Wira teringat pada saat dirinya baru tiba di Dusun Darmadi. Ketika saat itu, semua orang di dusun membencinya dan tidak memercayainya. Hanya Danu dan Doddy yang bersedia menjadi temannya.Wira memulai semuanya dari bisnis kecil-kecilan untuk mengembangkan Dusun Darmadi. Akhirnya, dia menjadi pemimpin Dusun Darmadi dan kini Dusun Darmadi pun menjadi fondasi mereka."Kamu pasti sudah lelah hari ini. Istirahatlah," ujar Wira sambil tersenyum.Danu melirik Dewina dan Thalia sekilas, lalu berpamitan. Seketika, suasana di dalam kamar menjadi sangat hening. Hanya tersisa Wira dan kedua wanita itu.Dewina dan Thalia bertatapan sesaat. Kemudian, mereka mendekati Wira. Thalia bahkan langsung duduk di pangkuan Wira dan merangkul lehernya. Dia mengecup kening Wira dan berujar lirih, "Kami sudah tahu salah ....""Kami khawatir kamu bertemu bahaya di luar, makanya diam-diam ikut. Lagi pula, kami menguasai sedikit ilmu bela diri. Kalau terjadi sesuatu, kami bisa membantumu. Intinya, kami melakukan se
"Kalian sudah datang, mana bisa pulang lagi? Bawahanku nggak cukup. Nggak ada yang bisa mengawal kalian pulang. Tinggal saja di sini," timpal Wira dengan jengkel.Sebenarnya Wira merasa cukup senang. Dia merasa bosan jika sendirian. Dengan kehadiran kedua wanita ini, suasana hatinya pun membaik. Wira tidak akan merasa kesepian lagi.Begitu mendengarnya, Dewina dan Thalia tentu merasa senang. "Ya! Kami pasti akan melayanimu dengan baik!"Selesai berbicara, kedua wanita itu langsung melemparkan diri ke pelukan Wira. Situasi di kamar menjadi kacau untuk sesaat.Pada saat yang sama, di kediaman jenderal, Bhurek terpaksa kembali ke kediamannya dulu karena gagal menemukan sandera.Alzam yang mendapat kabar langsung mendatanginya. Begitu masuk, dia buru-buru bertanya, "Apa yang terjadi? Kudengar kamu berselisih dengan Wira? Apa benar?"Bhurek mengernyit dan menyahut, "Jangan dibahas lagi. Aku awalnya melihat kedua istri Wira mengawasi di kegelapan. Mereka diam-diam datang ke Kerajaan Beluana,
Saat ini, Bhurek merasa sangat gelisah karena tidak punya cara untuk mengatasi masalah ini.Alzam menggeleng dan berujar, "Justru karena ada begitu banyak masalah yang terjadi hari ini, Wira mungkin sudah melonggarkan kewaspadaannya. Selain itu, bawahan Wira nggak banyak. Kita pasti bisa menang."Bhurek memicingkan matanya. Apakah dirinya masih punya kesempatan untuk membalikkan situasi?Alzam berucap, "Aku sudah menyuap orang-orang di penginapan itu. Kita bisa masuk tanpa diketahui oleh siapa pun. Lagian, ini wilayah kekuasaan Kerajaan Beluana. Mereka semua rakyat kita.""Mungkin ada mata-mata Wira di sini, tapi Wira nggak bodoh. Wira nggak mungkin menyuruh orang-orangnya menampakkan diri begitu saja. Kalau dia mencari mereka, bukankah sama saja dengan membunuh mereka?"Alzam jauh lebih cerdas daripada Bhurek. Bhurek mengangguk, lalu berkata, "Karena kamu sudah mengatur semuanya, aku akan menuruti perintahmu. Aku akan memeriksa situasi di penginapan itu. Kita lihat, sehebat apa Wira i
Semua orang mengangguk. Mereka tentu mengerti bahwa Bhurek sedang mengancam mereka. Namun, apa yang bisa mereka lakukan? Mereka memang harus menuruti perintah atasan. Demi sesuap nasi, mereka tidak keberatan untuk mati asalkan bisa melindungi keluarga mereka.Setelah Bhurek memberi isyarat tangan, sekelompok orang itu pun mulai beraksi. Mereka menuju ke 2 kamar di samping, sedangkan Bhurek bergegas meninggalkan penginapan.Semua prajurit yang terpilih kali ini menyembunyikan racun di mulut mereka. Asalkan Bhurek tidak menampakkan diri, Wira tidak mungkin tahu siapa biang keroknya.Begitu Bhurek menuruni tangga, suara pertarungan yang sengit pun terdengar. Di dalam kamar, Agha dan Nafis melawan puluhan orang tanpa rasa takut sedikit pun.Terutama Agha, dia langsung meraih kaki kedua lawannya, lalu menjadikan mereka sebagai senjata. Siapa pun yang mendekatinya akan terluka parah.Hanya dalam beberapa saat, 20-an orang itu tergeletak di tanah dan memuntahkan darah. Tidak ada seorang pun y
"Gimana dengan yang lainnya?" tanya Wira lagi.Danu tertawa dan membalas, "Tentu saja kami yang menang. Yang lainnya sedang berjaga di dalam. Aku terus berwaspada sejak tadi. Mana mungkin mereka bisa melukai kami?"Wira membawa semua bawahannya yang jago bertarung. Prajurit biasa sekalipun sanggup melawan beberapa orang sendirian. Wajar kalau orang-orang ini bukan tandingan mereka. Tindakan musuh ini hanya mempermalukan diri sendiri.Wira mengangguk sambil tersenyum, lalu berkata, "Bagus, kalian memang hebat. Tapi, aku rasa kita harus pindah. Bau amis darahnya terlalu menusuk."Orang-orang mengangguk menyetujui. Bagaimanapun, ada banyak yang mati.Dewina dan Thalia berjalan keluar dari kamar. Mereka telah berkemas dan bersiap-siap untuk pindah.Tiba-tiba, terlihat asap dari lantai bawah. Api mulai menjalar ke sekeliling."Gawat! Kebakaran!" Setelah terdengar teriakan ini, semua tamu di penginapan pun bergegas kabur untuk menyelamatkan diri.Ekspresi Wira dan lainnya tampak masam. Merek
"Satu gelombang belum reda, gelombang baru datang lagi. Baru saja membunuh orang yang berusaha membunuh kita, nggak disangka terjadi kebakaran besar seperti ini. Apa kalian percaya kalau semua ini nggak ada hubungannya?" kata Wira sambil tersenyum dingin.Hal ini sungguh terlalu kebetulan. Kebakaran ini bukan hanya ingin membunuh Wira dan yang lainnya, melainkan untuk menghilangkan semua jejak. Meskipun sekarang mereka berhasil melarikan diri, semua pembunuh di dalam telah tewas. Jangankan untuk mengetahui identitas mereka, menemukan mayat para pembunuh itu pun mungkin akan sulit. Bhurek benar-benar kejam.Wira sudah menganggap semua ini sebagai perbuatan Bhurek karena semua kejadian ini tidak mungkin kebetulan. Jika bukan Bhurek yang tiba-tiba melakukan ini, tidak mungkin ada orang lain yang memiliki dendam sebesar ini terhadap mereka."Saat itu aku sudah bilang kita harusnya membunuh Bhurek, jadi nggak akan ada begitu banyak hal seperti ini. Tapi, sekarang juga masih belum terlambat.
"Bukankah kita harus segera menangkap Bhurek? Ini juga untuk memberi sebuah penjelasan pada Kak Wira, 'kan?"Begitu mendengar nama Bhurek, semua orang yang berada di sana tertegun dan menatap Wira dan yang lainnya dengan bingung.Bhurek adalah jenderal besar Kerajaan Beluana, orang kedua setelah raja, dan berkuasa di seluruh kerajaan. Di dunia ini, hanya ada beberapa orang yang berani melawannya. Terutama orang-orang di Kerajaan Beluana yang langsung menghindar sejauh mungkin saat melihatnya. Orang-orang pun bertanya-tanya apakah mungkin semua ini ada hubungannya dengan dia.Ekspresi Ciputra pun perlahan-lahan menjadi muram, lalu mengernyitkan alis dan berkata, "Apa maksud kata-kata Agha ini? Apa kamu mencurigai seluruh masalah ini berhubungan dengan Jenderal Bhurek?""Kalah nggak? Aku benar-benar nggak bisa memikirkan orang lain yang begitu menginginkan nyawa kakakku ini, selain Bhurek. Lagi pula, ini adalah wilayah ibu kota yang penuh dengan begitu banyak orang, tapi lawan bisa mengi
Setelah saling memandang sebentar, semua orang akhirnya menatap pada Wira dan menunggunya berbicara. Meskipun mereka semua menggabungkan pemikiran mereka, mereka tetap saja tidak bisa menandingi Wira. Dalam situasi seperti ini, hanya Wira sendiri saja yang bisa menyelesaikan masalahnya.Wira maju sambil tersenyum dan berkata, "Ciputra, nggak perlu terlalu dipikirkan. Aku tahu status dan juga kepribadian Jenderal Bhurek. Hanya saja saudara-saudaraku ini terlalu gegabah, jadi mereka mungkin salah berbicara. Bagaimana mungkin Jenderal Bhurek melakukan hal seperti ini? Tapi, karena saudaraku sudah berkata demikian, mungkin ada perasaan curiga di hati semua orang.""Ini akan memengaruhi reputasi Jenderal Bhurek. Bagaimana kalau sekarang kita pergi ke kediaman Jenderal Bhurek untuk melihat situasinya? Bagaimana menurutmu? Dengan begitu, kita juga bisa membantu membuktikan Jenderal Bhurek nggak bersalah."Setelah mendengar kata-kata itu, semua orang langsung menganggukkan kepala setuju. Ini m