Pasukan kavaleri dari kedua belah pihak langsung terlibat dalam pengejaran sengit di dataran selatan Pulau Hulu.Arhan langsung menatap Hayam, lalu mengernyitkan alis dan berteriak, "Ada yang nggak beres. Kali ini musuh malah berani mengejar kita sampai keluar dari Pulau Hulu, ini jelas mencurigakan."Hayam juga merasa bingung dan penasaran mengapa pasukan utara tiba-tiba bertindak seperti menggila. Dia dan Arhan sudah bersiap dan mengatur pasukan terlebih dahulu, sehingga mereka tidak mengetahui rencana musuh. Melihat pasukan utara menyerbu, dia langsung berteriak, "Lebih baik kita kembali dulu baru mencari tahu. Aku merasa ada yang nggak beres dengan pasukan utara ini."Joko yang mengejar pasukan Wira dari arah belakang dengan cepat tiba-tiba mengernyitkan alis. Dia tidak menyangka pengejaran ini malah membuat mereka hampir saja masuk terlalu dalam ke wilayah musuh. Dia pun segera memerintah, "Semua pasukan hentikan pengejaran dan mundur."Para pasukan yang berada di belakang Joko la
Begitu Adjie selesai berbicara, Hayam dan yang lainnya segera masuk dari luar. Saat melihat Wira dan yang lainnya, mereka langsung memberi hormat. Arhan juga mengikutinya masuk ke dalam tenda dari belakang.Melihat ekspresi kedua orang itu terlihat aneh, Adjie langsung tertegun. Sebelum Wira sempat berbicara, dia langsung bertanya, "Kenapa? Apa terjadi sesuatu?"Setelah saling memandang dengan Arhan, Hayam menatap Wira dan berkata, "Tuan, kami berdua hampir saja nggak bisa kembali lagi. Entah apa yang terjadi, kali ini pasukan musuh malah berniat untuk bertempur sengit dengan kami. Kalau bukan karena kami segera menyadari situasinya, mungkin kali ini kami nggak akan bisa kembali lagi."Mendengar kejadian itu, Wira langsung tertegun. Saat ini, pasukan musuh seharusnya sudah kelelahan, tetapi mereka malah memilih melawan pasukannya dengan sengit. Merasa perubahan yang mendadak ini memiliki maksud tersembunyi, dia pun secara refleks menatap Adjie yang berdiri di sampingnya.Adjie juga lan
Sebaliknya, Arhan malah merasa agak ragu. Dia menatap Wira dan Adjie serta yang lainnya dengan aneh, lalu berkata dengan pelan, "Tuan, apa yang sebenarnya telah terjadi?"Mendengar Arhan bertanya seperti itu, Wira menjelaskan, "Sebelumnya kami sudah memperkirakan sebentar lagi musuh pasti akan mengetahui rencana kita, jadi aku dan Adjie merasa sangat khawatir. Tapi, kami nggak menyangka musuh akan menyadarinya begitu cepat, sehingga mereka menahan kalian agar pasukan di belakangnya bisa punya cukup waktu untuk bersiap-siap."Arhan langsung tertegun sejenak karena dia tidak menyangka masalah ini akan menjadi seperti ini. Namun, dia seolah-olah teringat sesuatu dan berkata dengan nada muram, "Saat sedang memimpin pasukan ke sana, aku dan Hayam menyadari mereka sudah bersiap-siap dan sedang menunggu kami. Jadi, kami merasa rencana kita kali ini benar-benar sudah ketahuan."Mendengar perkataan itu, Wira dan Adjie langsung tertegun.Pada saat itu, Adjie seolah-olah teringat sesuatu dan bert
Hayam menganggukkan kepala saat menerima perintah itu, lalu segera berbalik dan keluar.Melihat situasi itu, Adjie terlihat sangat bersemangat. Beberapa saat kemudian, dia tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan sekarang?"Setelah berpikir sejenak, Wira perlahan-lahan berkata, "Kalau kita menyerang musuh sekarang, ini bukan pilihan yang tepat. Sekarang kita hanya perlu menunggu kabar dari Hayam. Kalau mereka berhasil mengalahkan Zaki, kita akan segera bergerak dari jalur lain. Kita akan menyerang mereka dari depan dan belakang sekaligus."Mendengar perkataan itu, semua orang langsung menganggukkan kepala dengan semangat. Menurut mereka, rencana Wira kali ini pasti akan berhasil. Lagi pula, jika rencana ini berjalan dengan baik, langkah selanjutnya tidak akan begitu sulit lagi.Melihat situasinya sudah jelas, Adjie tiba-tiba teringat sesuatu. Dia menatap Wira dan berkata dengan pelan, "Tuan, bagaimana kalau aku memerintahkan para saudara kita untuk beristirahat
Mendengar perkataan Darsa, Joko mengangguk pelan. Mengingat hal ini saja sudah membuatnya marah. Namun, lawan tampaknya tidak ingin bertarung dengannya saat ini, jadi dia tak bisa berbuat apa-apa.Seolah-olah teringat sesuatu, dia mengernyit dan berkata, "Untuk saat ini, yang penting Zaki nggak ditemukan. Kalau nggak, kita pasti akan menghadapi masalah. Apalagi, kalau sampai dia ketahuan sekarang, itu akan menjadi persoalan yang sangat merepotkan."Mendengar hal itu, Darsa pun mengerutkan dahi. Setelah terdiam cukup lama, dia memandang peta di hadapannya, lalu menghela napas dan berujar dengan suara berat, "Saat ini, sepertinya kita memang nggak punya pilihan lain. Satu-satunya harapan kita adalah Zaki nggak ditemukan oleh mereka."Joko termangu sesaat. Setelah berpikir sejenak, dia berucap dengan suara rendah, "Memang agak merepotkan, tapi yang terpenting sekarang adalah memastikan Jenderal Zaki bisa kembali dengan selamat. Setidaknya, kita harus menyiapkan dua rencana sekaligus."Dar
Mendengar hal ini, Joko mengangguk dan berkata dengan suara rendah, "Saat ini, cara terbaik adalah kita harus segera bergerak ke garis depan untuk menghadapi musuh, jadi kita bisa benar-benar menyelamatkan Jenderal Zaki."Mendengar perkataan Joko, Darsa yang berdiri di sampingnya mengernyit. Jika benar demikian, situasinya memang cukup merepotkan.Setelah terdiam cukup lama, Joko kembali berkata, "Tuan, kita nggak bisa ragu-ragu untuk saat ini. Kalau nggak, Jenderal Zaki benar-benar akan berada dalam bahaya!"Mendengar perkataan Joko, Darsa sedikit bimbang. Bukan karena dia tidak ingin mengirim bala bantuan, tetapi karena jika musuh kembali menyerang, keadaan akan benar-benar menjadi sulit.Setelah berpikir lama, Darsa mengerutkan dahi dan berujar dengan suara rendah, "Ini memang bisa dilakukan. Hanya saja, yang harus kita pastikan sekarang adalah melihat situasi dulu.""Satu hal yang perlu diperhatikan dari perkembangan pertempuran sejauh ini, kalau musuh menyerang kita saat ini, aku
Setelah terdiam cukup lama, Darsa menatap peta dan perlahan berkata, "Saat ini, tampaknya nggak ada pilihan lain dan kita cuma bisa melakukan ini. Untuk sisanya, kita hanya bisa menyerahkannya pada takdir."Melihat tuannya berkata demikian, wakil jenderal yang berdiri di sampingnya pun mengangguk pelan.Setelah situasi saat ini sedikit lebih terkendali, wakil jenderal itu berkata dengan suara berat, "Tapi, saat ini para prajurit sudah kelelahan, begitu pula dengan kuda-kuda kita.""Dengan kondisi seperti ini, banyak masalah yang bisa timbul. Yang paling penting sekarang adalah memastikan segalanya bisa berjalan sesuai rencana."Semua orang mengangguk setuju. Menurut mereka, banyak masalah memang bisa diselesaikan.Namun, pada saat yang sama, Darsa yang sedang memperhatikan peta dengan cermat tiba-tiba berkata, "Ada yang nggak beres! Kalau kita menyerang Gunung Sembilan Naga dari belakang dan musuh telah memasang jebakan, bukankah akan sangat sulit untuk bertempur?"Wakil jenderal itu t
Mendengar Darsa mengatur strategi seperti itu, Joko tertegun sejenak. Setelah beberapa saat, dia berkata dengan heran, "Tuan, saat ini sepertinya bukan waktu yang tepat untuk keluar. Kalau musuh mengetahui pergerakan kita, akan sangat merepotkan."Namun, Darsa tampaknya tidak terlalu khawatir. Dia tersenyum tipis dan menyahut dengan tenang, "Tenang saja, aku sudah mempertimbangkan semuanya. Justru saat ini adalah kesempatan terbaik. Kalau sampai musuh benar-benar mengepung Zaki, dia akan berada dalam bahaya besar."Begitu mendengar penjelasan Darsa, Joko langsung memahami maksudnya. Jika dia membawa pasukan ke depan dan berhasil mengendalikan musuh, mereka akan memiliki kendali penuh atas situasi ini.Saat menyadari hal itu, suasana hati orang-orang membaik. Joko segera memberi hormat kepada Darsa, lalu berbalik dan pergi untuk menjalankan perintah. Dia seperti mendapatkan pencerahan.Setelah Joko pergi, Darsa menghela napas dan berkata, "Sekarang kita hanya bisa berharap pada Zaki. Se
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m