"Mengenai Fathir, aku pasti akan menanganinya nanti." Fathir ini memang orang yang tangguh. Jika tidak, Fathir tidak akan mencapai posisi saat ini dan mendirikan Aliran Kegelapan sedikit demi sedikit. Wira tentu saja memahami hal ini, sehingga dia tidak menyalahkan Nafis."Terima kasih, Tuan," jawab Nafis, lalu segera keluar. Masih ada pertarungan besar yang akan dihadapi besok, dia harus istirahat untuk memastikan semuanya berjalan dengan lancar.Sudah larut malam dan Wira serta yang lainnya sudah tertidur nyenyak, tetapi saat ini para musuh mereka masih belum tertidur. Pemimpin dari berbagai suku sedang berkumpul bersama untuk membahas strategi dan semuanya terlihat khawatir."Kalian pasti sudah mendengar kabarnya, 'kan? Wira memimpin pasukannya ke sini dan sekarang akan segera berperang dengan kita. Apa yang harus kita lakukan? Kalian pasti sudah tahu reputasi Wira, 'kan? Dia bukan orang yang mudah untuk dihadapi. Kalau tahu akan seperti ini, diberi nyali pun aku nggak akan berani m
"Bukankah kalian biasanya gagah perkasa? Saat sebelumnya kita bersiap untuk menyerang Kerajaan Nuala, kalian juga membahas akan membagi-bagi wilayah Kerajaan Nuala, 'kan? Jadi, kenapa sekarang seperti ini? Mereka hanya memanggil bala bantuan saja, kalian sudah ketakutan seperti ini. Jangan lupa, tempat kita ini sulit untuk dijangkau. Kalau kita tetap bertahan di sini, Wira juga nggak bisa melakukan apa-apa meskipun dia mahir berperang dan punya bawahan yang ahli. Apa mereka benar-benar bisa mengancam kita?"Semua orang saling memandang dan tidak ada yang berani berbicara. Terus bersembunyi di dalam pegunungan juga bukan sebuah solusi jangka panjang."Siapa pun yang masih berani mengatakan hal-hal yang bisa mengacaukan semangat pasukan kita, jangan salahkan aku kalau aku nggak berbalas kasihan," maki Jordi lagi.Mendengar perkataan itu, semua orang tidak berani banyak berbicara lagi dan menganggukkan kepala untuk setuju. Di bawah tekanan itu, mereka tidak punya pilihan lain selain tundu
"Tadi di depan ada sekelompok orang yang datang. Aku maju untuk bertanya dan ternyata mereka adalah para pemimpin dari suku besar. Saat ini, mereka sudah diam-diam membunuh Jordi si pemimpin aliansi dan bersiap untuk berdamai dengan kita. Bagaimana menurut Tuan?" kata Biantara sambil tersenyum. Tidak perlu berperang adalah sebuah kabar baik. Bukan hanya bisa mengurangi korban dan menghindari permusuhan dengan suku-suku itu, ini juga sangat menguntungkan jika kelak mereka ingin mengendalikan tanah parah suku ini.Mata Wira juga bersinar. Dia segera mendekati Biantara, lalu menarik tangan Biantara dengan semangat dan bertanya, "Kamu sudah menyelidikinya dengan jelas? Ini bukan tipuan, 'kan?"Biantara segera menggelengkan kepala. "Tentu saja bukan! Sebelum datang ke sini, aku sudah menyelidiki situasi suku-suku besar dalam aliansi ini, jadi aku sangat memahami mereka. Kali ini mereka mengirim kepala Jordi dan Jordi ini memang pemimpin aliansi ini. Kalau kamu nggak percaya, aku yakin Nona
Bahkan tercium bau amis darah di udara di dalam tenda. Wira tentu saja percaya pada kemampuan Biantara. Lagi pula, dia belum pernah bertemu dengan Jordi sebelumnya. Dia yakin Biantara pasti sudah memeriksa dan memastikan kepala itu tidak bermasalah, dia malas untuk memeriksanya lagi.Setelah melihat ke sekeliling sejenak, Wira langsung tersenyum dan berkata sambil menunjuk pada kursi di kedua sisi, "Nggak perlu begitu tegang, aku nggak akan memakan kalian. Nggak perlu sungkan padaku, kalian langsung duduk saja.""Terima kasih, Tuan Wira," kata mereka secara serentak, lalu duduk.Wira yang duduk di kursi utama pun bertanya sambil tersenyum, "Aku sangat penasaran. Bukankah sebelumnya kalian selalu bertentangan dengan Kerajaan Nuala dan terus membuat kekacauan? Baru saja mendengar kabar aku akan datang, kalian malah langsung menyerah. Apa reputasiku benar-benar begitu besar sampai kalian menyerah saat mendengar kalian akan berhadapan denganku?"Wira juga merasa bangga. Jika berita ini ter
"Tuan Wira, kamu menyuruhku tetap tinggal di sini, apa ada sesuatu yang ingin dibicarakan? Atau sebelumnya aku ada melakukan kesalahan yang membuat Tuan nggak puas?" kata Bobby sambil menatap Wira dengan takut. Wira memiliki latar belakang yang kuat dan status yang mulia. Meskipun dia adalah pemimpin suku juga, dia hanya bisa merendahkan dirinya di depan Wira. Dia tidak ingin Wira tidak senang yang pada akhirnya dia tidak akan mendapatkan apa-apa dan hasilnya bisa dibayangkan.Wira melambaikan tangan dengan ekspresi santai, lalu bangkit dan berjalan ke sisi Bobby. Setelah menuangkan segelas arak untuk Bobby, dia berkata sambil tersenyum, "Tuan Bobby nggak perlu begitu cemas. Aku memintamu untuk tetap tinggal di sini karena memang ada beberapa hal yang ingin kubahas denganmu, tapi aku nggak akan mempersulitmu. Urusan ini bisa berhasil atau nggak juga nggak akan memengaruhi hubungan kita."Wira perlahan-lahan berbicara sambil menepuk bahu Bobby.Bobby menganggukkan kepala. Setelah ragu s
"Selain itu, kami seperti menjual kehormatan kami kalau kami memberikan tanah suku kami begitu saja. Saat kami kembali ke suku kami nanti, kami juga nggak tahu harus bagaimana menjelaskannya pada warga suku kami. Kamu adalah seorang pemimpin juga, kamu pasti tahu apa hasilnya kalau kehilangan kepercayaan rakyat sendiri, 'kan?" kata Bobby sambil terus menatap tatapan Wira, seolah-olah khawatir Wira akan marah.Wira hanya melambaikan tangannya sambil tersenyum, lalu berkata, "Kenyataannya memang begitu. Tapi, aku nggak berniat untuk menguasai suku kalian, aku hanya ingin bekerja sama dengan kalian. Aku akan terus membantu agar suku kalian makin berkembang. Yang kuinginkan sangat sederhana yaitu saat kelak aku membutuhkan kalian, kalian juga akan membantuku. Sekarang kamu sudah mengerti maksudku, 'kan?"Ternyata begitu maksud Wira. Dalam sekejap, Bobby sudah memahami maksud Wira dan menyadari ini adalah sebuah tawaran yang bagus. Asalkan Wira tidak ikut campur dalam urusan internal mereka
"Baiklah. Kalian semua nggak tenang saja, serahkan saja hal ini padaku. Kalian hanya perlu melaksanakan tugas kalian dengan baik saja, nggak perlu mengkhawatirkan ini lagi."Setelah menenangkan semua orang, Izhar menuju tenda besar di tengah pasukan. Para pengawal di depan pintu tenda itu menyambutnya dengan membungkuk, mereka juga sangat menghormatinya.Sucipto memiliki kekuasaan mutlak dalam bidang militer, sedangkan Izhar dihormati di seluruh kerajaan. Satunya ahli dalam sastra, satunya lagi dalam militer. Keduanya bekerja sama dengan sangat kompak karena mereka adalah pilar utama Kerajaan Nuala, sehingga Kerajaan Nuala ini baru bisa stabil.Saat Izhar baru saja memasuki tenda itu, terdengar suara teriakan yang keras. "Pergi! Bukankah aku sudah peringatkan kalian jangan biarkan siapa pun datang mengganggu kesenanganku? Siapa yang biarkan kalian masuk? Cepat pergi! Kalau nggak, aku akan bunuh kalian!"Izhar mengabaikan kata-kata Sucipto. Dia malah masuk ke dalam tenda besar itu dan t
"Tuan Izhar, kamu adalah orang paling cerdas di Kerajaan Nuala ini dan juga orang kepercayaan raja. Saat Kerajaan Nuala di ambang kehancuran, kita berhasil mempertahankan wilayah Kerajaan Nuala berkat bantuan dan strategi-strategi yang kamu berikan kepada Raja. Sekarang bencana sudah di depan mata, kenapa kamu malah menghela napas di sini dan nggak mengatakan apa-apa?" Saat mengatakan itu, Suprapto yang memiliki sifat terburu-buru itu terus mondar-mandir."Jenderal Sucipto, sebaiknya kamu duduk dan istirahat dulu. Kamu terus mondar-mandir di depanku membuat kepalaku agak pusing."Izhar terus melambaikan tangannya, lalu melanjutkan, "Sejujurnya, aku juga terus memikirkan hal ini selama beberapa hari ini, tapi sayangnya, aku masih tidak punya ide yang bagus. Jenderal Sucipto bisa minum di sini, pasti sudah memikirkan strateginya, 'kan? Hanya saja, entah itu boleh dilakukan atau nggak saja. Benar, 'kan?"Sucipto juga tidak menyembunyikan apa pun dan menganggukkan kepala."Jenderal Sucipto
Wira beserta Adjie dan Nafis berjalan perlahan-lahan menuju kemah utama untuk kavaleri. Kemah untuk kavaleri dari Kerajaan Nuala letaknya berdampingan dengan kemah di tengah kota, sehingga saat ini mereka bisa melihat sudah ada banyak tali perangkap kuda yang terhampar di luar kemah tengah itu.Melihat begitu banyak tali perangkap kuda, Wira merasa agak bersemangat. Jika semua benda ini bisa diletakkan di Dataran Haloam, pasukan utara pasti akan kesulitan.Begitu memasuki kemah Pasukan Harimau, dua pria yang mengenakan zirah langsung menghentikan langkah Wira dan yang lainnya. Mereka membawa pedang militer di pinggang dan busur serta dua set anak panah di punggung mereka.Wira langsung mengeluarkan lencana dan berkata, "Aku ini Wira, aku ingin mengerahkan tiga ribu pasukan. Siapa yang memimpin di sini? Panggil dia ke sini untuk bertemu denganku."Orang yang membawa bendera biasanya adalah komandan utama pasukan. Di medan perang, dia akan bertarung mati-matian sambil mengangkat bendera.
Wira terlihat tertegun sejenak setelah mendengar laporan dari mata-mata, lalu dia tiba-tiba merasa sangat senang dan berkata, "Baiklah. Kalau begitu, kita jalankan sesuai rencana kita. Jenderal Trenggi, aku percayakan kota ini padamu."Trenggi menganggukkan kepala. Setelah itu, dia mengeluarkan sebuah lencana, lalu langsung menyerahkannya pada Wira dan berkata, "Tuan Wira, lencana ini bisa memungkinkanmu untuk langsung membawa pergi tiga ribu Pasukan Harimau. Untuk berjaga-jaga, aku serahkan wewenang untuk mengatur Pasukan Harimau ini padamu untuk sementara."Wira langsung tertegun sejenak saat mendengar perkataan Trenggi, jelas tidak menyangka Trenggi bisa begitu percaya padanya. Meskipun hubungannya dan Osman cukup baik, dia jarang berurusan dengan Trenggi sebelumnya.Namun, sekarang Trenggi malah langsung memberikan kesempatan besar ini pada Wira, sehingga dia benar-benar merasa sangat terharu. Meskipun lencana itu hanya bisa mengerahkan tiga ribu Pasukan Harimau, itu juga sudah ter
Tempat seperti Hutan Bambu Mayu memang sangat cocok untuk digunakan sebagai tempat penyergapan.Melihat tempat itu, Wira menganggukkan kepala dan berkata, "Kalau begitu, ini memang nggak bermasalah bagi kita. Tapi, aku penasaran, bagaimana kalau kita mengatur penyergapan di Hutan Bambu Mayu ini?"Mata Adjie langsung bersinar dan segera berkata, "Tuan, aku juga berpikir seperti itu. Kalau kita menyiapkan penyergapan di sini, pasukan musuh juga nggak akan bisa menemukan kita. Selama kita terus bertarung sambil melangkah mundur dan ditambah lagi adanya tali perangkap kuda, aku jamin mereka nggak akan selamat."Wira menganggukkan kepala. Jika memang seperti itu, rencana ini memang cukup baik. Namun, jika hanya sebatas itu saja, dia malah merasa ada sesuatu yang tidak beres. Setelah terdiam sejenak, dia sepertinya teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Aku merasa sepertinya ada yang kurang. Rencana ini akan berhasil kalau pasukan musuh mengejar kita.""Bagaimana kalau mereka memutusk
Mendengar perkataan itu, Agha yang di samping pun tersenyum dan berkata, "Tuan, tali untuk perangkap kuda ini ada. Saat aku dan Latif pergi membujuk orang-orang itu, kami menemukan banyak tali perangkap kuda di kemah utama di sana. Cukup untuk kita gunakan."Ekspresi Wira langsung terlihat senang, lalu menatap ke arah Latif.Latif pun tersenyum, lalu maju dan berkata, "Benar. Kami memang menemukan banyak tali perangkap kuda di sana, jadi ini bukan masalah lagi. Aku akan pergi menyuruh mereka untuk memindahkannya ke sini sekarang juga."Setelah berhasil membujuk para prajurit di dalam kita untuk menyerah, Latif memeriksa dan menemukan jumlah mereka tidak sampai sepuluh ribu orang. Meskipun jumlahnya masih kalah dibandingkan dengan pasukan Trenggi, jumlah ini juga tidak termasuk sedikit. Oleh karena itu, dia berniat menyerahkan tanggung jawab ini pada Agha untuk menghindari kesalahpahaman.Namun, setelah mendengar pemikiran itu, Wira langsung menyerahkan wewenang untuk memimpin para praj
Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi
Sepanjang perjalanan, Trenggi terus berpikir apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan Wira dari Provinsi Lowala. Namun, setelah bertemu Wira, dia merasa sangat terharu. Dia benar-benar tidak menyangka Wira begitu tampan dan karismatik, pantas saja banyak orang di sembilan provinsi yang merasa Wira sangat bisa diandalkan. Hari ini, dia membuktikan sendiri kabar itu memang benar.Setelah semua pasukan besar dari Kerajaan Nuala memasuki kota, Wira langsung memerintahkan bawahannya untuk menutup gerbang kota.....Di dalam kediaman wali kota, Wira menatap Trenggi dan para jenderalnya yang masuk. Latif dan Agha yang sebelumnya pergi untuk membujuk orang-orang di kota juga sudah kembali. Saat melihat Trenggi dan Hayam, semua orang basa-basi terlebih dahulu.Setelah itu, Wira menarik Latif dan berkata, "Ayo, aku perkenalkan kamu dulu. Ini adalah saudara baru kami. Kalau bukan karena dia, mungkin nyawa kami sudah tiada saat sedang bersembunyi di hutan. Untung saja dia bersedia membantu
Wira menatap Nafis dan berkata, "Tinggalkan satu mata-mata untuk memandu pasukan besar Jenderal Trenggi, yang lainnya kembali ke sini. Kirim mereka ke utara dan minta mereka untuk terus memantau gerakan di sana. Kalau mereka menemukan pasukan utara, segera laporkan ke sini.""Baik," jawab Nafis.Setelah keduanya pergi, Wira baru mencari peta. Setelah melihat bagian atas peta itu, dia berkata dengan tenang, "Sekarang kita belum tahu pasukan utara itu ada di mana. Tapi, kalau mereka bergerak dengan cepat dan menurut waktu yang diberi tahu Kunaf tadi, sekarang mereka harusnya sedang melintasi Pulau Hulu."Mengingat jenderal tangguh dari pihak musuh adalah Zaki yang merupakan tangan kanan Bimala, Wira berpikir apakah dia bisa menggunakan Zaki ini untuk mengancam Bimala agar menyerahkan Bobby. Meskipun sekarang dia belum mengetahui kabar tentang Bobby, Zaki sebagai tangan kanan Bimala ini seharusnya tahu. Jika bahkan hal ini pun tidak tahu, Zaki ini benar-benar tidak berguna.Saat sedang me
Semua orang tertegun sejenak saat mendengar perkataan Latif. Menurut mereka, sepuluh orang memang terlalu sedikit.Saat Latif hendak menjelaskan maksudnya, saat itu Wira malah berkata, "Benar, sepuluh orang memang terlalu sedikit. Lebih baik mengikuti saran Adjie, bawa 100 orang bersamamu saja. Kalau terjadi masalah, kalian juga bisa saling membantu."Latif yang merasa terharu oleh kata-kata Wira segera memberi hormat pada Wira, lalu berdiri dan berkata, "Tuan, kalian sudah salah paham, aku nggak ingin bertindak secara besar-besaran. Kalau bukan karena takut kamu akan khawatir atau nggak ada yang melaporkan padamu, aku bisa pergi ke sana sendirian.""Para prajurit ini nggak penting, yang perlu ditangani adalah wakil jenderal yang memimpin mereka. Dia adalah orang kepercayaan Kunaf. Sekarang Kunaf sudah ditangkap, mereka pasti nggak akan menyerah pada kita. Karena Kunaf ini memegang kekuasaan besar, jadi wakil jenderal ini lebih seperti boneka. Justru karena itulah, aku yakin bisa menan
Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah