"Tuan, semuanya sesuai perintahmu. Orang itu sudah dibebaskan dan meninggalkan wilayah Provinsi Yonggu dengan aman," kata Lucy yang berada di kegelapan naik dari tangga dan segera berdiri di belakang Wira.Saat siang hari Wira dan yang lainnya pergi ke restoran untuk berhadapan dengan Kasyafa, Lucy sudah mengintai di luar kota sejak awal. Bahkan penempatan pasukan Kasyafa pun tidak luput dari pengamatannya. Interaksi antara Kasyafa dan Umar juga berada di bawah kendalinya.Wira tersenyum puas. "Kerjamu bagus. Aku sudah tahu kedua orang ini pasti diam-diam berhubungan. Sekarang kelihatannya Umar ini memang nggak patuh seperti yang kubayangkan, kedatangannya ke Provinsi Yonggu kali ini pasti punya niat tertentu. Masalah di Desa Damaro juga pasti berhubungan dengannya.""Kamu sudah memastikan apa masalah ini berhubungan dengan Senia?" tanya Wira lagi.Senia berbeda dengan Umar. Meskipun keduanya berasal dari Kerajaan Agrel dan memiliki hubungan ibu dan anak, mungkin saja apa yang dilakuka
Lucy segera menganggukkan kepala. "Jadi, bagaimana dengan Umar?"Membiarkan Umar tetap berada di sekitar sama seperti memasang bom waktu yang akan meledak kapan pun. Inilah yang paling dikhawatirkan Lucy dan bukan hal yang bijak. Meskipun selama ini Wira selalu berhati-hati, bukankah suatu hari nanti akan terjatuh jika terus bermain-main dengan bahaya. Tidak boleh selalu membiarkan hal yang mengancam keselamatan.Wira menyipitkan mata dan berkata, "Hanya seekor anak serigala kecil saja, dia nggak akan bisa berbuat apa-apa selama berada di bawah pengawasanku. Soal pria codet itu, biarkan saja dia pergi agar nggak mengganggu Umar. Selanjutnya, kita lihat saja apa yang sebenarnya ingin dilakukan Umar."Dia sangat ingin tahu apa yang direncanakan Umar dan apakah Umar ini lebih hebat daripada ibunya.Wira dan Lucy berbicara hingga larut malam, lalu kembali ke kediaman jenderal.Dua hari kemudian, di Kerajaan Agrel. Kasyafa sudah membawa rombongannya kembali ke wilayah tandus di utara dan sa
Senia berkata dengan dingin, "Kamu? Kamu ini memang nggak berguna, aku nggak tahu kenapa Umar memercayakan tugas penting ini padamu, Baru saja keluar untuk menyelesaikan urusan dari Umar saja sudah membuat semuanya menjadi seperti ini, sekarang malah hampir saja mencelakai tuanmu.""Kalau bukan karena Umar percaya padamu, aku sudah membuatmu menghilang dari dunia ini. Dasar sampah nggak berguna, sampai dibuntuti orang ke sini."Tadi Senia tidak memarahi Kasyafa karena dia masih memikirkan hal lain, tetapi dia berpikir harus memberi Kasyafa ini pelajaran setelah mendengarnya berbicara. Jika Wira cerdas, dia juga bukan orang bodoh.Lucy sudah merencanakan semuanya dengan matang. Setelah Kasyafa dan rombongannya meninggalkan Provinsi Yonggu, tetap ada orang yang diam-diam mengikuti mereka. Orang-orang ini semuanya adalah elite, sehingga mereka tidak menyadari keberadaan orang-orang ini. Namun, setelah memasuki Kerajaan Agrel, ini sudah merupakan wilayah kekuasaan Senia.Semua orang tahu W
"Nggak membalas kebaikan orang itu nggak sopan, nggak boleh membiarkan orang lain meremehkanku," kata Senia sambil menyipitkan mata dan tersenyum, lalu melambaikan tangan pada Kasyafa. Suasana aula utama kembali sunyi dan Kasyafa pun mundur dari ruangan itu.....Tiga hari kemudian. Selama beberapa hari ini, Umar tetap tinggal di kediaman jenderal. Selain makan, minum, dan bersenang-senang setiap harinya, tidak ada hal lain yang bisa dilakukannya. Ini adalah pelayanan khusus dari Wira. Bagaimanapun juga, dia berasal dari Kerajaan Agrel dan juga putra dari Senia, Wira tidak mungkin mempersulitnya.Namun, jika ingin hidup tenang di sisi Wira, ini bukan hal yang mudah. Meskipun setiap hari hanya bersenang-senang, Umar merasa dirinya sepertinya terus diawasi. Semua ini juga karena ulahnya sendiri.Meskipun Umar menjalani hari-hari yang menyenangkan, sebenarnya banyak hal yang terjadi selama tiga hari ini.Pagi itu, Lucy datang melapor pada Wira.Saat itu, Wira sedang menikmati sarapan. Mel
Krak!Wira langsung mematahkan sumpit di tangannya dan memukul meja dengan keras.Danu dan Agha pun segera masuk dari luar pintu. Melihat ekspresi Wira yang sangat marah, Agha yang terlebih dahulu berkata, "Siapa yang sudah membuat kakakku marah?"Meskipun sedang menghadapi situasi genting, Wira biasanya sangat tenang. Ini pertama kalinya mereka melihat Wira begitu marah sampai mematahkan sumpit sendiri di depan umum. Ini memang terlihat agak aneh.Wira tidak menghiraukan Danu dan Agha, melainkan langsung menatap Lucy dan berkata, "Kenapa Senia bisa punya kekuatan sebesar ini?"Setelah mengungkit nama Senia, Danu segera melihat ke sekeliling dan menutup pintu dengan rapat. Masih ada orang dari Kerajaan Agrel di kediaman jenderal dan Wira juga telah memberi izin pada Umar untuk bebas keluar masuk di mana pun. Jika Umar mendengar pembicaraan mereka, ini tentu akan sangat merepotkan.Agha segera memasang telinga dan ekspresinya terlihat siap menyimak. Selama ini, dia selalu berada di samp
Agha berpikir dia harus menunjukkan kemampuan terbaiknya."Berhenti!" teriak Wira dengan marah.Danu juga secara refleks berdiri di depan Agha untuk menghalangi dan memberikan isyarat pada Agha. Siapa pun bisa melihat kali ini Wira benar-benar marah. Jika masih berani melawan Wira pada saat seperti ini, sama saja mencari mati."Kak Wira, mereka sudah meremehkan kita. Apa kamu benar-benar masih ingin bersabar? Meskipun kamu bisa bersabar, bagaimana kita bisa menjelaskannya pada keluarga para saudara kita yang mati di wilayah tandus itu? Mereka semua adalah saudara kita," kata Agha sambil menggertakkan gigi.Selain bertarung dengan orang, Agha juga sebenarnya ingin membalas dendam para saudaranya itu. Meskipun dia tidak pernah bertemu dengan orang-orang dari jaringan mata-mata, mereka semua juga bawahan Wira."Kita semua adalah saudara, nggak ada yang tega melihat saudara-saudaranya mati di tanah orang lain," kata Danu sambil segera menarik Agha ke belakangnya, sebagai isyarat agar Agha
Menunggu dan melihat situasinya adalah satu-satunya strategi Wira untuk saat ini. Dia hanya bisa menunggu lawannya bergerak terlebih dahulu karena dia masih tidak jelas langkah lawannya.Namun, terlalu banyak peristiwa yang terjadi belakangan ini dan semuanya berhubungan dengan Senia, sehingga Wira yakin sebentar lagi dia akan bertemu dengan Senia. Pada saat itu, semuanya akan terungkap dan dia juga bisa memberi penjelasan pada orang-orang yang mati itu.Satu masalah belum selesai, masalah yang lain sudah muncul. Belum seminggu dari kejadian itu, terdengar kabar buruk yaitu banjir besar melanda berbagai daerah. Bahkan Provinsi Lowala dan Provinsi Yonggu juga terimbas, termasuk daerah lainnya.Berbagai kelompok sudah berkumpul di dalam kediaman jenderal, Harraz dan yang lainnya juga sedang bergegas ke sana. Saat ini, semuanya sedang mengelilingi Wira."Tuan Harraz, kenapa kamu sendiri yang langsung datang ke sini?" tanya Wira dengan segera setelah melihat Harraz berdiri di depannya.Set
Dukungan dari rakyat menentukan kelangsungan hidup seorang raja, Wira sangat memahami prinsip ini. Rakyat adalah fondasi sebuah kerajaan, itu tidak boleh dilupakan.Harraz segera menganggukkan kepala.Namun, saat Harraz hendak pergi, Danu segera maju dan berkata, "Tuan, aku tahu kamu sangat baik hati, tapi sekarang banjir melanda seluruh daerah dan para rakyat menderita. Kita menguasai dua provinsi. Meskipun kita menghabiskan seluruh harta dan sumber daya kita, kita juga nggak akan mampu melindungi begitu banyak korban bencana.""Ada begitu banyak orang yang harus diberi makan, dari mana kita bisa mendapatkan begitu banyak tempat dan makanan. Ini hanya akan menguras tabungan kita. Kalau orang-orang dari kerajaan lain memanfaatkan kesempatan ini untuk menyerang kita, apa yang harus kita lakukan?"Para menteri yang berada di tempat itu juga menganggukkan kepala. Apa yang dikatakan Danu masuk akal juga dan faktanya memang seperti itu. Jika benar-benar terjadi kesalahan, ini bukan hanya ak
Tanpa basa-basi, Agha langsung menampar kedua selir Kunaf. Mereka pun langsung diam, tak berani berteriak lagi.Namun, saat itu juga, Agha mencium bau pesing yang menyengat dan sontak mengumpat pelan, "Sialan!"Setelah beberapa saat, Kunaf sudah diikat erat. Adjie lalu menoleh ke arah Agha dan bertanya, "Apa kita perlu mengabari Tuan Wira? Sekarang situasi di dalam kota sudah terkendali, tinggal menunggu pasukan Kerajaan Nuala tiba."Mendengar nama Kerajaan Nuala, Kunaf yang tergeletak di lantai langsung mengeluarkan suara dari mulutnya yang disumpal dengan kain. Tubuhnya meronta-ronta.Adjie tidak berkata apa-apa dan hanya menendang tubuh Kunaf agar tetap diam. Setelah itu, dia duduk perlahan di kursi dan berkata dengan tenang, "Aku sudah mengutus orang untuk memberi tahu Wira. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang perlu kita lakukan.""Apa itu?""Dengan menggunakan perintah Kunaf, kita panggil semua kepala penjaga gerbang ke sini dengan alasan rapat mendadak. Begitu mereka masuk ke hala
Selama mereka bisa menguasai tembok kota, saat fajar tiba dan pasukan Kerajaan Nuala memasuki kota, mereka dapat bergerak menuju tiga gerbang lainnya melalui jalur yang menghubungkan tembok kota.Nafis memberi hormat, lalu segera memimpin 100 orang untuk naik. Begitu mereka mencapai tembok kota, mereka mendapati bahwa para prajurit musuh di sana ternyata tertidur dengan bersandar pada dinding.Wira yang baru saja naik ke tembok juga melihat pemandangan itu dan hanya bisa tersenyum getir. Setelah beberapa saat, dia memberi isyarat untuk tetap diam dan memberi isyarat tangan untuk membunuh mereka.Orang-orang di belakangnya langsung mengerti maksudnya. Dengan hati-hati, mereka berjalan berjongkok menuju para prajurit yang sedang tertidur.Para prajurit dari pasukan utara itu bahkan tidak menyadari bahwa tidur mereka kali ini akan membawa mereka ke akhir hayat.....Sementara itu, di kediaman Kunaf.Meskipun kota dalam keadaan siaga penuh, sebagai tempat kediaman penguasa tertinggi di kot
Setelah pasukan terbagi, Wira memimpin kelompoknya keluar dari hutan lebat.Karena Kunaf telah mengeluarkan perintah untuk menangkap Wira, gerbang kota berada dalam keadaan siaga penuh.Namun, karena Kunaf yakin bahwa Wira telah melarikan diri ke utara, dia lantas menarik kembali setengah dari pasukannya.Melihat jumlah patroli di gerbang kota berkurang, Nafis berbisik, "Tuan, kenapa jumlah prajurit tampak jauh lebih sedikit dibandingkan siang tadi? Jangan-jangan ini jebakan?"Wira tersenyum dan menyahut, "Nggak. Ini pasti karena Latif memberi tahu Kunaf kita kabur ke utara."Mendengar itu, yang lainnya tersenyum kecil. Jika Kunaf benar-benar mempercayai informasi itu,berarti dia benar-benar bodoh.Bagaimana mungkin mereka yang telah melarikan diri dari utara justru kembali ke arah sana? Itu sama saja mencari mati!"Nafis, kamu yang memimpin di depan. Sebarkan pasukan, jangan berkumpul di satu tempat. Habisi prajurit musuh yang menjaga gerbang, lalu kenakan seragam mereka. Lakukan den
Mendengar laporan itu, Kunaf langsung berseri-seri dan segera menyuruh para penari untuk pergi.Setelah aula menjadi kosong, Kunaf menatap Latif dengan penuh antusiasme. Dia bahkan lupa menyuruhnya berdiri.Kunaf sangat memahami perintah dari Bimala. Tidak peduli apa pun caranya, Wira harus ditangkap. Jika berhasil, Kunaf bisa meninggalkan tempat ini.Latif perlahan-lahan berdiri, lalu menangkupkan tangannya sambil berujar dengan tenang, "Lapor, Jenderal. Kami telah mencari di dalam hutan untuk waktu yang lama, tapi nggak menemukan jejak musuh. Aku menduga mereka sudah meninggalkan area ini.""Nggak ada jejak?" Ekspresi Kunaf yang tadinya bersemangat langsung berubah. Dia lantas terdiam beberapa saat sebelum mengerutkan kening dan bertanya, "Kalau begitu, apa ada informasi dari penjaga gerbang?"Latif bertugas di benteng utama, jadi pertanyaan itu masih berada dalam ranah tanggung jawabnya. Dia segera menjawab, "Saat kembali, aku sudah menanyakan kepada penjaga gerbang. Hingga saat ini
Mengingat semua hal besar yang telah dilakukan oleh Wira, Latif merasa sangat bersemangat. Ini adalah pertama kalinya dia bertemu langsung dengan Wira.Latif segera menangkupkan tangan dan berkata, "Aku sudah lama mengetahui nama besar Tuan Wira. Hari ini, aku akhirnya bisa bertemu langsung denganmu. Ini benar-benar suatu kehormatan bagiku. Aku Latif, mohon ampuni nyawaku."Wira terkekeh-kekeh dan membalas, "Haha. Dengan cara pencarian seperti ini, kamu nggak takut Kunaf mengetahuinya dan memenggal kepalamu?"Saat berbicara, Wira menunjuk ke arah para prajurit yang masih memegang obor di kejauhan. Kini, dia sudah bisa menebak maksud Latif. Rupanya, dia sedang berusaha membantu Wira sebagai tanda persahabatan.Latif hanya bisa tertawa canggung dan berkata dengan suara rendah, "Jujur saja, aku nggak terlalu menyukai Kunaf. Lagian, dia nggak ada di sini. Dia nggak akan tahu apa yang sebenarnya terjadi.""Hari ini, ketika aku melihat Tuan berada dalam situasi sulit, aku ingin membantu sebi
Tak lama kemudian, obor mulai dinyalakan satu per satu.Di dalam hutan, Wira melihat cahaya obor yang menyala di kejauhan dan langsung tertegun."Apa yang dilakukan jenderal musuh ini? Kenapa dia menyalakan obor pada saat seperti ini?"Meskipun hari sudah gelap, cara terbaik untuk menangkap mereka seharusnya adalah dengan bersembunyi dalam kegelapan. Namun, musuh malah menyalakan obor, seolah-olah sengaja membocorkan posisi mereka sendiri.Adjie juga terkejut melihat tindakan aneh musuh ini. Setelah memastikan orang-orangnya sudah bersembunyi di tempat yang aman, dia mendekati Wira dan bertanya, "Tuan, apa yang dilakukan mereka? Menyalakan obor di saat seperti ini? Apa jenderal mereka nggak waras?"Wira tertawa kecil. Dia sendiri tidak menyangka musuh akan bertindak seperti ini. Setelah berpikir sejenak, dia berkata, "Haha ... jenderal mereka benar-benar menarik. Menyalakan obor di saat seperti ini, apa dia khawatir pasukannya mati terlalu lambat?"Namun, ada pepatah yang mengatakan ba
Keduanya langsung mengiakan, lalu membawa perlengkapan mereka dan pergi.Setelah mereka pergi, Adjie berbisik, "Tuan, 500 orang melawan 1.000. Kalau kita bisa menanganinya dengan baik, kita pasti bisa membasmi mereka semua di sini."Wira tersenyum. Sebelumnya, dia masih memikirkan bagaimana cara menyerang gerbang kota saat fajar. Sekarang, setelah mendengar kabar bahwa musuh telah menyusup, dia akhirnya menemukan jawabannya.Beberapa saat kemudian, Wira bertanya, "Adjie, kamu tahu strategi menangkap pemimpin untuk mengalahkan pasukan, 'kan?"Mendengar ini, Adjie tertegun sejenak. Tentu saja dia tahu strategi tersebut. Dia seperti menyadari sesuatu. Matanya berbinar saat membalas, "Tuan ingin menangkap pemimpin mereka? Kalau itu berhasil, pasukan mereka pasti akan kehilangan arah dan hancur dengan sendirinya!"Wira tersenyum dan mengangguk, lalu berucap dengan suara pelan, "Atur 100 orang dan sembunyikan mereka di kegelapan. Aku sendiri akan memancing mereka. Kalau kalian menemukan pemi
Setelah mendengar perkataan Adjie, Nafis dan Agha langsung menoleh ke arah Wira. Meskipun rencana Adjie terdengar cukup baik, keputusan akhir tetap harus dibuat oleh Wira.Wira menatap peta, lalu tersenyum dan mengangguk sambil berkata, "Rencana ini cukup bagus, persis dengan yang kupikirkan. Apa sudah ada informasi tentang jenderal besar yang menjaga kota?"Nafis mengangguk dan menjawab, "Sudah kami selidiki. Namanya Kunaf. Kabarnya, dia diangkat langsung oleh Bimala. Sekarang setelah suku utara dikuasai oleh Baris dan kelompoknya, kemungkinan besar semua urusan juga ditangani oleh Bimala."Mendengar ini, Wira tetap mempertahankan ekspresi datarnya. Saat ini, dia belum bisa memastikan apakah Bobby masih hidup atau tidak. Hanya saja, kalaupun Bobby masih hidup, situasinya pasti sangat berbahaya.Namun, ini bukan saatnya untuk memikirkan hal itu. Wira menggeleng, lalu menatap peta dan berkata dengan perlahan, "Kita akan membagi pasukan menjadi 2. Saat menjelang fajar, Nafis akan ikut de
Sambil berbicara, Agha tiba-tiba mengeluarkan seekor merpati dari pelukannya. Di kakinya, terikat sepotong bambu kecil berisi pesan tertulis.Wira merasa lebih tenang dan memerintahkan dengan suara rendah, "Bacakan!"Sama seperti mereka, Wira juga diliputi kekhawatiran. Namun, sebagai pemimpin tertinggi, semua orang boleh panik, kecuali dirinya. Jika dia kehilangan ketenangannya, seluruh pasukan akan jatuh dalam kekacauan.Agha mengangguk, segera menarik kertas dari bambu itu dan mulai membacanya."Salam kepada Tuan Wira, Hayam akan melapor. Aku telah berhasil meminta bala bantuan dari Kerajaan Nuala sebanyak 200.000 pasukan. Saat ini, mereka sedang dalam perjalanan bersama Jenderal Trenggi menuju perbatasan. Diperkirakan akan tiba dalam 2 hari!"Dua ratus ribu pasukan, dua hari perjalanan. Kecepatan ini tidak bisa dianggap lambat.Wira tersenyum dan segera berdiri. "Bawa peta ke sini!"Mendengar ini, Nafis terlihat bersemangat dan segera mengambil peta, lalu membentangkannya di tanah.