"Mendengar perkataanmu ini, aku jadi tenang. Kalau kamu tetap berada di sisiku dengan sukarela, aku baru merasa takut. Bagaimanapun juga, kita nggak begitu akrab. Kamu ini adalah bom waktu yang bisa meledak kapan pun juga, bagaimana mungkin aku nggak mewaspadaimu?" kata Wira sambil tersenyum tanpa memedulikan ancaman Thalia. Setelah itu, dia segera berbaring di tempat tidur, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.Tak lama kemudian, pengawal di luar pintu mengantarkan selimut yang telah disiapkan untuk Thalia.Thalia menggertakkan gigi dengan marah. Setelah mempersiapkan selimutnya, dia langsung berbaring di lantai. Melihat Wira yang sudah memejamkan mata, dia merasa sangat marah hingga mengepalkan tinjunya dengan sangat erat. Mengapa ada pria yang begitu menjijikkan di dunia ini? Benar-benar sangat mengesalkan! Saat ini, dia hanya memiliki satu pemikiran yaitu ingin segera membunuh Wira."Selamat malam." Setelah mengatakan itu, Wira membalikkan badan langsung tertidur nyenyak.Sementara it
"Aku hanya nggak suka ada orang yang berdiri di sampingku saat aku tidur, rasanya seperti Sadako sedang menatapku dan membuatku merinding."Mendengar nama Sadako, Thalia memandang Wira yang membelakanginya dengan bingung. Saat ini, dia benar-benar sadar Wira jelas hanya berpura-pura tidur, sehingga tindakannya ini tidak bisa disembunyikan dari Wira. Benar-benar lawan yang sulit.Namun, siapa sebenarnya Sadako yang dimaksud Wira ini? Apakah Sadako ini adalah seseorang yang sangat hebat sampai Wira begitu ketakutan? Apakah Sadako ini adalah seorang pembunuh hebat dari suatu kerajaan? Apakah mungkin hanya orang seperti itu yang benar-benar bisa membuat Wira ketakutan dan bahkan merasa terancam?Tepat pada saat itu, Wira sudah menatap Thalia dengan penampilan yang tidak seperti orang yang baru saja bangun tidur. Dia dan Wira memang bukan teman, bagaimana mungkin Wira tidak mewaspadainya? Membiarkan sebuah bom waktu berada di sampingnya, kemungkinan besar Wira akan kehilangan nyawanya jika
Wira memang merasa sangat percaya diri, tetapi semua itu berkat senapan di tangannya. Dibandingkan dengan Thalia di depannya, senapan miliknya memang lebih unggul dan bisa langsung membunuh sebelum Thalia sempat bertindak."Jangan pikir dengan begini aku akan mengingat kebaikanmu. Ada dendam kesumat di antara kita, dendam ini nggak akan berakhir begitu saja. Nggak peduli sampai kapan pun juga, kamu adalah orang yang paling ingin aku bunuh. Selama kamu masih hidup, aku akan merasa menderita." Setelah mengatakan itu, Thalia menyimpan belatinya dan langsung berbaring di lantai.Wira mendengus, lalu tidak memedulikan Thalia lagi dan segera tertidur kembali. Entah sejak kapan atau mungkin juga karena memiliki musuh dan beban yang dipikulnya makin banyak, dia menjadi memiliki sebuah kebiasaan yang sebelumnya tidak dimilikinya. Kebiasaan itu adalah mampu merasakan ada bahaya. Asalkan ada seseorang yang diam-diam mendekatinya, dia akan menjadi sangat waspada. Meskipun sedang tertidur, dia juga
"Malam ini aku nggak akan tidur bersamamu lagi, aku ingin tidur sendirian di kamar yang terpisah," protes Thalia.Wira merapikan pakaiannya dan berkata dengan tenang, "Aku nggak bisa memutuskan hal ini. Jangan lupa statusmu sekarang. Kamu bukan nona besar yang anggun lagi, melainkan pelayanku. Kamu adalah pelayan, jadi lakukan apa yang harus dilakukan seorang pelayan. Jangan berlagak di depanku. Setelah orang-orangku kembali, kamu bisa pergi kapan pun. Kamu pikir aku benar-benar suka kamu berada di sisiku?"Wira berbicara pada Thalia dengan kesal."Kamu ...." Thalia menunjuk Wira, tetapi tetap tidak mengatakan apa-apa karena marah hingga hampir muntah.Namun, Wira malas untuk memedulikan Thalia. Setelah berjalan ke pintu dan membukanya, dia meregangkan pinggangnya. "Semalam tidurku benar-benar nyenyak!"Kata-kata Wira ini jelas sengaja untuk membuat Thalia marah.Thalia menggertakkan gigi dengan marah. Mengapa sebelumnya dia tidak menyadari Wira ini begitu menjengkelkan? Jika tahu akan
Biantara dan Wira juga sudah mengalami banyak bahaya dan hampir kehilangan nyawa mereka, semua ini karena Aliran Kegelapan. Biantara tentu saja sangat membenci para pengikut Aliran Kegelapan, bahkan ingin membasmi mereka hingga mereka semua benar-benar lenyap. Mereka adalah sekelompok iblis yang bersembunyi di dalam kegelapan, sembilan provinsi baru bisa kembali damai jika mereka musnah."Bagus, sungguh luar biasa! Sekarang lokasi mereka sudah pasti, jadi kita nggak perlu duduk diam lagi. Kalau informasinya benar, segera perintahkan orang-orang kita untuk bertindak dan hancurkan semua tempat itu. Kalau bisa menangkap para petinggi itu, tangkap mereka hidup-hidup dan berusaha untuk mendapatkan informasi dari mereka. Para pengikut Aliran Kegelapan lainnya nggak perlu dibawa kembali ke sini, mereka hanya para rakyat yang menderita saja. Cukup berikan mereka sedikit bimbingan saja agar mereka bisa menjalani hidup dengan baik."Wira bukan berasal dari era ini, dia tahu jelas tujuan dari Ali
"Kamu tahu ini di mana? Sekarang kamu hanya seorang tawanan saja. Dari mana kepercayaan dirimu untuk berani berbicara seperti ini pada tuanku?" Meskipun Wira bisa menoleransi sindiran Thalia, Biantara tidak bisa. Selain itu, dia sangat membenci Thalia. Dia segera berdiri dan menatap Thalia di depannya dengan tajam."Tuan, kita sudah mendapatkan informasinya, kenapa kita harus membiarkan wanita ini lagi? Selain itu, kita juga butuh waktu untuk menyerang lokasi-lokasi itu. Kalau wanita ini mengambil uang kita, lalu memberikan informasi pada musuh kita lagi. Apa yang harus kita lakukan? Lebih baik kita langsung ...."Saat mengatakan itu, Biantara membuat gerakan menggorok leher, jelas ingin segera membunuh Thalia. Thalia juga segera bangkit dan menatap Biantara dengan ekspresi waspada. Meskipun dia dan Wira sudah berinteraksi untuk beberapa saat pun tetap tidak berteman, dia percaya pada Wira. Namun, Biantara memiliki dendam kesumat dengannya. Sekarang Biantara malah berbicara seperti in
"Baiklah. Aku akan segera menyuruh orang mengambil uangnya. Bisnisku besar, uang sedikit ini nggak berarti bagiku," kata Wira sambil menggelengkan kepala dan tersenyum pahit.Thalia hanya mendengus karena malas untuk melanjutkan perdebatannya dengan Wira lagi dan kembali makan.Setelah selesai makan, Biantara sudah bersiap untuk membahas rencana selanjutnya dan menyerang Aliran Kegelapan. Tepat pada saat dia hendak keluar, dia berhenti sejenak, lalu kembali ke sisi Wira. Dia berbisik di telinga Wira sambil menatap Thalia dengan waspada, "Tuan, kamu tetap harus berhati-hati. Wanita ini sangat licik, entah apa yang sedang dipikirkannya. Pikirannya penuh dengan niat jahat, jadi jangan sampai tertipu olehnya."Wira hanya tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa. Selicik apa pun rubah itu, tetap bukan tandingan pemburu yang hebat. Sekarang, Thalia adalah rubah itu dan dia adalah pemburu itu, sehingga sampai kapan pun Thalia tetap tidak akan bisa lepas dari genggamannya.Tak lama kemudian, Bia
Wira tidak seperti orang yang dibayangkan Salie. Wira bukan hanya tampan, tetapi juga muda dan berbakat. Hanya dengan kemampuannya sendiri, Wira berhasil mengembalikan kedamaian di seluruh negeri. Bisa dibilang, Wira sangat dikagumi oleh para rakyat jelata. Pria seperti ini sudah sangat sulit ditemukan."Ya, tinggi badanmu ini membuatku terkesan," canda Wira sambil tersenyum.Salie baru saja dewasa, tetapi tingginya hanya 160 cm dan wajahnya yang sangat manis itu membuatnya terlihat seperti anak kecil. Dia sangat benci dibilang pendek, tetapi Wira malah mengatakannya. Sungguh menyebalkan!"Apa kamu nggak tahu nggak boleh menghina kekurangan orang? Lagi pula, gadis kecil dan manis seperti aku ini adalah dambaan para pria. Entah kamu percaya atau nggak. Hanya dengan melambaikan tangan saja, pria yang ingin menikah denganku akan mengantre dari sini sampai luar kota," kata Salie dengan percaya diri.Wira menganggukkan kepala. "Aku percaya. Bukan hanya mengantre sampai luar kota saja, bahka
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m