Kerajaan Nuala hanya memiliki dua pangeran. Jika Osman menghilang secara misterius, meskipun Baris bukan putra mahkota pun Sucipto dan Izhar juga bisa membungkam semua orang. Ini benar-benar rencana yang kejam. Sayangnya, trik seperti ini mungkin bisa menipu orang lain, tetapi tidak bisa menipu mata Wira.Dalam sekejap, Wira segera berlari keluar dari kamar dan langsung sudah tiba di aula utama. Tercium bau amis darah yang menyengat dari dalam ruangan itu dan satu per satu mayat para pengawal istana tergeletak di lantai. Namun, dia tidak melihat pelakunya di sana."Gawat! Pangeran dalam bahaya!" kata Wira, lalu segera menuju kamar Osman.Pada saat itu, di dalam kamar Osman. Dia sedang berdiri di depan meja sambil memegang pedang panjangnya yang penuh dengan noda darah. Beberapa penjahat sudah tergeletak di kakinya. Namun, jumlah penjahatnya terlalu banyak, sehingga masih ada puluhan penjahat lagi yang berdiri di kamarnya yang memegang pedang panjang dan menatapnya dengan penuh aura mem
"Nggak perlu basa-basi dengannya. Nggak peduli siapa pun orang ini, kita nggak boleh membiarkannya tetap hidup karena dia sudah menyadari tindakan kita. Kita buat dia mati menemani Osman." Pria itu melemparkan pedang di tangannya yang sudah patah ke lantai, lalu mengangkat tangan untuk memerintah orang-orang di belakangnya. Para pembunuh itu pun langsung menyerang ke arah Wira."Heh." Wira tersenyum dingin, lalu kembali mengangkat senapannya dan segera membidik ke arah para pembunuh itu.Bang bang bang!Terdengar suara tembakan, lalu terlihat banyak dari pembunuh itu sudah tergeletak di genangan darah. Dalam sekejap, hanya tersisa pria yang memimpin dan dua orang di belakangnya dari puluhan pembunuh itu. Semuanya terjadi dalam sekejap mata."Ini .... bagaimana mungkin?" Pria yang memimpin kelompok itu tidak berani percaya dengan apa yang sudah dilihatnya. Dia melihat apa yang telah terjadi di depannya dengan ekspresi terkejut dan kedua kakinya pun mulai lemas."Aku sudah dilatih sejak
Osman mulai berbicara.Namun, Osman belum selesai berbicara, Wira langsung berkata tanpa menoleh, "Pangeran, cepat pergi dari sini! Aku akan menghalangi mereka untuk sementara. Meskipun nggak punya senapan, orang-orang ini juga nggak bisa langsung membunuhku."Saat mengatakan itu, Wira sudah menyerang ketiga orang di depannya. Osman adalah kunci dari seluruh permainan ini. Jika ingin menyelesaikan permainan ini dengan baik, dia tidak boleh membiarkan Osman dalam bahaya. Itu akan berdampak besar dengan seluruh situasi.Osman ragu sejenak. Dia tahu dia hanya akan menambah beban Wira jika dia tetap tinggal di sana. Pada akhirnya, dia hanya bisa menggertakkan giginya dan berkata dengan nada muram, "Karena Tuan Wira sudah berkata seperti ini, aku pamit dulu. Tuan hanya perlu bertahan sebentar saja, aku akan segera mencari bantuan. Begitu orang-orang kita tiba, mereka nggak akan bisa lari ke mana pun lagi."Wira menganggukkan kepala, lalu langsung bertarung dengan orang-orang di depannya.Ma
Ekspresi Wira terlihat kecewa. Dia hampir saja berhasil menangkap pelakunya, tetapi pria itu malah akhirnya melarikan diri. Sungguh merepotkan!Osman dan Leli yang bersembunyi di kegelapan di belakang Wira pun sudah berjalan mendekat."Aku akan segera mengirim orang untuk mengejarnya, harusnya masih bisa menemukan jejak dan petunjuknya. Orang itu harusnya masih belum lari terlalu jauh, 'kan? Bagaimanapun juga, ini adalah wilayah istana. Aku akan segera mengeluarkan surat perintahnya. Aku memang bukan putra mahkota, tapi aku juga seorang pangeran. Mereka setidaknya harus menghormatiku," kata Osman dengan dingin.Wira mengernyitkan alis da berkata, "Nggak perlu terus mengejarnya lagi. Orang itu harusnya sudah pergi. Selain itu, kita sebaiknya nggak mengeluarkan surat perintah penangkapan agar nggak mengejutkan musuh."Setelah ragu sejenak, Osman akhirnya menganggukkan kepala. Dia sudah berencana bekerja sama dengan Wira, tentu saja harus tetap percaya pada rencana Wira. Dengan begitu, b
Sucipto memelototi pria yang berlutut di depannya, lalu berkata dengan nada dingin, "Kenapa kamu masih kembali padahal misimu sudah gagal? Sampah nggak berguna, nggak ada gunanya kamu hidup!"Sebelum pria itu sempat merespons, dua pengawal sudah memasuki ruangan itu dan langsung memenggal kepalanya. Sucipto pun menendang sebuah kursi hingga terbalik dan berkata sambil menunjuk ke arah darah dan mayat pria itu di lantai, "Bersihkan semua ini."Setelah orang-orang itu pergi, Izhar yang bersembunyi di kegelapan pun perlahan-lahan keluar. Malam itu, Wira dan yang lainnya memang sibuk mengurus situasi mereka, tetapi Sucipto dan Izhar juga tidak beristirahat dan terus menunggu kabar."Misinya gagal?" tanya Izhar."Orang ini tadi bilang mereka nggak membocorkan bahwa kita yang mengirim mereka untuk bertindak. Tapi, Osman nggak bodoh dan Wira ternyata masih berada di ibu kota, jadi mereka pasti bisa menebak semua ini berhubungan dengan kita. Berarti mereka sudah mencurigai kita. Sepertinya, ki
"Sepertinya, mereka berniat untuk melawan kita. Kita mungkin nggak bisa keluar dari kota sekarang. Kita harus kembali ke kediaman pangeran dan berdiskusi rencana selanjutnya dengan Ratu," kata Thalia dengan segera.Situasinya tidak menguntungkan karena identitas Wira sudah terbongkar dan mereka juga tidak memiliki banyak orang di sekitar mereka. Jika mereka benar-benar terjebak di dalam kota, konsekuensinya akan buruk. Dia adalah penguasa Provinsi Lowala, dia tidak boleh sampai celaka. Jika benar-benar terjadi sesuatu dengannya di wilayah Kerajaan Nuala, Danu dan yang lainnya pasti akan memimpin pasukan datang dan kedamaian di sembilan provinsi pun akan hancur. Ini bukan situasi yang diinginkannya."Aku akan menghubungi Biantara dulu untuk mencari tahu situasinya. Tapi menurutku, Sucipto dan Izhar bukan orang yang gegabah. Satunya ahli strategi dan satunya lagi ahli militer. Bagaimanapun juga mereka adalah pilar Kerajaan Nuala. Kalau Sucipto benar-benar mengerahkan pasukannya sekarang,
Wira tersenyum dan berkata, "Ada apa? Sekarang kita sudah menjadi saudara, urusanmu adalah urusanku juga. Nggak perlu sungkan padaku, langsung katakan saja.""Kamu juga tahu keluargaku miskin dan aku nggak punya uang sedikit pun. Bahkan untuk obat kakek semalam pun Kakak yang membayarnya .... Sekarang kakek tiba-tiba meninggal, aku malah nggak mampu membeli peti mati yang bagus untuk kakekku. Aku sungguh nggak berbakti! Aku berharap Kakak bisa meminjamkan sedikit uang padaku agar aku bisa memakamkan kakek dengan layak. Ini adalah keinginan terakhirku ...," kata Agha dengan lirih.Ini adalah hal terakhir yang bisa dilakukan Agha untuk Najib. Najib sudah merawatnya selama bertahun-tahun dan selalu memberikan yang terbaik untuknya. Dia sangat menghargai semua yang dilakukan Najib untuknya. Namun, sekarang dia sudah tidak membalas kebaikan Najib. Hal yang bisa dilakukannya sebagai balas budi terakhirnya adalah membeli sebuah peti mati yang lebih bagus dan memakamkan Najib dengan layak.Wir
Wira mengepalkan tinjunya dengan erat dan berkata, "Aku sudah tahu hal ini pasti ada hubungannya dengan mereka. Apa kamu sudah tahu tujuan mereka datang ke sini?"Puluhan ribu pasukan bisa langsung menghancurkan kota dalam sekejap. Osman sudah lama kehilangan kekuasaannya, hanya menyandang gelar pangeran saja dan tidak memiliki wewenang. Jika peperangan benar-benar terjadi, mereka tidak akan mendapatkan keuntungan apa pun. Pada akhirnya, Wira juga hanya bisa meninggalkan ibu kota untuk sementara waktu. Namun, jika sampai itu terjadi, Kerajaan Nuala akan benar-benar kehilangan kendali. Ditambah lagi, tindakannya selama ini akan menimbulkan kebencian dari Sucipto dan Izhar dan membuat keadaannya makin rumit. Ini bukan hasil yang diinginkannya."Aku tahu Tuan khawatir dengan hal ini. Jadi sebelum datang ke sini, aku sudah menangkap beberapa pasukan dan menanyakan tujuan mereka datang ke sini. Mereka bilang mereka datang untuk membantu kerajaan, bukan untuk memberontak. Jadi menurutku, mer
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m