Setelah terdiam cukup lama, Darsa menatap peta dan perlahan berkata, "Saat ini, tampaknya nggak ada pilihan lain dan kita cuma bisa melakukan ini. Untuk sisanya, kita hanya bisa menyerahkannya pada takdir."Melihat tuannya berkata demikian, wakil jenderal yang berdiri di sampingnya pun mengangguk pelan.Setelah situasi saat ini sedikit lebih terkendali, wakil jenderal itu berkata dengan suara berat, "Tapi, saat ini para prajurit sudah kelelahan, begitu pula dengan kuda-kuda kita.""Dengan kondisi seperti ini, banyak masalah yang bisa timbul. Yang paling penting sekarang adalah memastikan segalanya bisa berjalan sesuai rencana."Semua orang mengangguk setuju. Menurut mereka, banyak masalah memang bisa diselesaikan.Namun, pada saat yang sama, Darsa yang sedang memperhatikan peta dengan cermat tiba-tiba berkata, "Ada yang nggak beres! Kalau kita menyerang Gunung Sembilan Naga dari belakang dan musuh telah memasang jebakan, bukankah akan sangat sulit untuk bertempur?"Wakil jenderal itu t
Mendengar Darsa mengatur strategi seperti itu, Joko tertegun sejenak. Setelah beberapa saat, dia berkata dengan heran, "Tuan, saat ini sepertinya bukan waktu yang tepat untuk keluar. Kalau musuh mengetahui pergerakan kita, akan sangat merepotkan."Namun, Darsa tampaknya tidak terlalu khawatir. Dia tersenyum tipis dan menyahut dengan tenang, "Tenang saja, aku sudah mempertimbangkan semuanya. Justru saat ini adalah kesempatan terbaik. Kalau sampai musuh benar-benar mengepung Zaki, dia akan berada dalam bahaya besar."Begitu mendengar penjelasan Darsa, Joko langsung memahami maksudnya. Jika dia membawa pasukan ke depan dan berhasil mengendalikan musuh, mereka akan memiliki kendali penuh atas situasi ini.Saat menyadari hal itu, suasana hati orang-orang membaik. Joko segera memberi hormat kepada Darsa, lalu berbalik dan pergi untuk menjalankan perintah. Dia seperti mendapatkan pencerahan.Setelah Joko pergi, Darsa menghela napas dan berkata, "Sekarang kita hanya bisa berharap pada Zaki. Se
Mendengar hal itu, Hayam segera berkata, "Tangkap mereka! Jangan biarkan satu pun mata-mata lolos, bawa semuanya!"Mata-mata yang menerima perintah itu langsung mengangguk, lalu berbalik dan bergerak ke arah lain. Sesampainya di tempat tujuan, mereka segera menangkap semua mata-mata musuh.Hayam dan pasukannya hanya menunggu sesaat sebelum mendengar suara langkah kaki yang tidak beraturan dari luar. Tak lama kemudian, mereka melihat para prajurit membawa sekelompok orang masuk. Jelas, mata-mata dari pasukan utara telah tertangkap.Melihat pemandangan ini, Hayam tersenyum dan memuji dengan suara rendah, "Kerja bagus!"Salah satu prajurit menyeret seorang mata-mata ke depan dan membentaknya, "Berapa banyak pasukan yang kalian bawa kali ini? Cepat katakan yang sebenarnya!"Mata-mata itu tak menyangka mereka akan tertangkap begitu cepat. Wajah mereka tampak pucat. Mendengar suara yang penuh tekanan itu, salah satu dari mereka akhirnya menyahut, "Kami membawa sekitar 30.000 pasukan kali ini
Para mata-mata yang tertangkap itu langsung terkejut saat mendengar perintah tersebut. Mereka buru-buru berlutut dan bersujud untuk memohon ampun.Namun, Hayam sama sekali tidak tertarik mendengarkan mereka. Dia segera memerintahkan anak buahnya untuk menyeret mereka keluar.Setelah para mata-mata itu dibawa pergi, wakilnya yang berdiri di samping mengerutkan dahi dan berkata, "Jenderal, meskipun kita telah menangkap mata-mata musuh, kita harus tetap segera menuntaskan masalah ini. Tapi, sekarang mereka tampaknya justru akan mengambil tindakan terhadap kita.”Mendengar hal itu, Hayam sedikit mengernyit. Dia berpikir sejenak sebelum berkata dengan suara rendah, "Kalau kita nggak menangani ini dengan baik, memang akan merepotkan. Tapi, misi kita sangat penting. Jadi, cara terbaik saat ini adalah segera membereskan mereka."Para bawahan cukup terkejut mendengarnya. Setelah beberapa saat, wakilnya kembali berbicara dengan nada serius, "Kalau begitu, apa langkah kita selanjutnya? Kita nggak
Wakil itu mengangguk. Dalam pandangannya, situasi kali ini benar-benar sulit dipahami. Namun, untuk saat ini, sepertinya mereka hanya bisa mengambil langkah ini.Setelah wakilnya pergi, Zaki segera memerintahkan pasukannya untuk terus maju. Ketika mereka mencapai daerah yang lebih tinggi, mereka melihat hutan lebat di depan.Zaki mengernyit dan merasa heran. Kenapa di saat seperti ini masih ada hutan seluas ini? Dia pun menginstruksi, "Kirim dua orang untuk melihat situasi di depan, tapi jangan sampai mereka keluar dari jangkauan pandangan kita."Wakilnya mengangguk dan segera memberi isyarat. Dalam sekejap, dua orang prajurit bergegas maju.Beberapa saat kemudian, kedua prajurit itu kembali. Sebelum mereka sempat memberi hormat, Zaki langsung maju dan bertanya, "Bagaimana? Apa kalian melihat sesuatu yang mencurigakan?"Mendengar pertanyaan itu, kedua prajurit tampak ragu sejenak. Salah satu dari mereka akhirnya menjawab, "Ada yang aneh, Jenderal. Kami nggak melihat siapa pun. Di depan
Mendengar jawaban itu, Hayam tersenyum. Setelah berpikir sejenak, dia tertawa dan berkata, "Sepertinya ini memang kesempatan yang bagus. Aku nggak nyangka kita bisa bertemu Zaki dalam situasi seperti ini. Tampaknya kita benar-benar bisa meraih pencapaian besar di sini."Mendengar itu, para prajurit di sekeliling ikut tersenyum. Bagi mereka, jika keputusan sudah dibuat, tak ada pilihan lain selain bertarung habis-habisan.Hayam hanya merenung sejenak sebelum akhirnya berkata dengan tegas, "Baiklah, mulai bersiap! Pastikan semua sudah berada dalam posisi. Sembunyi dan tunggu aba-aba dariku!"Semua orang semakin bersemangat. Setelah tahu musuh yang mereka hadapi adalah Zaki, semangat mereka semakin membara.Setelah menunggu beberapa saat, waktu yang dinantikan akhirnya tiba. Beberapa orang sudah tidak sabar. Salah satu dari mereka berkata, "Sebelumnya aku masih nggak nyangka. Tapi, setelah peluang ini datang, kita nggak boleh menyia-nyiakannya."Orang-orang mengangguk setuju. Bagi mereka,
Wakil jenderal itu segera mengangguk, lalu memimpin pasukannya untuk menerjang ke medan tempur. Melihat ini, Zaki mengumpat dan segera memanggil seorang mata-mata.Dengan suara tegas, dia memerintahkan, "Cepat kembali dan laporkan! Katakan bahwa kita telah ditemukan musuh dan sekarang kita butuh bantuan!"Mata-mata itu bergegas mengiakan, lalu langsung berlari pergi. Namun, saat berikutnya, sebuah anak panah melesat dan menembus dadanya, membuatnya terjatuh.Wajah Zaki langsung berubah serius. Tanpa membuang waktu, dia memanggil mata-mata lain dan menyuruhnya segera berangkat untuk menyampaikan pesan.Sementara itu, Hayam yang sedang mengawasi jalannya pertempuran bisa melihat pasukan utara semakin terdesak.Dia tersenyum, lalu berkata dengan suara rendah, "Bagus, segera laporkan kepada Tuan Wira! Kita bisa mulai mengerahkan pasukan untuk mengepung mereka sepenuhnya. Saat ini, mereka sudah dalam kendali kita!"Seorang prajurit segera mengangguk, menangkupkan tangan, lalu keluar untuk m
Di dalam perkemahan, Wira tidak menunggu lama. Nafis berjalan masuk dan berdiri di hadapannya. Setelah memberi hormat, dia bertanya, "Tuan, apa ada sesuatu yang perlu kukerjakan?"Tanpa bertele-tele, Wira langsung menjelaskan, "Ini sebenarnya cukup sederhana. Saat ini, kita telah menemukan celah dalam strategi musuh. Hayam sudah berhasil menahan pasukan utara, tapi untuk mencegah mereka melarikan diri, kamu harus memimpin pasukan dan menyerang mereka dari belakang."Mendengar ini, Nafis tertegun sejenak. Kemudian, dia segera mengangguk dan memberi hormat sebagai tanda setuju.Namun, dia tidak segera pergi. Hal ini membuat Wira agak bingung. "Ada masalah lain?" tanyanya.Nafis akhirnya berkata, "Tuan, saat ini nggak ada masalah. Tapi, di luar sana masih ada pasukan utara yang terus mengawasi kita. Kalau kita keluar begitu saja, mereka pasti akan mencoba menghentikan kita."Wira termangu sejenak dan baru menyadari sesuatu. Dia segera berujar, "Aku mengerti. Pantas saja mereka mengirim be
Saat ini, Adjie masih sedang mempertimbangkan berbagai hal lainnya karena pertempuran mereka melawan Joko dan pasukannya sudah terlalu lama. Jika dibiarkan terus seperti ini, dia khawatir akan terjadi sesuatu dan ini juga bukan solusi yang baik.Tepat pada saat itu, mata-mata yang selalu mengikuti Adjie pun berlari mendekat dan berkata dengan pelan, "Jenderal, Tuan juga sudah memimpin pasukan keluar."Adjie langsung terkejut saat mendengar laporan itu, lalu menatap mata-mata itu dan bertanya sambil mengernyitkan alis, "Apa yang sebenarnya sudah terjadi? Bukankah sebelumnya kita sudah meninggalkan dua ribu pasukan untuk melindungi Tuan? Kenapa masih membiarkan Tuan turun ke medan perang lagi?"Pada saat yang bersamaan, Agha yang sedang bekerja sama dengan Adjie untuk menyerang kavaleri dari pasukan utara juga mengernyitkan alis saat menerima berita tentang Wira memimpin pasukan.Untungnya, Wira sudah mengirim mata-mata ke Adjie dan Agha terlebih dahulu, sehingga kedua orang itu bisa bek
Setelah memutuskan untuk meminta bala bantuan, Wira mulai merasa bimbang. Jika hal ini bisa diselesaikan, urusan selanjutnya akan lebih mudah ditangani. Namun, jika sekarang dia langsung mengerahkan pasukan, dia sendiri juga tidak yakin apakah peluang menangnya akan besar. Saat memikirkan itu, dia mengernyitkan alis dan menatap para mata-mata yang berdiri di sekelilingnya.Melihat Wira mendekat, para mata-mata itu langsung menganggukkan kepala untuk memberi hormat.Melihat reaksi mata-mata itu, Wira mengernyitkan alis dan berkata, "Saat ini ada satu hal yang ingin aku tanyakan. Kalau kita menambah pasukan, apa kita bisa menumpas semua pasukan Joko?"Para mata-mata itu langsung tertegun sejenak saat mendengar pertanyaan itu.Beberapa saat kemudian, salah satu mata-mata langsung memberi hormat dan berkata, "Tuan, kalau pasukan kita mampu bertahan sampai bala bantuan tiba, kita pasti bisa mengalahkan mereka. Tapi, situasi saat ini sangat nggak menguntungkan bagi kita, jadi kami juga nggak
Setelah wakil jenderal itu pergi, Darsa menatap para wakil jenderal lainnya yang berdiri di sampingnya. Dia mengernyitkan alisnya dan berkata, "Kalau kita langsung mengerahkan pasukan dari utara, butuh waktu berapa lama untuk sampai ke sini?"Setelah memberi hormat dan berpikir sejenak, salah satu dari wakil jenderal itu berkata, "Tuan, kalau sekarang kita mengirim pesan, 50 ribu pasukan itu paling cepat akan tiba malam ini. Kalau dihitung, butuh sekitar dua hingga tiga jam lagi."Mendengar perkataan itu, Darsa menganggukkan kepala sambil memperkirakan strategi di dalam pikirannya. Setelah berpikir sejenak, dia perlahan-lahan berkata, "Begini saja. Segera kirimkan pesan pada Jenderal Bimala agar dia mengirimkan 50 ribu pasukan ke sini. Ini adalah kesempatan terbaik untuk menghabisi Wira, jadi kita harus memanfaatkan kesempatan ini."Mendengar perintah itu, wakil jenderal itu langsung memberi hormat dan segera pergi.Setelah mengatur semuanya, Darsa menghela napas. Dia benar-benar tidak
Setelah berpikir cukup lama, Darsa tetap tidak tahu mengapa Wira bisa begitu berani. Namun, saat kembali melihat peta strategi, dia mengernyitkan alis dan berkata, "Sekarang kita hanya perlu memastikan satu hal, apa kalian menemukan pasukan bantuan dari Kerajaan Nuala?"Mata-mata itu terlihat bingung. Setelah berpikir sejenak, dia berkata dengan pelan, "Untuk saat ini, kami masih belum menemukannya. Tapi, menurut penyelidikan kami, musuh masih belum meminta bantuan dari Kerajaan Nuala. Jadi, menurut kami, situasinya sepertinya nggak rumit seperti yang kita bayangkan."Darsa menganggukkan kepala, tetapi hatinya masih merasa ragu. Jika tidak ada pasukan bantuan, mengapa Wira bisa begitu berani? Atau mungkin Wira ini hanya pura-pura percaya diri? Setelah memikirkan hal ini, dia menatap wakil jenderal di sampingnya dan bertanya dengan nada muram, "Sekarang kita masih punya berapa pasukan yang tersisa?"Wakil jenderal langsung tertegun. Jumlah pasukan mereka yang tersisa memang masih banyak
Wira langsung tertegun karena dia tidak menyangka sekarang hanya tersisa dua ribu pasukan kavaleri saja. Setelah berpikir sejenak, dia berkata dengan nada muram, "Kenapa hanya tersisa begitu sedikit pasukan?"Pengawal yang berdiri di depan pun menghela napas dan berkata dengan pelan, "Tuan, bukannya kami menyia-nyiakan pasukan, tapi medan perangnya terlalu luas. Jenderal Hayam membawa sedikit pasukan, tapi Jenderal Adjie dan Jenderal Agha membawa banyak pasukan karena harus menahan pasukan Joko. Lagi pula, kalau ingin menyelesaikan pertempuran ini, kita juga butuh banyak tentara."Wira menganggukkan kepala karena dia juga merasa jumlah pasukan yang disiapkan kali memang terlalu sedikit dan membuat medan perangnya menjadi terlalu luas. Saat memikirkan hal ini, dia mengernyitkan alisnya dan berkata dengan pelan, "Jadi, sampai sekarang pun masih nggak kabar dari yang lainnya?"Melihat mata-mata itu menggelengkan kepala, Wira pun kembali berkata sambil mengernyitkan alisnya, "Kalau begitu,
Saat ini, pasukan Wira dan pasukan Joko sedang berada dalam dilema. Mereka sebenarnya tidak ingin terus bertempur karena pasukan utama mereka di belakang pasti akan menghadapi masalah. Oleh karena itu, situasi mereka saat ini sangat sulit.Melihat serangan dari Adjie dan pasukannya mulai melemah, Joko langsung berkata dengan pelan, "Ayo kita mundur sekarang. Kita harus segera meninggalkan tempat ini, nggak boleh terus bertempur dengan musuh."Namun, saat Joko dan pasukannya bersiap untuk mundur, Adjie dan pasukannya malah kembali mengejar. Kedua belah pihak terpaksa kembali bertempur dengan sengit.Di dalam tenda, Wira sedang mengamati peta pertempuran antara kedua belah pihak. Sekarang garis pertempuran sudah meluas dan bahkan sudah membuka medan perang ketiga yang dipimpin oleh Arhan dan Nafis. Namun, sampai sekarang pun, dia masih belum menerima kabar dari Arhan.Di hadapan Wira, banyak mata-mata yang sudah siap menyampaikan laporan kapan pun, hanya tinggal menunggu perintah dari Wi
Saat ini, Joko melihat Arhan dan Nafis sudah memimpin pasukan kavaleri menyerbu maju. Dia tahu mereka pasti sedang menuju ke arah Zaki, sehingga dia merasa sangat cemas. Namun, pasukan kavalerinya sedang ditahan pasukan Adjie, sehingga dia juga tidak sempat untuk mundur lagi.Melihat situasi itu, wakil jenderal yang berada di samping Joko mengernyitkan alis dan berkata dengan pelan, "Jenderal, apa yang harus kita lakukan sekarang? Orang-orang ini sepertinya sudah bertekad menghalangi kita. Jangankan melarikan diri, kita sepertinya nggak mungkin bisa mundur lagi."Joko pun mengernyitkan alis dan berkata, "Sebelumnya aku nggak menyangka ini akan terjadi. Tapi, melihat musuh sudah mengerahkan dua tim pasukan kavalerinya dan ada tim yang sedang menahan kita di depan juga, sekarang pasukan utama musuh mereka pasti sudah sangat kosong."Mendengar perkataan Joko, wakil jenderal itu menganggukkan kepala. Setelah berpikir sejenak, dia tiba-tiba menyadari situasi ini sebenarnya sangat menguntung
Melihat pasukan musuh malah menyerang balik seperti ini, Zaki yang memimpin pasukannya untuk segera menyerang ke depan pun langsung terkejut. Setelah terdiam sejenak, dia mengernyitkan alis dan berkata dengan nada muram, "Kita harus segera bertindak agar nggak terjadi hal tak terduga. Yang paling penting sekarang adalah menghabisi semua musuh kita."Semua orang langsung menganggukkan kepala karena mereka juga merasa kekuatan musuh memang cukup tangguh.Namun, melihat pasukannya kesulitan untuk menembus pertahanan musuh, Zaki langsung terkejut.Melihat pemandangan itu, wakil jenderal berkata, "Jenderal, pasukan musuh sepertinya sudah gila, mereka malah berusaha mati-matian menghalangi kita maju."Zaki mengernyitkan alis. Meskipun tidak ada perkataan wakil jenderal itu, dia juga sudah menyadari ada yang tidak beres dengan situasinya. Dia langsung berkata dengan nada muram, "Sepertinya ada yang nggak beres, pasti ada jebakan. Aku rasa mereka sudah mengetahui rencana kita dan bala bantuan
Setelah menganggukkan kepala, Arhan dan Nafis langsung mulai membagi pasukan dan berlari ke dua arah.Melihat adegan itu, Joko langsung tercengang. Dia sudah sangat waspada untuk mencegah tipu muslihat dari musuh, tetapi dia tetap tidak menyangka musuh akan membagi pasukan pada saat seperti ini.Joko pun mengernyitkan alis dan berteriak, "Cepat kirim orang keluar. Kali ini kita harus benar-benar menumpas habis mereka. Selain itu, kirim mata-mata untuk menghubungi Jenderal Zaki, bilang sekarang pasukan musuh sudah lewat dan kita gagal menghentikan mereka."Wakil jenderal yang berdiri di samping menganggukkan kepala setelah mendengar perintah itu, lalu segera memimpin pasukan ke depan.Setelah membagi pasukan, Arhan dan Nafis langsung menjalankan rencana yang sudah disusun sebelumnya dan mengejar pasukan kavaleri Zaki.Beberapa saat kemudian, Zaki yang saat ini berada di barisan depan pun terus bersiap menghadapi serangan musuh.Pada saat itu, mata-mata yang mengikuti Zaki dari belakang