"Bhurek? Ini bukan urusanmu," sahut Thalia yang punya kesan buruk terhadap Bhurek. Meskipun tidak terbukti, dia yakin Bhurek berkaitan erat dengan cederanya waktu itu.Hanya saja, mereka tidak bersikeras menuduh Bhurek karena statusnya yang tinggi. Dewina juga memelototi Bhurek dengan murka."Nyonya-nyonya, bahaya kalau kalian berada di luar malam-malam begini. Karena kalian nggak ingin Tuan Wira tahu, biar kubantu mengatur tempat tinggal supaya kalian bisa beristirahat. Setelah Tuan Wira berencana pulang, aku akan mengantar kalian bertemu dengannya," usul Bhurek.Ketika berbicara, Bhurek memberi isyarat tangan kepada orang-orang di belakangnya. Sesudahnya, sekelompok orang itu mulai mendekati kedua wanita itu.Jelas, Bhurek ingin menangkap mereka. Semua orang tahu seperti apa hubungan kedua kerajaan ini. Apalagi Bhurek ingin membawa mereka pergi tanpa sepengetahuan Wira. Dia pasti punya tujuan lain.Jika mengikuti Bhurek begitu saja, Thalia dan Dewina bukan hanya tidak bisa membantu W
Danu tentu harus memikirkan keselamatan orang-orangnya."Jenderal, apa yang kamu katakan?" Bhurek telah memikirkan pro dan kontranya. Dia meneruskan, "Kamu sudah salah paham. Aku cuma berbaik hati ingin mengundang kedua nyonya ke kediamanku untuk beristirahat. Lagi pula, mereka nggak ingin Tuan Wira tahu kedatangan mereka.""Kediamanku memang nggak termasuk mewah, tapi setidaknya mereka nggak bakal kelaparan atau kedinginan. Karena kamu sudah kemari, aku nggak akan membawa mereka lagi. Tolong jaga mereka. Kalau sesuatu terjadi pada mereka, aku juga nggak tahu harus gimana menjelaskan kepada rajaku."Semua orang pun tersenyum sinis mendengarnya. Bhurek ini memang munafik dan pengecut. Pria ini jelas-jelas ingin menangkap istri tuan mereka, tetapi masih bersikap sok baik sekarang.Kemudian, Bhurek melambaikan tangan dan membawa orang-orangnya pergi. Setelah memastikan sekelompok orang itu sudah pergi, Danu menatap kedua wanita di belakang dan bertanya, "Kenapa kalian ada di sini?"Apa mu
"Danu benar. Kalian sudah datang ke sini, mau ke mana lagi?" Tiba-tiba, Wira menghampiri dan bertanya dengan nada dingin.Begitu mendengar suara Wira, ekspresi kedua wanita itu sontak berubah drastis dan tanpa sadar memandang ke arah sumber suara.Situasi benar-benar mencanggungkan. Mereka awalnya ingin merahasiakan masalah ini dari Wira, tetapi sekarang Wira sudah mengetahui semuanya. Tidak ada gunanya membujuk Danu lagi.Faktanya, Danu telah menyuruh orang mengabari Wira saat mengetahui jejak Dewina dan Thalia. Ini karena Danu tahu kedua wanita ini tidak mudah untuk ditangani.Apalagi, Dewina dan Thalia adalah istri Wira, orang yang tidak bisa disinggung oleh Danu. Jadi, yang bisa mengatasinya hanya Wira seorang.Saat berikutnya, Dewina dan Thalia hanya bisa menunduk dan mengikuti Wira. Sekitar 30 menit kemudian, semuanya kembali ke kamar.Di kamarnya, Wira mengabaikan kedua wanita itu dan menatap Danu. Dia mengetuk meja sambil bertanya dengan nada dingin, "Kamu melihat Bhurek dan ba
Wira teringat pada saat dirinya baru tiba di Dusun Darmadi. Ketika saat itu, semua orang di dusun membencinya dan tidak memercayainya. Hanya Danu dan Doddy yang bersedia menjadi temannya.Wira memulai semuanya dari bisnis kecil-kecilan untuk mengembangkan Dusun Darmadi. Akhirnya, dia menjadi pemimpin Dusun Darmadi dan kini Dusun Darmadi pun menjadi fondasi mereka."Kamu pasti sudah lelah hari ini. Istirahatlah," ujar Wira sambil tersenyum.Danu melirik Dewina dan Thalia sekilas, lalu berpamitan. Seketika, suasana di dalam kamar menjadi sangat hening. Hanya tersisa Wira dan kedua wanita itu.Dewina dan Thalia bertatapan sesaat. Kemudian, mereka mendekati Wira. Thalia bahkan langsung duduk di pangkuan Wira dan merangkul lehernya. Dia mengecup kening Wira dan berujar lirih, "Kami sudah tahu salah ....""Kami khawatir kamu bertemu bahaya di luar, makanya diam-diam ikut. Lagi pula, kami menguasai sedikit ilmu bela diri. Kalau terjadi sesuatu, kami bisa membantumu. Intinya, kami melakukan se
"Kalian sudah datang, mana bisa pulang lagi? Bawahanku nggak cukup. Nggak ada yang bisa mengawal kalian pulang. Tinggal saja di sini," timpal Wira dengan jengkel.Sebenarnya Wira merasa cukup senang. Dia merasa bosan jika sendirian. Dengan kehadiran kedua wanita ini, suasana hatinya pun membaik. Wira tidak akan merasa kesepian lagi.Begitu mendengarnya, Dewina dan Thalia tentu merasa senang. "Ya! Kami pasti akan melayanimu dengan baik!"Selesai berbicara, kedua wanita itu langsung melemparkan diri ke pelukan Wira. Situasi di kamar menjadi kacau untuk sesaat.Pada saat yang sama, di kediaman jenderal, Bhurek terpaksa kembali ke kediamannya dulu karena gagal menemukan sandera.Alzam yang mendapat kabar langsung mendatanginya. Begitu masuk, dia buru-buru bertanya, "Apa yang terjadi? Kudengar kamu berselisih dengan Wira? Apa benar?"Bhurek mengernyit dan menyahut, "Jangan dibahas lagi. Aku awalnya melihat kedua istri Wira mengawasi di kegelapan. Mereka diam-diam datang ke Kerajaan Beluana,
Saat ini, Bhurek merasa sangat gelisah karena tidak punya cara untuk mengatasi masalah ini.Alzam menggeleng dan berujar, "Justru karena ada begitu banyak masalah yang terjadi hari ini, Wira mungkin sudah melonggarkan kewaspadaannya. Selain itu, bawahan Wira nggak banyak. Kita pasti bisa menang."Bhurek memicingkan matanya. Apakah dirinya masih punya kesempatan untuk membalikkan situasi?Alzam berucap, "Aku sudah menyuap orang-orang di penginapan itu. Kita bisa masuk tanpa diketahui oleh siapa pun. Lagian, ini wilayah kekuasaan Kerajaan Beluana. Mereka semua rakyat kita.""Mungkin ada mata-mata Wira di sini, tapi Wira nggak bodoh. Wira nggak mungkin menyuruh orang-orangnya menampakkan diri begitu saja. Kalau dia mencari mereka, bukankah sama saja dengan membunuh mereka?"Alzam jauh lebih cerdas daripada Bhurek. Bhurek mengangguk, lalu berkata, "Karena kamu sudah mengatur semuanya, aku akan menuruti perintahmu. Aku akan memeriksa situasi di penginapan itu. Kita lihat, sehebat apa Wira i
Semua orang mengangguk. Mereka tentu mengerti bahwa Bhurek sedang mengancam mereka. Namun, apa yang bisa mereka lakukan? Mereka memang harus menuruti perintah atasan. Demi sesuap nasi, mereka tidak keberatan untuk mati asalkan bisa melindungi keluarga mereka.Setelah Bhurek memberi isyarat tangan, sekelompok orang itu pun mulai beraksi. Mereka menuju ke 2 kamar di samping, sedangkan Bhurek bergegas meninggalkan penginapan.Semua prajurit yang terpilih kali ini menyembunyikan racun di mulut mereka. Asalkan Bhurek tidak menampakkan diri, Wira tidak mungkin tahu siapa biang keroknya.Begitu Bhurek menuruni tangga, suara pertarungan yang sengit pun terdengar. Di dalam kamar, Agha dan Nafis melawan puluhan orang tanpa rasa takut sedikit pun.Terutama Agha, dia langsung meraih kaki kedua lawannya, lalu menjadikan mereka sebagai senjata. Siapa pun yang mendekatinya akan terluka parah.Hanya dalam beberapa saat, 20-an orang itu tergeletak di tanah dan memuntahkan darah. Tidak ada seorang pun y
"Gimana dengan yang lainnya?" tanya Wira lagi.Danu tertawa dan membalas, "Tentu saja kami yang menang. Yang lainnya sedang berjaga di dalam. Aku terus berwaspada sejak tadi. Mana mungkin mereka bisa melukai kami?"Wira membawa semua bawahannya yang jago bertarung. Prajurit biasa sekalipun sanggup melawan beberapa orang sendirian. Wajar kalau orang-orang ini bukan tandingan mereka. Tindakan musuh ini hanya mempermalukan diri sendiri.Wira mengangguk sambil tersenyum, lalu berkata, "Bagus, kalian memang hebat. Tapi, aku rasa kita harus pindah. Bau amis darahnya terlalu menusuk."Orang-orang mengangguk menyetujui. Bagaimanapun, ada banyak yang mati.Dewina dan Thalia berjalan keluar dari kamar. Mereka telah berkemas dan bersiap-siap untuk pindah.Tiba-tiba, terlihat asap dari lantai bawah. Api mulai menjalar ke sekeliling."Gawat! Kebakaran!" Setelah terdengar teriakan ini, semua tamu di penginapan pun bergegas kabur untuk menyelamatkan diri.Ekspresi Wira dan lainnya tampak masam. Merek