Bahkan tercium bau amis darah di udara di dalam tenda. Wira tentu saja percaya pada kemampuan Biantara. Lagi pula, dia belum pernah bertemu dengan Jordi sebelumnya. Dia yakin Biantara pasti sudah memeriksa dan memastikan kepala itu tidak bermasalah, dia malas untuk memeriksanya lagi.Setelah melihat ke sekeliling sejenak, Wira langsung tersenyum dan berkata sambil menunjuk pada kursi di kedua sisi, "Nggak perlu begitu tegang, aku nggak akan memakan kalian. Nggak perlu sungkan padaku, kalian langsung duduk saja.""Terima kasih, Tuan Wira," kata mereka secara serentak, lalu duduk.Wira yang duduk di kursi utama pun bertanya sambil tersenyum, "Aku sangat penasaran. Bukankah sebelumnya kalian selalu bertentangan dengan Kerajaan Nuala dan terus membuat kekacauan? Baru saja mendengar kabar aku akan datang, kalian malah langsung menyerah. Apa reputasiku benar-benar begitu besar sampai kalian menyerah saat mendengar kalian akan berhadapan denganku?"Wira juga merasa bangga. Jika berita ini ter
"Tuan Wira, kamu menyuruhku tetap tinggal di sini, apa ada sesuatu yang ingin dibicarakan? Atau sebelumnya aku ada melakukan kesalahan yang membuat Tuan nggak puas?" kata Bobby sambil menatap Wira dengan takut. Wira memiliki latar belakang yang kuat dan status yang mulia. Meskipun dia adalah pemimpin suku juga, dia hanya bisa merendahkan dirinya di depan Wira. Dia tidak ingin Wira tidak senang yang pada akhirnya dia tidak akan mendapatkan apa-apa dan hasilnya bisa dibayangkan.Wira melambaikan tangan dengan ekspresi santai, lalu bangkit dan berjalan ke sisi Bobby. Setelah menuangkan segelas arak untuk Bobby, dia berkata sambil tersenyum, "Tuan Bobby nggak perlu begitu cemas. Aku memintamu untuk tetap tinggal di sini karena memang ada beberapa hal yang ingin kubahas denganmu, tapi aku nggak akan mempersulitmu. Urusan ini bisa berhasil atau nggak juga nggak akan memengaruhi hubungan kita."Wira perlahan-lahan berbicara sambil menepuk bahu Bobby.Bobby menganggukkan kepala. Setelah ragu s
"Selain itu, kami seperti menjual kehormatan kami kalau kami memberikan tanah suku kami begitu saja. Saat kami kembali ke suku kami nanti, kami juga nggak tahu harus bagaimana menjelaskannya pada warga suku kami. Kamu adalah seorang pemimpin juga, kamu pasti tahu apa hasilnya kalau kehilangan kepercayaan rakyat sendiri, 'kan?" kata Bobby sambil terus menatap tatapan Wira, seolah-olah khawatir Wira akan marah.Wira hanya melambaikan tangannya sambil tersenyum, lalu berkata, "Kenyataannya memang begitu. Tapi, aku nggak berniat untuk menguasai suku kalian, aku hanya ingin bekerja sama dengan kalian. Aku akan terus membantu agar suku kalian makin berkembang. Yang kuinginkan sangat sederhana yaitu saat kelak aku membutuhkan kalian, kalian juga akan membantuku. Sekarang kamu sudah mengerti maksudku, 'kan?"Ternyata begitu maksud Wira. Dalam sekejap, Bobby sudah memahami maksud Wira dan menyadari ini adalah sebuah tawaran yang bagus. Asalkan Wira tidak ikut campur dalam urusan internal mereka
"Baiklah. Kalian semua nggak tenang saja, serahkan saja hal ini padaku. Kalian hanya perlu melaksanakan tugas kalian dengan baik saja, nggak perlu mengkhawatirkan ini lagi."Setelah menenangkan semua orang, Izhar menuju tenda besar di tengah pasukan. Para pengawal di depan pintu tenda itu menyambutnya dengan membungkuk, mereka juga sangat menghormatinya.Sucipto memiliki kekuasaan mutlak dalam bidang militer, sedangkan Izhar dihormati di seluruh kerajaan. Satunya ahli dalam sastra, satunya lagi dalam militer. Keduanya bekerja sama dengan sangat kompak karena mereka adalah pilar utama Kerajaan Nuala, sehingga Kerajaan Nuala ini baru bisa stabil.Saat Izhar baru saja memasuki tenda itu, terdengar suara teriakan yang keras. "Pergi! Bukankah aku sudah peringatkan kalian jangan biarkan siapa pun datang mengganggu kesenanganku? Siapa yang biarkan kalian masuk? Cepat pergi! Kalau nggak, aku akan bunuh kalian!"Izhar mengabaikan kata-kata Sucipto. Dia malah masuk ke dalam tenda besar itu dan t
"Tuan Izhar, kamu adalah orang paling cerdas di Kerajaan Nuala ini dan juga orang kepercayaan raja. Saat Kerajaan Nuala di ambang kehancuran, kita berhasil mempertahankan wilayah Kerajaan Nuala berkat bantuan dan strategi-strategi yang kamu berikan kepada Raja. Sekarang bencana sudah di depan mata, kenapa kamu malah menghela napas di sini dan nggak mengatakan apa-apa?" Saat mengatakan itu, Suprapto yang memiliki sifat terburu-buru itu terus mondar-mandir."Jenderal Sucipto, sebaiknya kamu duduk dan istirahat dulu. Kamu terus mondar-mandir di depanku membuat kepalaku agak pusing."Izhar terus melambaikan tangannya, lalu melanjutkan, "Sejujurnya, aku juga terus memikirkan hal ini selama beberapa hari ini, tapi sayangnya, aku masih tidak punya ide yang bagus. Jenderal Sucipto bisa minum di sini, pasti sudah memikirkan strateginya, 'kan? Hanya saja, entah itu boleh dilakukan atau nggak saja. Benar, 'kan?"Sucipto juga tidak menyembunyikan apa pun dan menganggukkan kepala."Jenderal Sucipto
"Kita bisa bergerak diam-diam, nggak diketahui siapa pun. Bahkan para bawahan Wira yang kasar itu juga nggak akan tahu ini adalah tindakan kita. Jangan lupa, Bobby dan yang lainnya sudah membunuh Jordi. Kalau orang-orang Jordi yang berencana untuk mencelakai Wira di dalam pegunungan itu, bukankah alasan ini masuk akal juga?" kata Sucipto sambil tersenyum, sebuah rencana licik sudah muncul di benaknya.'Bagus!" Izhar juga tersenyum dan mengacungkan jempol kepada Sucipto yang memang adalah seorang jenderal yang berani dan cerdik. Ada orang seperti Sucipto yang menjaga Kerajaan Nuala, dia tidak perlu mengkhawatirkan apa pun.....Di lokasi pesta di dalam hutan. Wira dan yang lainnya termasuk Danu dan Nafis sedang duduk di sana, kecuali Biantara.Bagaimanapun juga, Biantara memiliki tugas penting lainnya yaitu mengumpulkan informasi yang berguna. Wira baru saja berhubungan dengan orang-orang dari berbagai suku di utara dan sekarang masih belum memahami situasi suku-suku itu sepenuhnya. Dia
Namun, Wira bukan orang yang baik-baik. Jika ingin mencelakainya, lawannya harus mempertimbangkan kekuatan mereka sendiri terlebih dahulu."Kalau begitu, semoga kerja sama kita menyenangkan!" kata Wira, lalu semua orang kembali minum-minum lagi.Setelah pesta perjamuan selesai, cara jalan Wira juga agak terhuyung-huyung. Bagaimanapun juga, dia sudah minum banyak hingga keadaannya juga berubah banyak. Dia memiliki lima puluh ribu pasukan, Danu, dan Nafis, sehingga dia merasa tenang dan berani minum sampai mabuk.Di kegelapan, ada beberapa sosok yang berkumpul di luar perkemahan Wira dan yang lainnya dan mengawasi cahaya dari api di perkemahan dengan tatapan yang penuh ancaman. Pria yang berdiri di paling depan dengan bekas luka di wajah dan mengenakan topeng berkata pada puluhan orang di belakangnya, "Sebelum datang ke sini, aku sudah memberi tahu kalian semua misi kali ini adalah hidup atau mati. Tapi, kita harus menyelesaikan tugas dari jenderal. Meskipun harus mengorbankan nyawa kita
Setelah mendengar perintah dari pria dengan bekas luka di wajah, rasa takut di hati semua orang mulai menghilang. Mereka sudah siap untuk mati, meskipun hari ini tidak berhasil membunuh Wira. Mereka sudah masuk ke sarang musuh, mau melarikan diri pun sudah sangat sulit. Lebih baik mereka memanfaatkan kesempatan ini untuk membunuh Wira terlebih dahulu, lalu memikirkan langkah mereka selanjutnya."Bang bang bang!" Saat orang-orang itu makin mendekat, Wira terus menembak hingga terus terdengar suara tembakan dan satu per satu orang itu tergeletak di tanah. Namun, jumlah musuhnya banyak, sehingga Wira tetap terpojok dengan kepungan mereka."Kamu sudah di ujung tanduk pun masih ingin terus melawan?" kata pria dengan bekas luka di wajah sambil menatap Wira dengan ganas."Hari ini adalah hari kematianmu!" Setelah mengatakan itu, pria dengan bekas luka di wajah itu menarik pedang panjangnya dan segera menyerang Wira, jelas berniat untuk merenggut nyawa Wira."Kling!" Saat pria dengan bekas lu
Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai
Kaffa tidak menyahut. Dia tidak percaya pada omongan para perampok ini. Penjahat selamanya adalah penjahat!Ini sama seperti orang baik. Tidak peduli apa yang terjadi, mereka tidak akan pernah tunduk pada kejahatan, apalagi mencelakai orang.Namun, karena Wira telah berbicara demikian, Kaffa tidak berani membantah lagi. Hanya saja, dia masih merasa agak enggan.Nyawa mereka semua ada di tangan Wira. Kaffa merasa agak takut setelah melihat Wira membunuh Jaguar tadi. Jika menyinggung Wira, nasibnya mungkin akan sama dengan Jaguar.Apalagi, Kaffa masih punya adik. Apa pun yang terjadi, dia harus memastikan keselamatan Shafa. Sekalipun nyawa taruhannya, dia tetap harus melindungi Shafa."Siapa namamu? Kulihat kamu sangat pintar bicara dan pintar menilai situasi," tanya Wira kepada pria berwajah tirus itu.Pria itu bergegas menghampiri Wira, lalu menyeka keringat dinginnya sambil memperkenalkan diri, "Namaku Sahim.""Sahim? Oke, aku sudah ingat." Wira mengangguk.Ketika melihat Wira berinis
Tidak ada yang gratis di dunia ini. Kini, seseorang yang begitu kuat dan punya kuasa tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Hal ini tentu membuat mereka merasa curiga."Letakkan senjata kalian sekarang juga! Kalau ada yang berani macam-macam, jangan salahkan aku mengambil tindakan," ancam Wira dengan dingin.Semua orang bertatapan. Tidak ada yang berani ragu sedikit pun. Mereka buru-buru melempar golok mereka ke samping.Di mana mereka, Wira tidak ada bedanya dengan malaikat maut. Jika terus berbasa-basi dengan Wira, takutnya mereka semua akan mati di sini. Tidak ada yang ingin mati!Sekalipun profesi mereka adalah perampok, mereka melakukannya hanya untuk bertahan hidup.Saat berikutnya, para perampok itu berlutut. Pria berwajah tirus itu berkata, "Kak Jaguar sudah mati. Mulai sekarang, kami akan mengikutimu! Kamu adalah bos kami! Kami nggak akan menentang perintahmu, sekalipun nyawa taruhannya!"Semua orang buru-buru menyatakan sikap mereka. Wira tersenyum dingin, lalu berujar, "Kalau b
"Kamu yakin besi di tanganmu itu bisa membunuhku? Kamu kira kami bakal takut?" Jaguar menatap Wira dengan tidak acuh. Orang-orang di belakangnya sontak tertawa, merasa nyali Wira terlalu besar.Jumlah mereka terlalu banyak. Sekalipun Wira dan kedua anak itu bernyawa sembilan, mereka tetap tidak akan bisa melawan. Sepertinya, Wira ketakutan hingga menjadi bodoh."Tuan muda kaya yang dimanjakan sejak kecil memang begini. Mereka nggak bisa menilai situasi dengan baik. Kalau begitu, gimana kalau kita bunuh saja mereka?" usul pria berwajah tirus itu."Kulihat kedua anak di belakangnya itu bukan dari keluarga kaya. Kita bunuh saja mereka supaya tuan muda ini tahu semenakutkan apa kematian. Dengan begini, dia nggak bakal berani bersikap sombong lagi."Kaffa dan Shafa sontak terkesiap. Jika mereka dibawa ke markas perampok, setidaknya mereka bisa mencari kesempatan untuk kabur. Namun, jika mati di sini, bukankah usaha mereka untuk bertahan hidup akan sia-sia? Mereka tidak ingin mati!""Gadis i
Begitu ucapan ini dilontarkan, orang-orang segera bersorak untuk menyetujuinya. Semua orang memaki Wira, membuat Wira terdengar seperti pendosa besar.Wira merasa kecewa. Dia mengusahakan yang terbaik untuk para rakyat, tetapi kebaikannya tidak diterima dan orang-orang bahkan menghinanya.Sebelum Wira bersuara, Kaffa tiba-tiba maju dan berkata dengan lantang, "Omong kosong apa yang kalian bicarakan? Tuan Wira sangat baik pada kita! Jalur perairan sangat menguntungkan bagi para rakyat. Semuanya mendapat keuntungan.""Bencana ini bisa terjadi juga karena ada orang yang melakukan korupsi. Orang-orang itu pasti memakai bahan yang murah. Ini bukan salah Tuan Wira!""Memangnya kalian nggak merasa bersalah menghinanya seperti ini? Jangan lupa. Kalau Tuan Wira nggak membuat kesepakatan dengan kerajaan lain, kita nggak bakal melewati kehidupan damai sekarang!"Wira cukup terkejut melihat keberanian Kaffa. Pemuda ini makin menarik saja. Dia tidak melupakan kebaikan orang lain. Sepertinya, Kaffa
"Kak." Shafa memanggil dan berkata dengan hati-hati, "Kehidupan kita pasti akan makin membaik. Kita nggak boleh membiarkan orang tua kita khawatir. Kamu nggak usah cemas. Aku bukan anak kecil lagi. Aku bisa jaga diri sendiri."Wira merasa agak terharu melihat betapa dekatnya kedua bersaudara ini. Namun, dia tidak mengatakan apa pun untuk merusak suasana.Beberapa saat kemudian, suasana hati kedua bersaudara ini mulai membaik. Ketika mereka hendak melanjutkan perjalanan, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki.Saat berikutnya, sejumlah besar pria kekar muncul di hadapan mereka. Beberapa dari mereka memegang golok. Tatapan mereka tertuju pada Wira dan lainnya lekat-lekat.Yang berdiri di barisan paling depan adalah seorang pria berwajah tirus. Dia berkata, "Kak, kulihat pakaian orang ini lumayan bagus. Sepertinya dia bukan orang biasa. Sepertinya kita bakal untung besar kali ini!"Seseorang yang berada di belakang kerumunan berjalan maju. Pria ini memakai kulit harimau. Dia mengamati Wir
"Oke. Lagian, aku bosan sendirian. Kalau kalian ikut, pasti lebih seru. Kita bisa ngobrol sepanjang perjalanan."Setelah membuat keputusan, ketiga orang itu pun sama-sama berangkat. Setelah melewati lereng bukit, terlihat desa pegunungan yang hancur di kejauhan. Karena terletak di dataran yang agak rendah, banyak air tergenang di sana. Rumah-rumah di dalamnya pun telah hancur.Wira tak kuasa menghela napas. "Bencana alam ini menyebabkan banyak kerugian. Entah sudah berapa desa yang hancur ...."Wira merasa sedih. Cintanya terhadap rakyat tidak perlu diragukan lagi. Jika tidak, mana mungkin dia repot-repot membuat kesepakatan dengan keempat kelompok besar. Tanpa inisiatif Wira, perang pasti masih terjadi sampai sekarang.Sayangnya, jalur perairan yang dibangunnya dengan tujuan mengembangkan kehidupan para rakyat, malah membawa kerugian sebesar ini sekarang. Kini, para rakyat tidak punya tempat tinggal dan kesulitan untuk melanjutkan hidup. Wira merasa dirinya adalah pendosa besar.Semen
Kaffa telah menghabiskan rotinya. Setelah minum beberapa teguk air, rona wajahnya menjadi jauh lebih baik. Energinya juga sudah pulih.Shafa makan lebih lambat. Beberapa saat kemudian, dia baru menghabiskan makanannya. Bibirnya masih terlihat agak pucat, tetapi dia sudah lebih berenergi.Semua ini berkat Wira. Tanpa roti dan air yang diberikan Wira, mungkin mereka berdua akan mati malam ini. Selain itu, sangat berbahaya untuk melewati hutan di situasi seperti ini.Sejak terjadi banjir besar, banyak binatang buas yang bermunculan karena tidak ada pembatas. Jika tidak berhati-hati, mereka mungkin bisa menjadi makanan para binatang buas.Tiba-tiba, Kaffa menghampiri Wira dan berlutut di depannya. Wira hendak memapahnya, tetapi Kaffa menolak. Wira pun bertanya, "Apa yang kamu lakukan?"Shafa juga ikut berlutut. Ketika melihat ini, Wira hanya bisa menggeleng. "Aku membantu kalian cuma karena kita kebetulan bertemu. Aku nggak mungkin membiarkan kalian mati di depanku, 'kan?""Lagian, yang ku
Usai mengatakan itu, gadis itu mengalihkan tatapannya kepada kakaknya dan menjelaskan, "Kak, kamu sudah salah paham. Nggak ada racun kok. Aku cuma tersedak karena makan terlalu cepat."Pemuda itu hanya bisa menunduk dan terdiam saat menyadari dirinya telah salah paham terhadap Wira. Dia tahu dirinya terlalu picik.Wira berdeham untuk memecah keheningan. "Kalau aku benaran taruh racun di makanan kalian, yang keracunan bukan cuma adikmu saja, tapi kamu juga.""Selain itu, kalau ingin macam-macam dengan kalian, targetku pasti kamu. Nggak mungkin adikmu, 'kan?"Pemuda itu seketika memahami maksud Wira. Adiknya sudah sekarat. Jika Wira memang berniat jahat pada adiknya, adiknya tidak mungkin punya kemampuan untuk melawan. Hal ini berlaku juga untuk dirinya. Dia sudah tidak makan tiga hari tiga malam, jadi tidak mungkin bisa melawan Wira.Jadi, kalaupun Wira benar-benar menaruh racun di makanan mereka, Wira pasti akan menargetkannya dan bukan adiknya. Sepertinya, dia memang sudah salah paham