Seperti yang dikatakan oleh pria di depan Wira dan Biantara, tebing itu memang sangat mengerikan.Meskipun keterampilan Biantara luar biasa dan sering berlatih, dia juga tidak bisa memanjat tebing itu. Dia memang berencana untuk mencobanya dengan sekuat tenaga mendapatkan Bunga Tebing itu. Jika berhasil, tentu itu adalah yang terbaik. Namun, jika gagal, dia juga hanya bisa kehilangan nyawanya saja.Saat Biantara hampir melewati area yang paling sulit, pria itu sudah berada di sampingnya dan mengikat pinggangnya dengan tanaman merambat, lalu menurunkannya kembali ke tanah. Ketika dia hampir bergerak untuk melewati area yang paling sulit, tiba-tiba pria itu sudah ada di sampingnya, menggunakan tali dari tanaman merambat untuk mengikat pinggangnya dan membawanya kembali ke tanah. Semuanya terasa seperti mimpi, sehingga dia tidak percaya dengan kenyataan di depannya.Setelah menyelamatkan Biantara, pria itu tidak banyak berbicara dengan Wira dan Biantara dan langsung menuju ke tebing lagi
Setelah ragu sejenak, Wira melanjutkan, "Tentu saja nggak. Dia punya keterampilan seperti ini, tapi cara berpakaiannya sangat sederhana. Ini membuktikan dia hanya punya uang yang cukup untuk dirinya sendiri saja, lebihnya pasti sudah diberikan kepada orang lain. Mungkin juga karena jiwa kesatrianya. Tapi, ini nggak penting, kita harus berpikir lebih keras untuk merekrut orang seperti ini."Biantara juga menganggukkan kepala, memang benar yang dikatakan Wira.Satu jam kemudian, pria itu sudah turun dari ketinggian dan langsung berjalan ke hadapan Wira dan Biantara sambil memegang setangkai Bunga Tebing di tangannya."Jadi, ini adalah Bunga Tebing itu?" Mata Wira langsung bersinar. Saat dia hendak mengambil bunga itu, pria itu menarik kembali tangannya."Teman, sebelumnya kamu berjanji akan memberiku sepuluh juta gabak. Kamu serahkan uangnya dan aku serahkan barangnya, ini baru adil. Kalau aku nggak melihat uangnya, aku nggak bisa menyerahkan barangnya padamu," kata pria itu dengan sanga
"Baiklah. Lagi pula, aku juga nggak ada urusan lain, lebih baik aku minum bersamamu di sini. Bisa dibilang, untuk menjalin persahabatan juga. Aku nggak tahu siapa kamu, tapi kamu sangat kaya. Kalau kelak aku butuh uang, kamu bisa menjadi bantuanku," kata pria itu tanpa sungkan dan ekspresinya terlihat santai.Namun, ekspresi Wira terlihat canggung.Bobby sudah menyiapkan pesta, sehingga semua orang langsung menuju ke rumah Bobby. Wira tidak ingin minum bersama orang-orang suku, dia masih sangat ingat dengan pengalaman sebelumnya dan tidak ingin mengalaminya lagi.Selain itu, malam ini Wira ikut minum karena pria di depannya ini. Pria ini sangat misterius, tetapi memiliki kemampuan yang luar biasa. Dia tentu saja sangat menghargai bakat pria ini. Jika pria ini bisa bergabung dengannya, pasti akan sangat menguntungkan untuk perkembangannya di masa depan."Aku masih belum tahu nama Tuan." Saat semua orang berjalan menuju rumah Bobby, Wira menatap pria itu."Kamu nggak perlu begitu sungkan
Jari Wira mengetuk keningnya dengan lembut, lalu bertanya kepada Biantara.Biantara tersenyum dan berkata dengan ekspresi cuek, "Sangat sederhana. Untuk mendapatkan julukan tak tertandingi di seluruh dunia, seseorang harus mencapai puncak di bidangnya. Meskipun ada dua ahli di bidang yang sama, kita nggak perlu menerima keduanya. Lebih baik biarkan mereka bertarung, kita akan langsung tahu siapa yang lebih unggul. Bagaimana menurut Tuan?"Wira bertepuk tangan dengan semangat, tidak ada alasan untuk menolak usulan itu. Bahkan dia sendiri juga memiliki pemikiran yang sama seperti itu.Jika bisa menarik orang-orang yang tak tertandingi di seluruh dunia ini ke pihaknya, Wira bisa membayangkan betapa hebatnya pemandangan itu. Meskipun kelak dia bukan penguasa Provinsi Lingga lagi, dia juga tetap akan dihormati orang-orang dan menjaga keamanan provinsi itu karena Gedung Nomor Satu ini."Ayo minum!" kata Wira yang merasa sangat senang. Setelah mengambil gelasnya, dia melambaikan tangan pada s
Arifin mengeluarkan sebuah botol porselen dari sakunya dan perlahan-lahan berkata, "Menjalankan amanah, setia pada tugas. Ini adalah pil yang kubuat untuk istrimu. Satu butir setiap hari setelah makan malam, ada tiga puluh butir di dalamnya. Setelah satu bulan, istrimu pasti akan sembuh."Setelah semalam Wira dan yang lainnya kembali, Wira langsung meminta Biantara untuk menyerahkan Bunga Tebing itu pada Arifin. Dia hanya bisa menyerahkan bunga itu, sedangkan kegunaannya sebagai obat semuanya tergantung pada keahlian Arifin. Selain itu, Arifin tidak pernah minum alkohol, sehingga bisa langsung menyelesaikan pil itu dalam waktu semalam."Masih perlu minum obat?" Thalia mendekat dengan ekspresi tak berdaya. Dia melihat botol porselen itu begitu cantik, tetapi dia sama sekali tidak tertarik. Dia masih terluka dan harus minum banyak obat setiap harinya, sehingga dia sudah merasa muak. Namun, kondisinya bukannya membaik, jumlah obatnya malah bertambah. Sungguh menyebalkan!Wira tersenyum da
Jika dipikirkan lebih dalam, sebenarnya tindakan Wira ini juga untuk kesejahteraan rakyat. Sembilan provinsi ini bisa damai karena usahanya. Dia tentu saja ingin terus mempertahankan kedamaian ini, sehingga semua rakyat bisa terus menikmati kedamaian ini."Apa Dokter Arifin mengerti maksudku?" tanya Wira lagi.Melihat tatapan Wira yang penuh harapan, Arifin melambaikan tangan dan berkata, "Kalau ada kesempatan yang begitu bagus, mana mungkin aku nggak bergabung. Aku tentu saja ingin punya posisi di Gedung Nomor Satu ini untuk membuktikan kemampuanku.""Lagi pula, aku tahu kamu terkenal di sembilan provinsi ini dan para rakyat menganggapmu sebagai seorang raja. Bahkan orang-orang di Kerajaan Beluana juga demikian. Gedung Nomor Satu ini juga akan berkembang pesat di bawah kepemimpinanmu, namaku juga akan makin terkenal. Aku nggak mungkin melewatkan kesempatan bagus seperti ini."Wira tidak menyangka ternyata Arifin begitu antusias. Dia langsung merasa sangat senang. "Kalau begitu, terima
Setengah bulan pun berlalu, pembangunan Gedung Nomor Satu cukup cepat karena Biantara telah menemukan banyak tukang yang mahir. Saat ini, bentuk bangunannya mulai terlihat. Diperkirakan dalam waktu setengah bulan lagi, Gedung Nomor Satu akan selesai sepenuhnya.Sementara itu, selama periode ini, kondisi kesehatan Thalia juga perlahan-lahan membaik. Wira juga sudah menghubungi orang-orang di Dusun Darmadi agar mereka tidak perlu khawatir. Sejak Thalia sakit, dia kehilangan semangat dan tidak menghubungi mereka, sehingga Danu dan Doddy merasa sangat cemas.Saat ini, Danu dan Doddy memegang kekuasaan atas Provinsi Lowala dan dibantu oleh Osmaro serta yang lainnya. Namun, mereka tetap lebih mengkhawatirkan keselamatan Wira.Danu dan Doddy memang bukan saudara kandung Wira, tetapi hubungan mereka sudah jauh melampauinya. Meskipun sekarang keduanya memegang kekuasaan besar, tetapi itu sama sekali tidak berarti apa pun bagi mereka. Selama mereka dan Wira bisa berkumpul bersama, mereka rela me
Bagaimana mungkin Thalia tidak marah mendengar ucapan seperti itu?"Hebat sekali ya kamu. Belum setengah tahun kita bersama, tapi kamu sudah mulai mengeluh tentangku? Kalau begitu, aku akan pergi sekarang. Anggap saja kita nggak pernah saling mengenal!" bentak Thalia.Thalia masih sama galaknya seperti dulu. Selesai berbicara, dia pun bangkit dan hendak melompat turun dari kereta kuda.Wira segera meraih lengan Thalia dan meminta maaf dengan tulus, "Aku sudah salah bicara. Tolong maafkan aku. Jangan marah lagi.""Lagian, kenapa memangnya kalau ada bekas luka di tubuhmu? Perasaanku padamu nggak akan berubah! Aku juga tahu kamu bisa terluka karena aku.""Kalau bekas lukanya hilang, aku mungkin akan melupakan kebaikanmu sejak awal. Tapi kalau bekas luka itu terus ada, aku akan selalu mengingat pengorbananmu ini."Thalia mendengus, tetapi merasa jauh lebih baik. Dia tahu Wira bukan orang yang tidak tahu terima kasih. Jika tidak, mana mungkin Thalia bersedia melawan musuh bersama Wira malam