Tiga hari kemudian, Wira sudah memimpin semua orang kembali ke Kota Limaran. Namun, dia tidak langsung kembali ke kediamannya, melainkan langsung menuju Gunung Nasaka dengan ditemani oleh Nafis.Untungnya, Arjuna masih tetap tinggal di kaki gunung itu dan saat ini sedang tidur nyenyak di gazebo. Meskipun ada beberapa pemuda berbakat yang sedang menulis puisi di sekitar gazebo itu, tidak ada yang peduli dengan Arjuna. Kelihatan jelas mereka sudah terbiasa dengan pemandangan itu. Menurut mereka, Arjuna hanya seorang gelandangan, sama sekali tidak layak untuk menghabiskan waktu mereka."Uhuk uhuk." Saat mendekati Arjuna, Wira berdeham beberapa kali.Arjuna yang sedang tidur pun perlahan-lahan membuka matanya, lalu merapikan rambut di keningnya dengan tangan. Dia baru melihat jelas orang yang berdiri di depannya dan Nafis yang menggenggam kantong kain yang masih terdapat bercak darah besar. Dalam sekejap, dia seolah-olah memahami sesuatu. Setelah terkejut sejenak, dia langsung duduk tegak
"Bagaimanapun juga, jalur air di sini sangat luat hingga terhubung dengan berbagai daerah. Sekarang, aku sedang menjalankan proyek hidrolik dan sebentar lagi akan selesai. Tapi, aku nggak punya orang yang bisa dipercayakan untuk mengelola semua ini. Aku memang punya banyak saudara, tapi mereka nggak sanggup mengelola kota ini. Setelah merenungkan semuanya, kamu adalah pilihan terbaik. Lagi pula, Tuan Huben juga memujimu. Dia sangat yakin kamu mampu mengelola kota ini dengan baik," kata Wira sambil sengaja menyebut nama Huben juga.Para sastrawan tentu saja akan menghargai sesama kaumnya, sedangkan Huben adalah orang yang paling menonjol di antara mereka. Dia memang tidak memiliki gelar resmi, tetapi dia sangat berbakat. Jika tidak, saat itu para pengikut Aliran Kegelapan tidak akan mengincarnya dan akhirnya menjadi target pembunuhan mereka saat mereka tidak bisa mendapatkannya.Oleh karena itu, Wira ingin berterima kasih pada pengikut Aliran Kegelapan itu. Berkat adanya insiden ini, hu
Setelah pesta selesai, Wira dan yang lainnya melanjutkan minum hingga mabuk. Bagaimanapun juga, suasana hati mereka sangat baik karena semua masalah sudah diselesaikan, terutama Arjuna. Selama bertahun-tahun ini, dia selalu tidak menyentuh minuman dan hatinya terus memikirkan balas dendam. Namun hari ini, dia minum banyak dan mabuk hingga tidak sadarkan diri, lebih parah daripada Wira dan yang lainnya.Sebenarnya, Arjuna hanya merasa senang saja karena dendam orang tuanya sudah terbalaskan, ini adalah hal yang telah dia harapkan sepanjang hidup ini. Sekarang, usianya sudah lebih dari setengah abad. Awalnya, dia berpikir dia tidak akan bisa membalaskan dendam orang tuanya, tetapi Wira membantunya menyelesaikan impiannya. Tidak ada beban di hatinya lagi, tentu saja dia ingin berpesta sepuasnya. Dia merasa tidak sia-sia menjalani hidup di dunia ini.Di dalam kamar, Thalia memapah Wira yang mabuk ke sisi tempat tidur, lalu mendorongnya ke tempat tidur dengan kasar."Sungguh menyebalkan! Ak
"Kalau tadi kamu bertindak, aku nggak akan ragu-ragu menyerangmu dan menunjukkan padamu kekuatan senapanku. Lagi pula, kamu jangan lupa, nyawamu ada di tanganku. Di seluruh dunia ini, nggak ada seorang pun yang bisa menyembuhkan racunmu. Kalau aku mati, hidupmu juga nggak akan lama," kata Wira sambil mendekati Thalia, sehingga Thalia makin waspada terhadapnya.Wira tidak memedulikan Thalia, melainkan duduk di depan meja dan menuangkan secangkir teh untuk dirinya sendiri. Setelah meneguk secangkir teh hangat, dia langsung merasa jauh lebih nyaman.Dia meregangkan pinggangnya dan berkata dengan tenang, "Aku masih nggak mengerti kenapa kamu tiba-tiba mencariku. Meskipun kamu bukan senior dari para pengikut Aliran Kegelapan, setidaknya kamu nggak kekurangan uang. Ini membuktikan kamu pasti punya rencana lain. Tapi, aku tetap nggak mengerti kenapa kamu memberikan hadiah besar ini padaku secara gratis. Apa sebenarnya tujuanmu?"Selama beberapa hari ini, Wira terus memikirkan hal ini. Dia tid
"Kamu benar-benar bersedia melepaskanku?" tanya Thalia karena tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Wira dijuluki sebagai iblis di Aliran Kegelapan, sedangkan aliran itu selalu mengeklaim bahwa mereka akan memulihkan keadaan dunia dan menyelamatkan rakyat dari kesulitan. Entah sejak kapan, Wira mulai menjadi musuh nomor satu dari Aliran Kegelapan."Kalau nggak? Apa gunanya aku membiarkanmu tetap di sisiku? Pria lain mungkin akan tergoda dengan kecantikanmu, tapi kamu pikir aku akan sama seperti mereka yang melihat wanita cantik saja langsung nggak bisa menahan diri?" Wira memiliki banyak wanita cantik di rumah. Baik Wulan, Dewina, Dian, ataupun yang lainnya, semuanya adalah wanita yang sangat cantik. Jika mereka bekerja di tempat pelacuran, mungkin Thalia tidak akan ada apa-apanya."Terima kasih banyak untuk penawar racunnya." Thalia juga tidak merasa marah karena kata-kata Wira, melainkan langsung mengambil penawar racun di atas meja dan meminumnya. Dia langsung merasa jauh lebih
Namun, orang itu tetap mengabaikan Thalia. Wajah orang itu ditutupi dengan topeng, jelas sengaja menyembunyikan identitasnya."Kamu bukan orang Wira. Dia selalu jujur dan terbuka. Kalau dia ingin membunuhku, nggak perlu bertele-tele seperti ini dan memberikanku penawar racun itu." Thalia langsung menyadari hal itu dan menyipitkan matanya. Rasa sakit di lukanya sudah merangsang sarafnya dan membuatnya secara refleks menebak identitas pria di depannya ini."Kamu orang dari Aliran Kegelapan, Prakasa!" teriak Thalia. Dia merasa lucu karena ternyata dirinya juga menjadi korban pengkhianatan."Tebakanmu benar. Dasar wanita busuk nggak berguna! Bukan hanya nggak berhasil membunuh Wira, kamu juga membuatku mengorbankan begitu banyak pengikut dengan sia-sia. Kalau nggak membunuhmu, aku nggak bisa menjelaskan ini pada pemimpin. Salahkan saja dirimu yang nggak berguna, matilah!" kata Prakasa dengan nada yang makin dingin. Yang membuatnya makin benci dan marah adalah Thalia malam tidur sekamar den
"Apa yang telah terjadi? Bukankah Thalia sudah meninggalkan Kota Limaran? Apa ada orang yang melanggar perintahku dan sengaja mempersulitnya?" kata Wira dengan dingin. Dia tidak terlalu membenci Thalia, bahkan menganggap Thalia sebagai temannya dalam beberapa hal. Sekarang, saat mengetahui Thalia dalam masalah, dia tentu saja merasa gelisah."Bukan orang-orang kita yang melakukannya. Saat orang-orang kita menemukan Thalia, dia sudah tergeletak dalam genangan darah dan lukanya sangat parah. Dia sendiri yang menangani lukanya sebelumnya, jadi dia kehilangan banyak darah. Kalau kita segera menemukannya, mungkin sekarang dia sudah mati." Nafis segera melaporkan situasinya.Tak lama kemudian, Wira dan Nafis sudah keluar dari kediaman. Beberapa saat kemudian, keduanya sudah tiba di depan sebuah rumah sakit. Setelah menemukan Thalia yang terluka, para prajurit penjaga kota membawanya ke sini. Melihat kedatangan keduanya, semua orang di sana langsung memberi hormat pada Wira."Bagaimana dengan
"Tapi, masih belum ada kabar sampai sekarang. Mungkin orang itu sudah mendengar kabar dan sudah melarikan diri," ujar Nafis sambil mengernyit. Ekspresinya tampak agak masam. Dia merasa kinerjanya kurang baik kali ini."Ini bukan salahmu. Aliran Kegelapan memang licik. Aku saja hampir terjebak oleh mereka saat itu. Nggak usah terlalu dipikirkan," tutur Wira yang melambaikan tangan. Dia tidak menyalahkan Nafis.Wira tahu sebagus apa kinerja Nafis. Situasi kali ini memang agak di luar kendali, jadi ini bukan salah Nafis. Semua ini karena Aliran Kegelapan yang terlalu licik. Jika tidak, tidak akan ada begitu banyak masalah yang terjadi."Kamu pasti lelah setelah sibuk semalaman. Pulang dan istirahatlah. Ingat, keamanan Kota Limaran ada di tanganmu," hibur Wira sambil menepuk bahu Nafis.Sesudah mendengarnya, Nafis pun pergi. Wira menunggu di rumah sakit semalaman, tetapi Thalia masih belum siuman. Pada akhirnya, demi memudahkannya merawat Thalia, Wira mengundang semua dokter terkenal di se
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m