"Baiklah. Aku akan segera menyuruh orang mengambil uangnya. Bisnisku besar, uang sedikit ini nggak berarti bagiku," kata Wira sambil menggelengkan kepala dan tersenyum pahit.Thalia hanya mendengus karena malas untuk melanjutkan perdebatannya dengan Wira lagi dan kembali makan.Setelah selesai makan, Biantara sudah bersiap untuk membahas rencana selanjutnya dan menyerang Aliran Kegelapan. Tepat pada saat dia hendak keluar, dia berhenti sejenak, lalu kembali ke sisi Wira. Dia berbisik di telinga Wira sambil menatap Thalia dengan waspada, "Tuan, kamu tetap harus berhati-hati. Wanita ini sangat licik, entah apa yang sedang dipikirkannya. Pikirannya penuh dengan niat jahat, jadi jangan sampai tertipu olehnya."Wira hanya tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa. Selicik apa pun rubah itu, tetap bukan tandingan pemburu yang hebat. Sekarang, Thalia adalah rubah itu dan dia adalah pemburu itu, sehingga sampai kapan pun Thalia tetap tidak akan bisa lepas dari genggamannya.Tak lama kemudian, Bia
Wira tidak seperti orang yang dibayangkan Salie. Wira bukan hanya tampan, tetapi juga muda dan berbakat. Hanya dengan kemampuannya sendiri, Wira berhasil mengembalikan kedamaian di seluruh negeri. Bisa dibilang, Wira sangat dikagumi oleh para rakyat jelata. Pria seperti ini sudah sangat sulit ditemukan."Ya, tinggi badanmu ini membuatku terkesan," canda Wira sambil tersenyum.Salie baru saja dewasa, tetapi tingginya hanya 160 cm dan wajahnya yang sangat manis itu membuatnya terlihat seperti anak kecil. Dia sangat benci dibilang pendek, tetapi Wira malah mengatakannya. Sungguh menyebalkan!"Apa kamu nggak tahu nggak boleh menghina kekurangan orang? Lagi pula, gadis kecil dan manis seperti aku ini adalah dambaan para pria. Entah kamu percaya atau nggak. Hanya dengan melambaikan tangan saja, pria yang ingin menikah denganku akan mengantre dari sini sampai luar kota," kata Salie dengan percaya diri.Wira menganggukkan kepala. "Aku percaya. Bukan hanya mengantre sampai luar kota saja, bahka
"Aku nggak punya waktu untuk omong kosong denganmu. Cepat pergi urus urusanmu, jangan menghalangiku di sini. Kalau nggak, aku akan menyuruh ayahmu untuk mengurungmu di rumah dan kamu nggak akan bisa keluar selamanya." Setelah mengatakan itu, Wira bersiap-siap menuju lokasi proyek hidrolik.Salie merasa makin marah hingga mengentakkan kakinya. Ternyata Wira memang bukan pria sejati, beraninya diam-diam mengadu pada ayahnya. Namun, dia tidak perg, melainkan berlari kembali ke arah Wira dan segera berdiri di sisi Wira."Kenapa kamu masih mengikutiku?" tanya Wira.Salie berkata dengan misterius, "Aku ingin mengajakmu ke sebuah tempat yang bagus, apa kamu tertarik atau nggak?"Wira mengernyitkan alis. "Eh? Tempat apa?""Kamu pasti nggak akan menduga ada tempat seperti ini. Ini adalah tempat yang paling menarik di Kota Limaran juga. Kalau nggak pergi ke sana, kamu pasti akan menyesal seumur hidupmu," kata Salie dengan ekspresi yang tetap misterius sambil menyilangkan kedua lengannya dan menu
"Sepertinya benar. Aku memang belum pernah bertemu dengan Nona Thalia, tapi aku ingat matanya itu. Coba kalian lihat baik-baik, dia sepertinya memang Nona Thalia."Dalam sekejap, banyak orang yang mulai membicarakan hal ini. Ekspresi Thalia juga langsung berubah karena dia tidak menyangka identitasnya akan diketahui orang-orang di sini."Siapa pria itu?""Kenapa dia bisa bersama dengan Nona Thalia?"Orang-orang yang berkumpul di sana kebanyakan adalah cendekiawan dan beberapa prajurit yang latihan setiap hari. Selain itu, mereka juga masih muda, tentu saja tidak banyak yang mengenal Wira. Bagaimanapun juga, Wira biasanya sangat rendah hati, wajar saja mereka tidak mengenalnya."Aku tahu. Pasti pria ini yang sudah membeli Nona Thalia, jadi Nona Thalia meninggalkan Paviliun Aeril," teriak salah seorang.Banyak orang yang setuju dengan pendapat itu karena hanya itu juga alasan yang bisa menjelaskan semua hal ini. Namun, banyak juga yang mulai merasa iri pada Wira.Harga Thalia sangat maha
"Lagi pula, ayahku juga takut padamu, dia pasti lakukan apa yang kamu katakan," kata Salie dengan ekspresi tak berdaya, jelas terpaksa menyetujui perkataan Wira. Sebenarnya, dia tidak menyangka usianya hampir sama dengan Wira, tetapi topik pembicaraan mereka sangat berbeda. Wira adalah pria yang selalu dikagumi orang-orang, berbeda dengan mereka. Di antara generasi muda, hampir tidak ada yang bisa dibandingkan dengan Wira, apalagi menandinginya. Anak seperti Wira benar-benar impian semua orang.Tepat saat keduanya sedang berbicara, beberapa pria mendekati Wira. Pria yang berdiri di paling depan melihat Wira dari atas ke bawah, lalu berkata dengan dingin, "Jangan bilang kamu adalah anggota Keluarga Taslim. Meskipun kamu adalah kepala Keluarga Taslim, apa yang bisa kamu lakukan? Keluarga Taslim pun nggak bisa sewenang-wenang di sini."Banyak orang yang setuju dengan perkataan orang itu.Wira tersenyum, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Orang-orang di depannya ini hanya sarjana biasa yang
Saat ini, beberapa pria itu menjadi bahan tertawaan orang dan makin mempermalukan diri mereka sendiri."Tak disangka, Kak Thalia ternyata begitu pandai bertarung. Kalau mereka menyerangku, aku pasti nggak akan bisa menangani mereka," kata Salie sambil menyilangkan kedua lengannya, jelas sedang menikmati pertunjukan itu.Setelah menepuk debu dari tangannya dan mendengus, Thalia kembali ke sisi Wira. "Maafkan aku. Aku juga nggak bermaksud membuat masalah untukmu, tapi kata-kata mereka nggak enak didengar. Aku nggak tahan lagi, jadi aku memberi mereka pelajaran. Kamu nggak keberatan, 'kan?"Wira mengangkat bahunya dengan cuek. Jika bukan karena orang-orang itu hanya orang biasa, dia pasti sudah turun tangan."Bagus sekali," kata Wira sambil menepuk bahu Thalia.Tindakan Wira itu membuat keduanya terlihat sangat akrab di mata orang lain, hubungan keduanya pasti tidak biasa. Dalam sekejap, mereka makin salah paham dengan hubungan Wira dan Thalia.Setelah beberapa pria itu bangkit dari tanah
Setelah Wira selesai berbicara, terdengar Salie yang mulai memperkenalkan pria itu. "Bukan hanya kamu yang bilang dia aneh, semua orang juga tahu orang ini sangat berbeda. Banyak orang yang sering bilang otaknya nggak beres. Bukan hanya sekarang aja dia muncul di sini, biasanya juga dia tinggal di kaki Gunung Nasaka ini. Konon, bukan hanya nggak punya rumah dan pekerjaan, orang ini juga nggak punya keluarga. Dia pasti menganggap tempat ini adalah rumahnya."Penjelasan Salie langsung membuat Wira paham, ternyata pria itu adalah seorang tunawisma. Dalam sekejap, dia pun menggelengkan kepala dan perlahan-lahan berkata, "Sayang sekali. Tulisan orang ini begitu bagus, ini membuktikan dia pasti pernah menerima banyak pendidikan. Orang berbakat seperti ini malah sengsara di sini, sungguh disayangkan!"Saat ini, Wira sedang berencana untuk membangun kembali Kota Limaran dan menjadikannya sebagai kota terpenting di dunia, sehingga dia membutuhkan banyak orang berbakat. Setelah datang ke Gunung
"Kalau kamu merasa nggak adil, kamu boleh memanggil beberapa orang juga. Aku ingin lihat, orang sepertimu bisa memanggil ahli seperti apa." Orang-orang di belakang pria itu juga menunjukkan ekspresi yang cuek. Jelas mereka hanya pengawal rumah tangan biasa saja.Wira malah menggelengkan kepala dan tersenyum. "Memanggil orang? Ini kamu yang bilang ya, nanti jangan menyesal."Tadi, Wira sudah melihat situasi di sekitar dan orang-orang yang berada di sana. Dia sudah menganggap pria misterius itu sebagai targetnya, dia tentu saja tidak perlu menyembunyikan identitasnya lagi. Dia pun mengeluarkan petasan dari sakunya dan meletakkannya di tanah, lalu menyalakannya hingga langit dipenuhi dengan kembang api yang besar."Ini yang kamu maksud memanggil orang? Kamu pasti hanya bercanda dengan kami, 'kan? Langit masih cerah, nggak perlu menyalakan kembang api. Lagi pula, kami bukan orang tuamu, nggak perlu begitu berbakti pada kami." Pria itu masih belum menyadari betapa buruknya situasinya dan te
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan
"Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele
"Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap
Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak
Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai
Kaffa tidak menyahut. Dia tidak percaya pada omongan para perampok ini. Penjahat selamanya adalah penjahat!Ini sama seperti orang baik. Tidak peduli apa yang terjadi, mereka tidak akan pernah tunduk pada kejahatan, apalagi mencelakai orang.Namun, karena Wira telah berbicara demikian, Kaffa tidak berani membantah lagi. Hanya saja, dia masih merasa agak enggan.Nyawa mereka semua ada di tangan Wira. Kaffa merasa agak takut setelah melihat Wira membunuh Jaguar tadi. Jika menyinggung Wira, nasibnya mungkin akan sama dengan Jaguar.Apalagi, Kaffa masih punya adik. Apa pun yang terjadi, dia harus memastikan keselamatan Shafa. Sekalipun nyawa taruhannya, dia tetap harus melindungi Shafa."Siapa namamu? Kulihat kamu sangat pintar bicara dan pintar menilai situasi," tanya Wira kepada pria berwajah tirus itu.Pria itu bergegas menghampiri Wira, lalu menyeka keringat dinginnya sambil memperkenalkan diri, "Namaku Sahim.""Sahim? Oke, aku sudah ingat." Wira mengangguk.Ketika melihat Wira berinis
Tidak ada yang gratis di dunia ini. Kini, seseorang yang begitu kuat dan punya kuasa tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Hal ini tentu membuat mereka merasa curiga."Letakkan senjata kalian sekarang juga! Kalau ada yang berani macam-macam, jangan salahkan aku mengambil tindakan," ancam Wira dengan dingin.Semua orang bertatapan. Tidak ada yang berani ragu sedikit pun. Mereka buru-buru melempar golok mereka ke samping.Di mana mereka, Wira tidak ada bedanya dengan malaikat maut. Jika terus berbasa-basi dengan Wira, takutnya mereka semua akan mati di sini. Tidak ada yang ingin mati!Sekalipun profesi mereka adalah perampok, mereka melakukannya hanya untuk bertahan hidup.Saat berikutnya, para perampok itu berlutut. Pria berwajah tirus itu berkata, "Kak Jaguar sudah mati. Mulai sekarang, kami akan mengikutimu! Kamu adalah bos kami! Kami nggak akan menentang perintahmu, sekalipun nyawa taruhannya!"Semua orang buru-buru menyatakan sikap mereka. Wira tersenyum dingin, lalu berujar, "Kalau b
"Kamu yakin besi di tanganmu itu bisa membunuhku? Kamu kira kami bakal takut?" Jaguar menatap Wira dengan tidak acuh. Orang-orang di belakangnya sontak tertawa, merasa nyali Wira terlalu besar.Jumlah mereka terlalu banyak. Sekalipun Wira dan kedua anak itu bernyawa sembilan, mereka tetap tidak akan bisa melawan. Sepertinya, Wira ketakutan hingga menjadi bodoh."Tuan muda kaya yang dimanjakan sejak kecil memang begini. Mereka nggak bisa menilai situasi dengan baik. Kalau begitu, gimana kalau kita bunuh saja mereka?" usul pria berwajah tirus itu."Kulihat kedua anak di belakangnya itu bukan dari keluarga kaya. Kita bunuh saja mereka supaya tuan muda ini tahu semenakutkan apa kematian. Dengan begini, dia nggak bakal berani bersikap sombong lagi."Kaffa dan Shafa sontak terkesiap. Jika mereka dibawa ke markas perampok, setidaknya mereka bisa mencari kesempatan untuk kabur. Namun, jika mati di sini, bukankah usaha mereka untuk bertahan hidup akan sia-sia? Mereka tidak ingin mati!""Gadis i
Begitu ucapan ini dilontarkan, orang-orang segera bersorak untuk menyetujuinya. Semua orang memaki Wira, membuat Wira terdengar seperti pendosa besar.Wira merasa kecewa. Dia mengusahakan yang terbaik untuk para rakyat, tetapi kebaikannya tidak diterima dan orang-orang bahkan menghinanya.Sebelum Wira bersuara, Kaffa tiba-tiba maju dan berkata dengan lantang, "Omong kosong apa yang kalian bicarakan? Tuan Wira sangat baik pada kita! Jalur perairan sangat menguntungkan bagi para rakyat. Semuanya mendapat keuntungan.""Bencana ini bisa terjadi juga karena ada orang yang melakukan korupsi. Orang-orang itu pasti memakai bahan yang murah. Ini bukan salah Tuan Wira!""Memangnya kalian nggak merasa bersalah menghinanya seperti ini? Jangan lupa. Kalau Tuan Wira nggak membuat kesepakatan dengan kerajaan lain, kita nggak bakal melewati kehidupan damai sekarang!"Wira cukup terkejut melihat keberanian Kaffa. Pemuda ini makin menarik saja. Dia tidak melupakan kebaikan orang lain. Sepertinya, Kaffa