musuh begitu kuat? Ini benar-benar merepotkan."Banyak prajurit lainnya yang menganggukkan kepala juga. Menurut mereka, kemampuan pasukan musuh kali ini benar-benar sangat hebat dan di luar perkiraan mereka. Bahk
Hayam menganggukkan kepala setelah mendengar Adjie berkata seperti itu, lalu segera berbalik dan memimpin pasukannya mendekati Wira.Saat melihat Agha juga memimpin pasukan untuk datang mengepung, Darsa yang berada di dalam tenda langsung terkejut. Dia selalu mengira bala bantuan dari pihak musuh hanya pasukan kavaleri yang bersembunyi di kegelapan, tetapi ternyata masih ada begitu banyak infanteri.Ekspresi Darsa langsung menjadi muram saat teringat dengan banjir yang tiba-tiba terjadi sebelumnya. Setelah tertegun sesaat, dia akhirnya menyadari semua itu adalah bagian dari jebakan yang sudah direncanakan musuh. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, bantu Zaki untuk mundur, sekarang bukan saatnya untuk menyerang."Ekspresi Joko berubah, lalu menganggukkan kepala dan berkata, "Baik, kita akan segera menerobos keluar."Namun, saat melihat pasukan musuh, seseorang yang berada di samping Joko berkata, "Sialan. Kita benar-benar nggak menyangka hal ini, tapi kekuatan mereka memang lu