Darsa langsung menganggukkan kepala, lalu berkata, "Kalau rencana ini sudah berjalan, langkah selanjutnya akan jadi lebih mudah. Untuk saat ini, kita selesaikan urusan sebelumnya dulu."Joko juga menganggukkan kepala, lalu menatap lokasi Gunung Sembilan Naga di peta dan berkata dengan pelan, "Aku nggak tahu apa semuanya bisa berjalan sesuai dengan rencana. Tapi, bagi kita, tugas ini tetap merepotkan. Bagaimana menurut kalian?"Mendengar perkataan itu, semua orang tersenyum dan menganggukkan kepala karena mereka juga merasa strategi ini bisa dijalankan. Beberapa saat kemudian, seseorang tersenyum dan berkata, "Sebelumnya kita juga nggak menyangka hal ini akan terjadi, tapi sekarang sepertinya pasukan besar Wira akan sangat kesulitan."Setelah semuanya sudah disiapkan, Darsa berkata dengan pelan, "Ah, ini memang sangat merepotkan. Sekarang aku malah makin tertarik dengan Wira."Mendengar perkataan itu, Joko tersenyum.Seolah-olah teringat sesuatu, Darsa kembali berkata, "Kalau dugaanku n
“Nggak enak banget!”Wira Darmadi sedang mengunyah sesuap tiwul. Kemudian, dia meletakkan sendoknya karena merasa seperti makan gula saja.Sekarang dia akan menampar siapa pun yang berani memberitahunya bahwa melewati dimensi adalah hal bagus.Wira sudah melewati dimensi ke Kerajaan Nuala yang mirip dengan Kerajaan Atrana kuno.Pemilik tubuh sebelumnya berasal dari keluarga kaya. Sewaktu orang tuanya masih hidup, dia selalu sarapan bubur. Makan siangnya adalah nasi dengan lauk, sedangkan makan malamnya adalah mi gandum dan roti pipih. Berhubung harus bersekolah di ibu kota provinsi, dia baru pulang ke rumah setiap sepuluh hari sekali. Pada saat itu, dia pun bisa memuaskan nafsu makannya.Rakyat biasa pada umumnya hanya makan sehari dua kali. Makanan mereka juga hanyalah bubur atau tiwul karena mereka tidak sanggup membeli daging. Hanya pada saat Tahun Baru dan punya uang berlebih, mereka baru bisa menikmati daging.Biasanya, hanya orang kaya, bangsawan atau pejabat yang bisa menikmati
Wira bertanya balik, “Gimana kalau bisa?”Budi langsung menunjukkan ekspresi licik. “Kalau kamu bisa, aku nggak bakal terima bunganya! Tapi kalau nggak bisa, kamu harus jual diri untuk jadi budakku. Gimana?”Wulan langsung terkejut dan mencegahnya. “Suamiku, kamu nggak boleh setuju!”Budi sangat licik. Dia ingin Wira menjual diri menjadi budaknya. Namun, William sudah murka. Dia pun menuliskan dua surat perjanjian dan mengeluarkan tinta merah. “Cepat tanda tangan!”“Oke!”Setelah tanda tangan dan menempelkan cap jari, Budi pun pergi dengan puas.Budi yakin dengan koneksi dan karakter Wira selama ini, dia tidak mungkin bisa menghasilkan 40 ribu gabak dalam tiga hari.Meskipun keluarga Wulan kaya, mereka tidak mungkin meminjamkan uang kepada Wira. Sebab, mereka ingin Wulan meninggalkan Wira.Dengan taruhan ini, Budi bukan hanya bisa mendapatkan budak muda, tetapi juga bisa menjualnya dan mendapatkan puluhan ribu gabak lagi.Selain itu, dia juga sudah selangkah lebih dekat untuk mengumpul
Pekerjaan yang tersisa sudah tidak terlalu sulit. Wira hanya perlu membersihkan rumputnya, lalu menghaluskannya dalam lesung batu.Setelah bekerja hingga seluruh badannya sakit, Wira baru mengumpulkan seember rumput yang sudah dihaluskan.Dia pun menjinjing ember itu sampai ke Sungai Jinggu sambil sesekali beristirahat selama perjalanan.Wira memilih tempat yang ada banyak ikan, lalu menabur tepung kedelai ke dalam sungai.Setelah ada umpan, ikannya menjadi semakin banyak. Wira pun menuangkan serpihan rumput ke dalam sungai dengan hati-hati.Seiring dengan serpihan rumput yang menyebar, satu demi satu ikan pun mulai mengapung....Tidak lama kemudian, Wira sudah berhasil menangkap delapan ekor ikan besar dan lima belas ekor ikan kecil.Ikan yang besar beratnya di atas dua kilogram, sedangkan yang kecil beratnya di atas 250 gram. Wira melepaskan ikan yang lebih kecil dari itu.Setelah matahari terbenam, Wira pun pulang ke rumah.Dalam perjalanan pulang, Wira melewati sebuah gubuk jerami
Di dunia ini, cara menangkap ikan sangat bervariatif, ada menjala, memancing dan menangkap ikan. Namun, masih belum ada yang menangkap ikan dengan obat bius.Wira berkata sambil tersenyum, “Aku sudah ketemu teknik rahasia yang bisa tangkap banyak ikan. Cepat makan! Hati-hati tulangnya!”“Teknik rahasia menangkap ikan?”Wulan tidak begitu percaya. Dia menjadi waswas lagi setelah mendapat perhatian dari Wira.Namun, Wulan tidak lanjut bertanya lagi. Kedua orang itu pun mulai menyantap makanan mereka.Entah karena pemilik tubuh sebelumnya terlalu jarang makan ikan atau karena ini adalah ikan liar, Wira merasa ikan yang digoreng dengan garam ini sangat lezat. Dalam sekejap, dia pun sudah menyelesaikan santapannya.Wira melirik Wulan yang makan dengan pelan. Ikannya masih tersisa setengah.“Suamiku, aku sudah kenyang. Makan saja ikannya!”Saat melihat Wira yang menatap dirinya, Wulan pun buru-buru meletakkan sendoknya dan mendorong piring berisi ikan itu ke depan Wira.“Aku sudah kenyang ko
Sony berdiri di depan pintu rumah Wira dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku.Wira yang melihatnya pun bertanya, “Ngapain kamu berdiri di sini?”Danu dan Doddy langsung melangkah keluar untuk mengepung Sony.Mereka merasa Sony yang pagi-pagi datang ke rumah Kak Wira pasti berniat jahat!Sony langsung terkejut dan buru-buru mundur. Dia berkata, “A ... aku ingin makan ikan!”Si Sony ini benar-benar tidak tahu malu. Wira menggeleng, lalu menjawab, “Kamu datang terlambat, ikannya sudah habis!”Sony berkata dengan cemberut, “Nanti malam masih ada, ‘kan? Asal bisa makan ikan, aku nggak masalah harus ikut banu gali rumput seharian!”Saat berkeliaran semalam, Sony menemukan bahwa keluarga Wira dan keluarga Hasan sudah makan ikan.Saat berkeliaran pagi ini, dia menemukan keluarga Wira makan ikan lagi bersama Hasan dan kedua putranya.Setelah memikirkan keuntungan yang dikatakan Wira kemarin, Sony akhirnya mengerti apa yang sudah dilewatkannya. Dia sudah kehilangan dua kesempatan untuk ma
Namun, Wira tidak memedulikan peringatan Hasan. Dia malah berkata sambil tersenyum, “Pak Agus, bisa saja aku bagi ikannya untukmu, tapi kamu juga harus tanggung sedikit utangku! Kalau nggak mau bantu aku tanggung utangnya, kamu boleh bagi sedikit tanahmu padaku. Soalnya, tanahku juga sudah dijadikan jaminan.""Dasar anak tak tahu diri!”Selesai berbicara, Agus pun pergi dengan marah.Dia hanya menginginkan seekor ikan Wira, tetapi Wira malah menyuruhnya untuk bantu menanggung utang dan juga meminta tanahnya. Kenapa si Pemboros itu begitu tidak tahu malu!“Pak Agus, jangan pergi! Aku cuman bercanda. Jangan marah, dong!” teriak Wira.Ikan yang didapatkan Wira hari ini sangat banyak. Dia tidak akan menolak siapa pun yang meminta ikan padanya. Namun, dia tidak akan menerima orang yang menuntut sesuatu dengan alasan yang tidak masuk akal.Agus sudah marah. Setelah mendengar ucapan Wira, dia juga tidak menoleh.Warga yang mengerti maksud Wira pun tertawa terbahak-bahak.Setelah itu, Wira pun
“Baik, suamiku!”“Jangan panggil suamiku, panggil sayang saja!”“Nggak bisa!”“Kenapa?”“Sayang itu panggilan yang terlalu mesra! Kamu baru berubah jadi baik sama aku dua hari belakangan, aku masih belum siap panggil kamu begitu.”“Oh ....”Berhubung takut membuat suaminya marah, Wulan pun mengalihkan pembicaraan, “Omong-omong, pernah ada seorang peramal yang datang ke rumahku waktu aku masih kecil. Dia bilang, aku bisa jadi istri pejabat ke depannya.”“Istri pejabat?”“Suamiku, jangan marah. Ramalan peramal itu pasti nggak tepat, mana mungkin aku bisa jadi istri pejabat! Selama kamu menginginkanku, aku bakal menemanimu seumur hidup.”...Keesokan dini hari, Hasan dan yang lainnya sudah sampai ke rumah Wira. Setelah menaruh seluruh ember berisi ikan ke atas gerobak, kelima orang itu pun berangkat ke ibu kota provinsi.Sebelum mereka berangkat, Wulan menyerahkan sebuah kantong kain merah kepada Wira, “Suamiku, kalau uang menjual ikan nggak cukup, gadaikan saja gelang ini! Kalau masih ng
Darsa langsung menganggukkan kepala, lalu berkata, "Kalau rencana ini sudah berjalan, langkah selanjutnya akan jadi lebih mudah. Untuk saat ini, kita selesaikan urusan sebelumnya dulu."Joko juga menganggukkan kepala, lalu menatap lokasi Gunung Sembilan Naga di peta dan berkata dengan pelan, "Aku nggak tahu apa semuanya bisa berjalan sesuai dengan rencana. Tapi, bagi kita, tugas ini tetap merepotkan. Bagaimana menurut kalian?"Mendengar perkataan itu, semua orang tersenyum dan menganggukkan kepala karena mereka juga merasa strategi ini bisa dijalankan. Beberapa saat kemudian, seseorang tersenyum dan berkata, "Sebelumnya kita juga nggak menyangka hal ini akan terjadi, tapi sekarang sepertinya pasukan besar Wira akan sangat kesulitan."Setelah semuanya sudah disiapkan, Darsa berkata dengan pelan, "Ah, ini memang sangat merepotkan. Sekarang aku malah makin tertarik dengan Wira."Mendengar perkataan itu, Joko tersenyum.Seolah-olah teringat sesuatu, Darsa kembali berkata, "Kalau dugaanku n
"Selain itu, meskipun musuh mengetahui rencana kita, jumlah mereka juga masih kalah dari kita. Dengan begitu, mereka akan terpaksa melawan kita dan ini akan menjadi kesempatan besar bagi kita," lanjut Zaki.Darsa yang berdiri di samping pun menganggukkan kepala karena dia merasa strategi ini memang cukup masuk akal. Setelah berpikir sejenak, dia berkata dengan nada muram, "Kalau memang seperti itu, aku merasa rencana ini cukup bagus. Dengan begitu, kita juga bisa menumpas habis rencana kita."Mendengar perkataan itu, semua orang menganggukkan kepala karena mereka juga setuju.Melihat kedua orang itu sudah setuju, Darsa kembali tersenyum dan berkata, "Baiklah. Kalau kalian sudah setuju, sekarang kita tinggal memastikan satu hal. Siapa di antara kalian yang akan memimpin serangan ini?"Mendengar pertanyaan itu, Joko dan Zaki langsung tertegun. Menurut mereka, memimpin serangan ini memang bukan hal yang mudah.Setelah berpikir sejenak, Zaki berkata dengan nada muram, "Bagaimana kalau aku
Mendengar perkataan Joko, Darsa yang berdiri di samping pun tersenyum dan berkata, "Hehe. Nggak perlu terburu-buru. Kalau benar-benar ingin menyelesaikan masalah ini, sebenarnya sangat mudah. Tapi, kita harus memastikan tujuan musuh dalam pertempuran kali ini dulu."Zaki langsung menjadi cemas dan perlahan-lahan berkata, "Tuan, aku yakin musuh pasti berusaha menguras stamina kita. Sekarang pasukan kita sudah cukup kewalahan menghadapi Wira, kita harus segera bertindak."Joko juga mengernyitkan alis dan berkata, "Benar, Tuan. Kita nggak boleh terus menahan diri lagi, kita harus mencari cara untuk segera menyelesaikan masalah ini."Zaki juga menganggukkan kepala setuju dengan perkataan Joko.Melihat kedua orang itu begitu bersemangat, Darsa hanya bisa tersenyum dan berkata, "Sepertinya situasi ini memang agak merepotkan, tapi kita tetap harus memastikan semuanya bisa berjalan dengan baik."Semua orang pun menganggukkan kepala dan salah satu dari mereka pun berkomentar, "Situasi kita kali
Zaki tertegun sejenak setelah mendengar perkataan itu, lalu berkata dengan pelan, "Tuan, kamu pasti sedang bercanda. Menurut kami, kalau kita menyelesaikan masalah ini, hal lainnya benar-benar akan jadi lebih mudah."Beberapa saat kemudian, Darsa pun tersenyum dan berkata, "Sebelumnya kita juga nggak yakin rencana ini akan berhasil, tapi sekarang kita harus memastikan kemungkinan langkah ini lebih dulu."Semua orang menganggukkan kepala karena mereka juga merasa rencana ini sepertinya akan berjalan dengan baik.Setelah memastikan langkah selanjutnya, Darsa tersenyum dan kembali berkata, "Aku nggak menyangka kita akan menjalankan rencana ini, sekarang kita hanya perlu memastikan ini adalah keputusan yang tepat."Semua orang kembali tertegun karena mereka juga merasa urusan lainnya akan menjadi lebih mudah diatasi jika masalah ini bisa diselesaikan.Salah satu dari orang-orang ini bahkan berkata dengan sangat bersemangat, "Sebelumnya kita juga nggak yakin, tapi sekarang kelihatannya renc
Mendengar perkataan Zaki, Darsa menghela napas karena situasi kali ini memang sulit untuk ditangani. Jika ingin menyelesaikan masalah ini, dia merasa mereka harus mencari solusi yang tepat. Selain itu, hal ini juga memang cukup merepotkan.Tepat pada saat itu, Darsa yang seolah-olah teringat sesuatu pun berkata dengan pelan, "Sekarang kita juga nggak bisa mengirim semua mata-mata kita dan masalah ini pun belum selesai, kita berada dalam posisi yang sangat sulit. Jadi, menurutku, situasi kali ini benar-benar rumit."Setelah itu, Darsa mengernyitkan alis dan melanjutkan, "Sebelumnya aku juga nggak memikirkan hal ini, tapi sekarang sepertinya situasinya benar-benar sulit. Menurut kalian, apa yang harus kita lakukan?"Setelah terdiam sejenak, Zaki tersenyum dan berkata, "Tuan, kamu pasti sedang bercanda, 'kan? Kamu juga tahu kemampuanku nggak begitu hebat. Kalau memimpin pasukan di medan perang, aku masih bisa. Tapi, kalau untuk hal seperti ini, aku benar-benar nggak tahu."Darsa hanya ter
Melihat orang-orang di sana, mata-mata itu langsung tertegun dan berkata, "Para Jenderal, sepertinya ada masalah. Sebelumnya kami juga nggak menyangka orang-orang ini ternyata begitu kuat. Sekarang pasukan musuh sudah kembali menyerang lagi."Darsa langsung terkejut saat mendengar musuh kembali menyerang karena situasi ini benar-benar sulit untuk dipahami.Bahkan salah seseorang berkata, "Sepertinya ada yang nggak beres, mana mungkin mereka kembali menyerang. Ini nggak masuk akal."Saat semua orang masih bingung, Joko juga tertegun sejenak. Melihat Darsa mengernyitkan alis, dia pun memberi hormat dan berkata, "Tuan, bagaimana kalau aku memimpin pasukan keluar? Kali ini, biar aku yang melawan mereka."Setelah tertegun sejenak saat mendengar perkataan Joko, Darsa tersenyum sambil menganggukkan kepala dan berkata, "Baiklah, kamu pergi menghadapi mereka dulu."Setelah Joko pergi, Zaki baru menyadari ekspresi Darsa seperti agak muram. Dia pun mengernyitkan alis dan bertanya, "Tuan, apa ada
Mendengar perkataan Wira, semua orang awalnya benar-benar tidak dapat memahaminya.Melihat reaksi semua orang, Wira hanya bisa tersenyum dan menjelaskan, "Hehe. Coba kalian bayangkan kalau kalian adalah pasukan utara. Kita sudah menyerang dengan gencar seperti ini, tapi mereka tetap nggak melancarkan serangan balik. Menurut kalian, apa yang sedang mereka pikirkan?"Mendengar perkataan itu, semua orang langsung tertegun sejenak.Beberapa saat kemudian, Adjie baru menyadari maksudnya dan menatap Wira dengan heran. Dia tersenyum dan berkata, "Aku mengerti. Maksud Tuan adalah membuat musuh nggak percaya pada kita, jadi mereka akan terus mengamati situasi ini. Benar, 'kan?"Wira tersenyum. Melihat orang-orang ini mulai memahami rencananya, dia pun perlahan-lahan tersenyum dan berkata, "Hehe. Sekarang kamu sudah mengerti, 'kan? Kalau kita melakukan ini, sisanya nggak akan jadi masalah besar."Mendengar perkataan ini, semua orang segera menganggukkan kepala. Menurut mereka, rencana ini benar-
Zaki yang berdiri di samping berkata, "Pasukan mereka kali ini nggak banyak. Mungkin mereka melihat puluhan ribu prajurit kita bergerak, jadi mereka takut bertempur. Lagi pula, mereka hanya membawa beberapa ribu orang."Mendengar itu, Darsa dan Joko tersenyum. Mereka sama sekali tidak menyangka situasi akan berkembang seperti ini. Setelah beberapa saat, Darsa berucap, "Ini benar-benar di luar dugaan. Sepertinya mereka memang pengecut."Joko juga tersenyum. Setelah beberapa saat, dia berkata dengan nada kurang puas, "Tapi, aku benar-benar nggak menyangka mereka akan menyerah secepat ini."Darsa merasa ada sesuatu yang tidak beres. Hanya saja, meskipun dipikirkan, dia tidak bisa langsung menemukan jawabannya. Sesaat kemudian, dia akhirnya berkata, "Aku belum bisa memastikan, yang jelas kita harus berhati-hati."Di sisi Wira, setelah melihat Agha kembali bersama pasukannya, Adjie tersenyum dan berkata, "Sepertinya semuanya berjalan sesuai rencana. Bagaimana kalau kita langsung mengirim pa
Wira mengangguk pelan. Harus diakui, yang dikatakan Adjie memang masuk akal.Setelah beberapa saat, dia tertawa dan berkata, "Haha, menyelesaikan masalah ini sebenarnya nggak terlalu sulit. Tapi, pertama-tama, kita harus memastikan tempat ini benar-benar terkendali. Selain itu, kita juga harus paham apa yang akan dilakukan selanjutnya."Mendengar itu, semua orang terdiam sejenak. Adjie berujar, "Tuan, dengan cara ini, semuanya jadi lebih mudah untuk kita atur. Selain itu, menurut kami, masalah ini memang nggak terlalu sulit untuk diselesaikan.”Semua orang mengangguk setuju. Setelah beberapa saat, seseorang tertawa dan berkata, "Haha, awalnya aku juga tidak menyangka. Tapi sekarang, kalau kita bisa menangani masalah ini, sisanya akan lebih mudah."Beberapa saat kemudian, Adjie mendengar suara derap kuda dari luar. Dia tertawa dan berkata, "Sepertinya Agha dan pasukannya sudah berangkat. Sekarang kita tinggal menunggu kabar."Wira tersenyum kecil dan mengangguk pelan.....Di sisi lain,