Mendengar perkataan itu, semua orang tersenyum.Setelah merespons, Hayam berbalik dan pergi.Setelah Hayam pergi, Adjie yang berdiri di samping mengernyitkan alis dan berkata sambil tersenyum, "Tuan, kenapa kita harus lebih mendekat?"Menurut Adjie dan yang lainnya, menjaga jarak yang lebih jauh lebih menguntungkan jika mereka tidak berniat untuk bertarung langsung dengan musuh. Namun, melihat strategi yang direncanakan sekarang, mereka merasa agak merepotkan. Bagaimanapun juga, mereka juga tahu menangani masalah ini dengan cara seperti ini bukan hal yang mudah.Salah seorang mengernyitkan alis dan berkata, "Sebelumnya kita juga nggak menyangka, tapi sekarang kelihatannya situasi ini benar-benar merepotkan. Selain itu, apa kalian menyadari sesuatu? Kalau kita berhasil menyelesaikan masalah ini, musuh pasti akan kesulitan."Semua orang pun menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Wira tersenyum dan berkata, "Hehe. Kalau kita tetap menjaga jarak, musuh akan mencurigai kita. Tapi, ka
Adjie tertegun dan berpikir sejenak, lalu perlahan-lahan berkata, "Kalau mereka ingin menggagalkan rencana kita, mereka hanya bisa menahan kita atau melancarkan serangan langsung pada kita. Jadi, kemungkinan besar mereka akan menjalankan kedua pilihan ini sekaligus."Wira langsung tertawa terbahak-bahak, lalu menatap Adjie dan berkata, "Bagus, analisismu ini memang benar. Musuh mungkin akan benar-benar melakukannya. Aku tanya sekali lagi, apa rencanamu kalau mereka benar-benar melakukannya?"Adjie langsung berpikir sejenak. Hal pertama yang harus dilakukannya adalah memastikan bagaimana musuh akan menyerang agar dia bisa menentukan langkah balasan yang tepat. Memikirkan hal ini, dia pun mengernyitkan alis.Sementara itu, Agha dan Nafis saling memandang karena mereka benar-benar bingung harus bagaimana menyelesaikan masalah ini.Adjie maju dan mengamati peta itu dengan saksama, lalu perlahan-lahan berkata, "Tunggu, aku mulai mengerti sekarang. Musuh pasti akan reorganisasi pasukannya. K
Setelah Joko pergi, Darsa yang berdiri di dalam tenda menghela napas karena saat ini dia benar-benar tidak tahu apa rencana Wira dan yang lainnya. Namun, sekarang dia hanya bisa menebak karena dia tidak mungkin bisa selalu mengetahui semua pergerakan musuh di garis depan.....Di luar tenda, Joko memimpin pasukan kavaleri dan segera bergerak maju karena sudah menerima perintah dari Wira. Tidak peduli apa pun yang terjadi, mereka harus menahan pergerakan musuh.Di dataran terbuka di garis depan, Arhan dan Hayam juga sedang memimpin pasukan kavaleri mereka perlahan-lahan maju. Mereka juga sudah menerima perintah dari Wira sebelumnya, sehingga mereka tahu saat ini mereka harus selalu waspada. Bagaimanapun juga, Wira sudah memperingatkan mereka bahwa pasukan utara memiliki rencana licik, sehingga posisi mereka pasti sangat tidak menguntungkan.Saat pasukan mereka terus bergerak maju, Hayam menatap Arhan dan berkata dengan nada muram, "Sebelumnya, Tuan bilang sekarang kita harus membuat mus
Pasukan kavaleri dari kedua belah pihak langsung terlibat dalam pengejaran sengit di dataran selatan Pulau Hulu.Arhan langsung menatap Hayam, lalu mengernyitkan alis dan berteriak, "Ada yang nggak beres. Kali ini musuh malah berani mengejar kita sampai keluar dari Pulau Hulu, ini jelas mencurigakan."Hayam juga merasa bingung dan penasaran mengapa pasukan utara tiba-tiba bertindak seperti menggila. Dia dan Arhan sudah bersiap dan mengatur pasukan terlebih dahulu, sehingga mereka tidak mengetahui rencana musuh. Melihat pasukan utara menyerbu, dia langsung berteriak, "Lebih baik kita kembali dulu baru mencari tahu. Aku merasa ada yang nggak beres dengan pasukan utara ini."Joko yang mengejar pasukan Wira dari arah belakang dengan cepat tiba-tiba mengernyitkan alis. Dia tidak menyangka pengejaran ini malah membuat mereka hampir saja masuk terlalu dalam ke wilayah musuh. Dia pun segera memerintah, "Semua pasukan hentikan pengejaran dan mundur."Para pasukan yang berada di belakang Joko la
Begitu Adjie selesai berbicara, Hayam dan yang lainnya segera masuk dari luar. Saat melihat Wira dan yang lainnya, mereka langsung memberi hormat. Arhan juga mengikutinya masuk ke dalam tenda dari belakang.Melihat ekspresi kedua orang itu terlihat aneh, Adjie langsung tertegun. Sebelum Wira sempat berbicara, dia langsung bertanya, "Kenapa? Apa terjadi sesuatu?"Setelah saling memandang dengan Arhan, Hayam menatap Wira dan berkata, "Tuan, kami berdua hampir saja nggak bisa kembali lagi. Entah apa yang terjadi, kali ini pasukan musuh malah berniat untuk bertempur sengit dengan kami. Kalau bukan karena kami segera menyadari situasinya, mungkin kali ini kami nggak akan bisa kembali lagi."Mendengar kejadian itu, Wira langsung tertegun. Saat ini, pasukan musuh seharusnya sudah kelelahan, tetapi mereka malah memilih melawan pasukannya dengan sengit. Merasa perubahan yang mendadak ini memiliki maksud tersembunyi, dia pun secara refleks menatap Adjie yang berdiri di sampingnya.Adjie juga lan
Sebaliknya, Arhan malah merasa agak ragu. Dia menatap Wira dan Adjie serta yang lainnya dengan aneh, lalu berkata dengan pelan, "Tuan, apa yang sebenarnya telah terjadi?"Mendengar Arhan bertanya seperti itu, Wira menjelaskan, "Sebelumnya kami sudah memperkirakan sebentar lagi musuh pasti akan mengetahui rencana kita, jadi aku dan Adjie merasa sangat khawatir. Tapi, kami nggak menyangka musuh akan menyadarinya begitu cepat, sehingga mereka menahan kalian agar pasukan di belakangnya bisa punya cukup waktu untuk bersiap-siap."Arhan langsung tertegun sejenak karena dia tidak menyangka masalah ini akan menjadi seperti ini. Namun, dia seolah-olah teringat sesuatu dan berkata dengan nada muram, "Saat sedang memimpin pasukan ke sana, aku dan Hayam menyadari mereka sudah bersiap-siap dan sedang menunggu kami. Jadi, kami merasa rencana kita kali ini benar-benar sudah ketahuan."Mendengar perkataan itu, Wira dan Adjie langsung tertegun.Pada saat itu, Adjie seolah-olah teringat sesuatu dan bert
Hayam menganggukkan kepala saat menerima perintah itu, lalu segera berbalik dan keluar.Melihat situasi itu, Adjie terlihat sangat bersemangat. Beberapa saat kemudian, dia tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan sekarang?"Setelah berpikir sejenak, Wira perlahan-lahan berkata, "Kalau kita menyerang musuh sekarang, ini bukan pilihan yang tepat. Sekarang kita hanya perlu menunggu kabar dari Hayam. Kalau mereka berhasil mengalahkan Zaki, kita akan segera bergerak dari jalur lain. Kita akan menyerang mereka dari depan dan belakang sekaligus."Mendengar perkataan itu, semua orang langsung menganggukkan kepala dengan semangat. Menurut mereka, rencana Wira kali ini pasti akan berhasil. Lagi pula, jika rencana ini berjalan dengan baik, langkah selanjutnya tidak akan begitu sulit lagi.Melihat situasinya sudah jelas, Adjie tiba-tiba teringat sesuatu. Dia menatap Wira dan berkata dengan pelan, "Tuan, bagaimana kalau aku memerintahkan para saudara kita untuk beristirahat
“Nggak enak banget!”Wira Darmadi sedang mengunyah sesuap tiwul. Kemudian, dia meletakkan sendoknya karena merasa seperti makan gula saja.Sekarang dia akan menampar siapa pun yang berani memberitahunya bahwa melewati dimensi adalah hal bagus.Wira sudah melewati dimensi ke Kerajaan Nuala yang mirip dengan Kerajaan Atrana kuno.Pemilik tubuh sebelumnya berasal dari keluarga kaya. Sewaktu orang tuanya masih hidup, dia selalu sarapan bubur. Makan siangnya adalah nasi dengan lauk, sedangkan makan malamnya adalah mi gandum dan roti pipih. Berhubung harus bersekolah di ibu kota provinsi, dia baru pulang ke rumah setiap sepuluh hari sekali. Pada saat itu, dia pun bisa memuaskan nafsu makannya.Rakyat biasa pada umumnya hanya makan sehari dua kali. Makanan mereka juga hanyalah bubur atau tiwul karena mereka tidak sanggup membeli daging. Hanya pada saat Tahun Baru dan punya uang berlebih, mereka baru bisa menikmati daging.Biasanya, hanya orang kaya, bangsawan atau pejabat yang bisa menikmati
Hayam menganggukkan kepala saat menerima perintah itu, lalu segera berbalik dan keluar.Melihat situasi itu, Adjie terlihat sangat bersemangat. Beberapa saat kemudian, dia tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan sekarang?"Setelah berpikir sejenak, Wira perlahan-lahan berkata, "Kalau kita menyerang musuh sekarang, ini bukan pilihan yang tepat. Sekarang kita hanya perlu menunggu kabar dari Hayam. Kalau mereka berhasil mengalahkan Zaki, kita akan segera bergerak dari jalur lain. Kita akan menyerang mereka dari depan dan belakang sekaligus."Mendengar perkataan itu, semua orang langsung menganggukkan kepala dengan semangat. Menurut mereka, rencana Wira kali ini pasti akan berhasil. Lagi pula, jika rencana ini berjalan dengan baik, langkah selanjutnya tidak akan begitu sulit lagi.Melihat situasinya sudah jelas, Adjie tiba-tiba teringat sesuatu. Dia menatap Wira dan berkata dengan pelan, "Tuan, bagaimana kalau aku memerintahkan para saudara kita untuk beristirahat
Sebaliknya, Arhan malah merasa agak ragu. Dia menatap Wira dan Adjie serta yang lainnya dengan aneh, lalu berkata dengan pelan, "Tuan, apa yang sebenarnya telah terjadi?"Mendengar Arhan bertanya seperti itu, Wira menjelaskan, "Sebelumnya kami sudah memperkirakan sebentar lagi musuh pasti akan mengetahui rencana kita, jadi aku dan Adjie merasa sangat khawatir. Tapi, kami nggak menyangka musuh akan menyadarinya begitu cepat, sehingga mereka menahan kalian agar pasukan di belakangnya bisa punya cukup waktu untuk bersiap-siap."Arhan langsung tertegun sejenak karena dia tidak menyangka masalah ini akan menjadi seperti ini. Namun, dia seolah-olah teringat sesuatu dan berkata dengan nada muram, "Saat sedang memimpin pasukan ke sana, aku dan Hayam menyadari mereka sudah bersiap-siap dan sedang menunggu kami. Jadi, kami merasa rencana kita kali ini benar-benar sudah ketahuan."Mendengar perkataan itu, Wira dan Adjie langsung tertegun.Pada saat itu, Adjie seolah-olah teringat sesuatu dan bert
Begitu Adjie selesai berbicara, Hayam dan yang lainnya segera masuk dari luar. Saat melihat Wira dan yang lainnya, mereka langsung memberi hormat. Arhan juga mengikutinya masuk ke dalam tenda dari belakang.Melihat ekspresi kedua orang itu terlihat aneh, Adjie langsung tertegun. Sebelum Wira sempat berbicara, dia langsung bertanya, "Kenapa? Apa terjadi sesuatu?"Setelah saling memandang dengan Arhan, Hayam menatap Wira dan berkata, "Tuan, kami berdua hampir saja nggak bisa kembali lagi. Entah apa yang terjadi, kali ini pasukan musuh malah berniat untuk bertempur sengit dengan kami. Kalau bukan karena kami segera menyadari situasinya, mungkin kali ini kami nggak akan bisa kembali lagi."Mendengar kejadian itu, Wira langsung tertegun. Saat ini, pasukan musuh seharusnya sudah kelelahan, tetapi mereka malah memilih melawan pasukannya dengan sengit. Merasa perubahan yang mendadak ini memiliki maksud tersembunyi, dia pun secara refleks menatap Adjie yang berdiri di sampingnya.Adjie juga lan
Pasukan kavaleri dari kedua belah pihak langsung terlibat dalam pengejaran sengit di dataran selatan Pulau Hulu.Arhan langsung menatap Hayam, lalu mengernyitkan alis dan berteriak, "Ada yang nggak beres. Kali ini musuh malah berani mengejar kita sampai keluar dari Pulau Hulu, ini jelas mencurigakan."Hayam juga merasa bingung dan penasaran mengapa pasukan utara tiba-tiba bertindak seperti menggila. Dia dan Arhan sudah bersiap dan mengatur pasukan terlebih dahulu, sehingga mereka tidak mengetahui rencana musuh. Melihat pasukan utara menyerbu, dia langsung berteriak, "Lebih baik kita kembali dulu baru mencari tahu. Aku merasa ada yang nggak beres dengan pasukan utara ini."Joko yang mengejar pasukan Wira dari arah belakang dengan cepat tiba-tiba mengernyitkan alis. Dia tidak menyangka pengejaran ini malah membuat mereka hampir saja masuk terlalu dalam ke wilayah musuh. Dia pun segera memerintah, "Semua pasukan hentikan pengejaran dan mundur."Para pasukan yang berada di belakang Joko la
Setelah Joko pergi, Darsa yang berdiri di dalam tenda menghela napas karena saat ini dia benar-benar tidak tahu apa rencana Wira dan yang lainnya. Namun, sekarang dia hanya bisa menebak karena dia tidak mungkin bisa selalu mengetahui semua pergerakan musuh di garis depan.....Di luar tenda, Joko memimpin pasukan kavaleri dan segera bergerak maju karena sudah menerima perintah dari Wira. Tidak peduli apa pun yang terjadi, mereka harus menahan pergerakan musuh.Di dataran terbuka di garis depan, Arhan dan Hayam juga sedang memimpin pasukan kavaleri mereka perlahan-lahan maju. Mereka juga sudah menerima perintah dari Wira sebelumnya, sehingga mereka tahu saat ini mereka harus selalu waspada. Bagaimanapun juga, Wira sudah memperingatkan mereka bahwa pasukan utara memiliki rencana licik, sehingga posisi mereka pasti sangat tidak menguntungkan.Saat pasukan mereka terus bergerak maju, Hayam menatap Arhan dan berkata dengan nada muram, "Sebelumnya, Tuan bilang sekarang kita harus membuat mus
Adjie tertegun dan berpikir sejenak, lalu perlahan-lahan berkata, "Kalau mereka ingin menggagalkan rencana kita, mereka hanya bisa menahan kita atau melancarkan serangan langsung pada kita. Jadi, kemungkinan besar mereka akan menjalankan kedua pilihan ini sekaligus."Wira langsung tertawa terbahak-bahak, lalu menatap Adjie dan berkata, "Bagus, analisismu ini memang benar. Musuh mungkin akan benar-benar melakukannya. Aku tanya sekali lagi, apa rencanamu kalau mereka benar-benar melakukannya?"Adjie langsung berpikir sejenak. Hal pertama yang harus dilakukannya adalah memastikan bagaimana musuh akan menyerang agar dia bisa menentukan langkah balasan yang tepat. Memikirkan hal ini, dia pun mengernyitkan alis.Sementara itu, Agha dan Nafis saling memandang karena mereka benar-benar bingung harus bagaimana menyelesaikan masalah ini.Adjie maju dan mengamati peta itu dengan saksama, lalu perlahan-lahan berkata, "Tunggu, aku mulai mengerti sekarang. Musuh pasti akan reorganisasi pasukannya. K
Mendengar perkataan itu, semua orang tersenyum.Setelah merespons, Hayam berbalik dan pergi.Setelah Hayam pergi, Adjie yang berdiri di samping mengernyitkan alis dan berkata sambil tersenyum, "Tuan, kenapa kita harus lebih mendekat?"Menurut Adjie dan yang lainnya, menjaga jarak yang lebih jauh lebih menguntungkan jika mereka tidak berniat untuk bertarung langsung dengan musuh. Namun, melihat strategi yang direncanakan sekarang, mereka merasa agak merepotkan. Bagaimanapun juga, mereka juga tahu menangani masalah ini dengan cara seperti ini bukan hal yang mudah.Salah seorang mengernyitkan alis dan berkata, "Sebelumnya kita juga nggak menyangka, tapi sekarang kelihatannya situasi ini benar-benar merepotkan. Selain itu, apa kalian menyadari sesuatu? Kalau kita berhasil menyelesaikan masalah ini, musuh pasti akan kesulitan."Semua orang pun menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Wira tersenyum dan berkata, "Hehe. Kalau kita tetap menjaga jarak, musuh akan mencurigai kita. Tapi, ka
Adjie berbicara sambil menunjuk pada lokasi di peta.Melihat titik yang ditunjuk, Wira tertegun sejenak karena dia benar-benar tidak terpikirkan tempat ini sebelumnya. Dia bertanya dengan sangat penasaran, "Kalau dilihat dari peta ini, tempat ini sepertinya adalah Gunung Sembilan Naga. Kalau musuh menyerang kita dari tempat ini, mereka harus menguasainya lebih dulu. Tapi, seharusnya nggak mudah melewati gunung ini, 'kan?"Tepat pada saat itu, Hayam tiba-tiba masuk dari luar. Sebelumnya, dia dan Arhan sedang sibuk menyiapkan pasukan sesuai dengan rencana Wira agar bisa langsung dikerahkan. Mereka akan menjadi gelombang ketiga yang melancarkan serangan.Begitu melihat Hayam, Wira tersenyum dan berkata, "Hayam, kamu sudah menempatkan pasukan di daerah ini?"Setelah maju dengan ekspresi bingung dan melihat tempat yang ditunjuk Wira di peta, Hayam baru perlahan-lahan berkata, "Gunung Sembilan Naga? Aku memang sudah menempatkan seluruh anggota yang aku bawa dari Paviliun Langit di sana. Ngga
Darsa langsung menganggukkan kepala, lalu berkata, "Kalau rencana ini sudah berjalan, langkah selanjutnya akan jadi lebih mudah. Untuk saat ini, kita selesaikan urusan sebelumnya dulu."Joko juga menganggukkan kepala, lalu menatap lokasi Gunung Sembilan Naga di peta dan berkata dengan pelan, "Aku nggak tahu apa semuanya bisa berjalan sesuai dengan rencana. Tapi, bagi kita, tugas ini tetap merepotkan. Bagaimana menurut kalian?"Mendengar perkataan itu, semua orang tersenyum dan menganggukkan kepala karena mereka juga merasa strategi ini bisa dijalankan. Beberapa saat kemudian, seseorang tersenyum dan berkata, "Sebelumnya kita juga nggak menyangka hal ini akan terjadi, tapi sekarang sepertinya pasukan besar Wira akan sangat kesulitan."Setelah semuanya sudah disiapkan, Darsa berkata dengan pelan, "Ah, ini memang sangat merepotkan. Sekarang aku malah makin tertarik dengan Wira."Mendengar perkataan itu, Joko tersenyum.Seolah-olah teringat sesuatu, Darsa kembali berkata, "Kalau dugaanku n