"Aku hanya nggak suka ada orang yang berdiri di sampingku saat aku tidur, rasanya seperti Sadako sedang menatapku dan membuatku merinding."Mendengar nama Sadako, Thalia memandang Wira yang membelakanginya dengan bingung. Saat ini, dia benar-benar sadar Wira jelas hanya berpura-pura tidur, sehingga tindakannya ini tidak bisa disembunyikan dari Wira. Benar-benar lawan yang sulit.Namun, siapa sebenarnya Sadako yang dimaksud Wira ini? Apakah Sadako ini adalah seseorang yang sangat hebat sampai Wira begitu ketakutan? Apakah Sadako ini adalah seorang pembunuh hebat dari suatu kerajaan? Apakah mungkin hanya orang seperti itu yang benar-benar bisa membuat Wira ketakutan dan bahkan merasa terancam?Tepat pada saat itu, Wira sudah menatap Thalia dengan penampilan yang tidak seperti orang yang baru saja bangun tidur. Dia dan Wira memang bukan teman, bagaimana mungkin Wira tidak mewaspadainya? Membiarkan sebuah bom waktu berada di sampingnya, kemungkinan besar Wira akan kehilangan nyawanya jika
Wira memang merasa sangat percaya diri, tetapi semua itu berkat senapan di tangannya. Dibandingkan dengan Thalia di depannya, senapan miliknya memang lebih unggul dan bisa langsung membunuh sebelum Thalia sempat bertindak."Jangan pikir dengan begini aku akan mengingat kebaikanmu. Ada dendam kesumat di antara kita, dendam ini nggak akan berakhir begitu saja. Nggak peduli sampai kapan pun juga, kamu adalah orang yang paling ingin aku bunuh. Selama kamu masih hidup, aku akan merasa menderita." Setelah mengatakan itu, Thalia menyimpan belatinya dan langsung berbaring di lantai.Wira mendengus, lalu tidak memedulikan Thalia lagi dan segera tertidur kembali. Entah sejak kapan atau mungkin juga karena memiliki musuh dan beban yang dipikulnya makin banyak, dia menjadi memiliki sebuah kebiasaan yang sebelumnya tidak dimilikinya. Kebiasaan itu adalah mampu merasakan ada bahaya. Asalkan ada seseorang yang diam-diam mendekatinya, dia akan menjadi sangat waspada. Meskipun sedang tertidur, dia juga
"Malam ini aku nggak akan tidur bersamamu lagi, aku ingin tidur sendirian di kamar yang terpisah," protes Thalia.Wira merapikan pakaiannya dan berkata dengan tenang, "Aku nggak bisa memutuskan hal ini. Jangan lupa statusmu sekarang. Kamu bukan nona besar yang anggun lagi, melainkan pelayanku. Kamu adalah pelayan, jadi lakukan apa yang harus dilakukan seorang pelayan. Jangan berlagak di depanku. Setelah orang-orangku kembali, kamu bisa pergi kapan pun. Kamu pikir aku benar-benar suka kamu berada di sisiku?"Wira berbicara pada Thalia dengan kesal."Kamu ...." Thalia menunjuk Wira, tetapi tetap tidak mengatakan apa-apa karena marah hingga hampir muntah.Namun, Wira malas untuk memedulikan Thalia. Setelah berjalan ke pintu dan membukanya, dia meregangkan pinggangnya. "Semalam tidurku benar-benar nyenyak!"Kata-kata Wira ini jelas sengaja untuk membuat Thalia marah.Thalia menggertakkan gigi dengan marah. Mengapa sebelumnya dia tidak menyadari Wira ini begitu menjengkelkan? Jika tahu akan
Biantara dan Wira juga sudah mengalami banyak bahaya dan hampir kehilangan nyawa mereka, semua ini karena Aliran Kegelapan. Biantara tentu saja sangat membenci para pengikut Aliran Kegelapan, bahkan ingin membasmi mereka hingga mereka semua benar-benar lenyap. Mereka adalah sekelompok iblis yang bersembunyi di dalam kegelapan, sembilan provinsi baru bisa kembali damai jika mereka musnah."Bagus, sungguh luar biasa! Sekarang lokasi mereka sudah pasti, jadi kita nggak perlu duduk diam lagi. Kalau informasinya benar, segera perintahkan orang-orang kita untuk bertindak dan hancurkan semua tempat itu. Kalau bisa menangkap para petinggi itu, tangkap mereka hidup-hidup dan berusaha untuk mendapatkan informasi dari mereka. Para pengikut Aliran Kegelapan lainnya nggak perlu dibawa kembali ke sini, mereka hanya para rakyat yang menderita saja. Cukup berikan mereka sedikit bimbingan saja agar mereka bisa menjalani hidup dengan baik."Wira bukan berasal dari era ini, dia tahu jelas tujuan dari Ali
"Kamu tahu ini di mana? Sekarang kamu hanya seorang tawanan saja. Dari mana kepercayaan dirimu untuk berani berbicara seperti ini pada tuanku?" Meskipun Wira bisa menoleransi sindiran Thalia, Biantara tidak bisa. Selain itu, dia sangat membenci Thalia. Dia segera berdiri dan menatap Thalia di depannya dengan tajam."Tuan, kita sudah mendapatkan informasinya, kenapa kita harus membiarkan wanita ini lagi? Selain itu, kita juga butuh waktu untuk menyerang lokasi-lokasi itu. Kalau wanita ini mengambil uang kita, lalu memberikan informasi pada musuh kita lagi. Apa yang harus kita lakukan? Lebih baik kita langsung ...."Saat mengatakan itu, Biantara membuat gerakan menggorok leher, jelas ingin segera membunuh Thalia. Thalia juga segera bangkit dan menatap Biantara dengan ekspresi waspada. Meskipun dia dan Wira sudah berinteraksi untuk beberapa saat pun tetap tidak berteman, dia percaya pada Wira. Namun, Biantara memiliki dendam kesumat dengannya. Sekarang Biantara malah berbicara seperti in
"Baiklah. Aku akan segera menyuruh orang mengambil uangnya. Bisnisku besar, uang sedikit ini nggak berarti bagiku," kata Wira sambil menggelengkan kepala dan tersenyum pahit.Thalia hanya mendengus karena malas untuk melanjutkan perdebatannya dengan Wira lagi dan kembali makan.Setelah selesai makan, Biantara sudah bersiap untuk membahas rencana selanjutnya dan menyerang Aliran Kegelapan. Tepat pada saat dia hendak keluar, dia berhenti sejenak, lalu kembali ke sisi Wira. Dia berbisik di telinga Wira sambil menatap Thalia dengan waspada, "Tuan, kamu tetap harus berhati-hati. Wanita ini sangat licik, entah apa yang sedang dipikirkannya. Pikirannya penuh dengan niat jahat, jadi jangan sampai tertipu olehnya."Wira hanya tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa. Selicik apa pun rubah itu, tetap bukan tandingan pemburu yang hebat. Sekarang, Thalia adalah rubah itu dan dia adalah pemburu itu, sehingga sampai kapan pun Thalia tetap tidak akan bisa lepas dari genggamannya.Tak lama kemudian, Bia
Wira tidak seperti orang yang dibayangkan Salie. Wira bukan hanya tampan, tetapi juga muda dan berbakat. Hanya dengan kemampuannya sendiri, Wira berhasil mengembalikan kedamaian di seluruh negeri. Bisa dibilang, Wira sangat dikagumi oleh para rakyat jelata. Pria seperti ini sudah sangat sulit ditemukan."Ya, tinggi badanmu ini membuatku terkesan," canda Wira sambil tersenyum.Salie baru saja dewasa, tetapi tingginya hanya 160 cm dan wajahnya yang sangat manis itu membuatnya terlihat seperti anak kecil. Dia sangat benci dibilang pendek, tetapi Wira malah mengatakannya. Sungguh menyebalkan!"Apa kamu nggak tahu nggak boleh menghina kekurangan orang? Lagi pula, gadis kecil dan manis seperti aku ini adalah dambaan para pria. Entah kamu percaya atau nggak. Hanya dengan melambaikan tangan saja, pria yang ingin menikah denganku akan mengantre dari sini sampai luar kota," kata Salie dengan percaya diri.Wira menganggukkan kepala. "Aku percaya. Bukan hanya mengantre sampai luar kota saja, bahka
"Aku nggak punya waktu untuk omong kosong denganmu. Cepat pergi urus urusanmu, jangan menghalangiku di sini. Kalau nggak, aku akan menyuruh ayahmu untuk mengurungmu di rumah dan kamu nggak akan bisa keluar selamanya." Setelah mengatakan itu, Wira bersiap-siap menuju lokasi proyek hidrolik.Salie merasa makin marah hingga mengentakkan kakinya. Ternyata Wira memang bukan pria sejati, beraninya diam-diam mengadu pada ayahnya. Namun, dia tidak perg, melainkan berlari kembali ke arah Wira dan segera berdiri di sisi Wira."Kenapa kamu masih mengikutiku?" tanya Wira.Salie berkata dengan misterius, "Aku ingin mengajakmu ke sebuah tempat yang bagus, apa kamu tertarik atau nggak?"Wira mengernyitkan alis. "Eh? Tempat apa?""Kamu pasti nggak akan menduga ada tempat seperti ini. Ini adalah tempat yang paling menarik di Kota Limaran juga. Kalau nggak pergi ke sana, kamu pasti akan menyesal seumur hidupmu," kata Salie dengan ekspresi yang tetap misterius sambil menyilangkan kedua lengannya dan menu
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan
"Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele
"Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap
Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak
Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai
Kaffa tidak menyahut. Dia tidak percaya pada omongan para perampok ini. Penjahat selamanya adalah penjahat!Ini sama seperti orang baik. Tidak peduli apa yang terjadi, mereka tidak akan pernah tunduk pada kejahatan, apalagi mencelakai orang.Namun, karena Wira telah berbicara demikian, Kaffa tidak berani membantah lagi. Hanya saja, dia masih merasa agak enggan.Nyawa mereka semua ada di tangan Wira. Kaffa merasa agak takut setelah melihat Wira membunuh Jaguar tadi. Jika menyinggung Wira, nasibnya mungkin akan sama dengan Jaguar.Apalagi, Kaffa masih punya adik. Apa pun yang terjadi, dia harus memastikan keselamatan Shafa. Sekalipun nyawa taruhannya, dia tetap harus melindungi Shafa."Siapa namamu? Kulihat kamu sangat pintar bicara dan pintar menilai situasi," tanya Wira kepada pria berwajah tirus itu.Pria itu bergegas menghampiri Wira, lalu menyeka keringat dinginnya sambil memperkenalkan diri, "Namaku Sahim.""Sahim? Oke, aku sudah ingat." Wira mengangguk.Ketika melihat Wira berinis
Tidak ada yang gratis di dunia ini. Kini, seseorang yang begitu kuat dan punya kuasa tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Hal ini tentu membuat mereka merasa curiga."Letakkan senjata kalian sekarang juga! Kalau ada yang berani macam-macam, jangan salahkan aku mengambil tindakan," ancam Wira dengan dingin.Semua orang bertatapan. Tidak ada yang berani ragu sedikit pun. Mereka buru-buru melempar golok mereka ke samping.Di mana mereka, Wira tidak ada bedanya dengan malaikat maut. Jika terus berbasa-basi dengan Wira, takutnya mereka semua akan mati di sini. Tidak ada yang ingin mati!Sekalipun profesi mereka adalah perampok, mereka melakukannya hanya untuk bertahan hidup.Saat berikutnya, para perampok itu berlutut. Pria berwajah tirus itu berkata, "Kak Jaguar sudah mati. Mulai sekarang, kami akan mengikutimu! Kamu adalah bos kami! Kami nggak akan menentang perintahmu, sekalipun nyawa taruhannya!"Semua orang buru-buru menyatakan sikap mereka. Wira tersenyum dingin, lalu berujar, "Kalau b
"Kamu yakin besi di tanganmu itu bisa membunuhku? Kamu kira kami bakal takut?" Jaguar menatap Wira dengan tidak acuh. Orang-orang di belakangnya sontak tertawa, merasa nyali Wira terlalu besar.Jumlah mereka terlalu banyak. Sekalipun Wira dan kedua anak itu bernyawa sembilan, mereka tetap tidak akan bisa melawan. Sepertinya, Wira ketakutan hingga menjadi bodoh."Tuan muda kaya yang dimanjakan sejak kecil memang begini. Mereka nggak bisa menilai situasi dengan baik. Kalau begitu, gimana kalau kita bunuh saja mereka?" usul pria berwajah tirus itu."Kulihat kedua anak di belakangnya itu bukan dari keluarga kaya. Kita bunuh saja mereka supaya tuan muda ini tahu semenakutkan apa kematian. Dengan begini, dia nggak bakal berani bersikap sombong lagi."Kaffa dan Shafa sontak terkesiap. Jika mereka dibawa ke markas perampok, setidaknya mereka bisa mencari kesempatan untuk kabur. Namun, jika mati di sini, bukankah usaha mereka untuk bertahan hidup akan sia-sia? Mereka tidak ingin mati!""Gadis i
Begitu ucapan ini dilontarkan, orang-orang segera bersorak untuk menyetujuinya. Semua orang memaki Wira, membuat Wira terdengar seperti pendosa besar.Wira merasa kecewa. Dia mengusahakan yang terbaik untuk para rakyat, tetapi kebaikannya tidak diterima dan orang-orang bahkan menghinanya.Sebelum Wira bersuara, Kaffa tiba-tiba maju dan berkata dengan lantang, "Omong kosong apa yang kalian bicarakan? Tuan Wira sangat baik pada kita! Jalur perairan sangat menguntungkan bagi para rakyat. Semuanya mendapat keuntungan.""Bencana ini bisa terjadi juga karena ada orang yang melakukan korupsi. Orang-orang itu pasti memakai bahan yang murah. Ini bukan salah Tuan Wira!""Memangnya kalian nggak merasa bersalah menghinanya seperti ini? Jangan lupa. Kalau Tuan Wira nggak membuat kesepakatan dengan kerajaan lain, kita nggak bakal melewati kehidupan damai sekarang!"Wira cukup terkejut melihat keberanian Kaffa. Pemuda ini makin menarik saja. Dia tidak melupakan kebaikan orang lain. Sepertinya, Kaffa