Ekspresi Nafis terlihat sangat serius, tetapi dia tidak merasa panik. Segala sesuatu sudah diatur dengan baik. Meskipun situasi sudah buntu, Nafis sama sekali tidak takut.Wira mengetuk kepalanya sambil menganalisis situasi sekarang. Sepertinya, Biantara hanya umpan untuk mereka. Thalia pun tidak sepenting yang dibayangkannya. Musuh ingin bertukaran sandera hanya untuk memancing mereka kemari.Sayangnya, Wira bukan orang yang begitu mudah untuk dikalahkan. Dia segera menginstruksi, "Cepat periksa di mana pertahanan terlemah mereka. Itu adalah tempat terbaik bagi kita untuk menerobos keluar."Nafis mengiakan, lalu segera menuju ke luar. Beberapa wakil jenderal pun mengikutinya. Sekarang, mereka telah bersatu dengan Kota Hantu ini."Tuan, ini salahku. Kalau aku lebih berhati-hati, mana mungkin kita terjebak di sini. Kamu juga nggak akan berada dalam bahaya," ujar Biantara dengan ekspresi pasrah.Bagi Biantara, ini adalah penghinaan besar. Wira sampai terlibat karena dirinya. Bagaimana bi
Selama ini, Prakasa mengejar Thalia. Lebih tepatnya, ada banyak pria yang mengincarnya. Mereka semua menginginkan kecantikan tiada tara ini. Sayangnya, Prakasa memiliki jabatan tinggi sehingga mereka tidak berani berebutan dengannya.Apalagi, Prakasa adalah anggota inti Sekte Kegelapan. Pada akhirnya, mereka semua hanya bisa mengalah kepada Prakasa."Kalau begitu, setelah aku membunuh Wira, kamu menikah denganku ya?" tanya Prakasa dengan terang-terangan.Thalia duduk di samping dan mengambil cangkir teh. Setelah menyesapnya, dia baru menimpali dengan dingin, "Bukannya aku ingin meremehkanmu. Tapi, memangnya kamu mampu membunuh Wira?""Jangan lupa pada informasi yang kita peroleh waktu itu. Kerajaan Beluana dan Kerajaan Nuala terus mencari masalah dengan Wira, tapi nggak ada satu pun yang berhasil membunuhnya. Wira sudah berkali-kali berada di jalan buntu, tapi tetap punya cara untuk lolos. Dia nggak sesimpel yang kamu bayangkan."Begitu teringat pada insiden yang terjadi di Kota Limara
"Kamu kira dirimu sudah hebat? Kamu baru meraih prestasi seperti itu, tapi sudah berani meremehkan Wira? Dasar nggak tahu diri. Kalau Wira bisa dibunuh semudah itu, mana mungkin aku gagal membunuhnya di Kota Limaran?""Tapi, kamu juga orang yang nggak bakal kapok sebelum diberi pelajaran. Prakasa, kalau begitu, aku akan menunggu kabar baik darimu. Mari kita lihat, apa harapanmu bisa terkabulkan?" gumam Thalia yang sama sekali tidak yakin dengan kemampuan Wira.Bagaimanapun, Thalia tahu betapa hebatnya Wira. Mereka juga sudah menyelidiki tentang Wira sebelumnya. Jadi, Thalia yang sudah melihat kehebatan Wira dengan mata kepala sendiri tentu tidak akan berani meremehkannya.Jika tidak, itu sama saja dengan mencari mati ataupun mempermalukan diri sendiri. Sayangnya, Prakasa tidak mengerti tentang ini. Pria itu sudah dibutakan oleh hasrat dan keuntungan.Pada saat yang sama, Wira dan lainnya sedang memeriksa situasi di sekitar Kota Hantu. Mereka ingin mencari celah supaya bisa meninggalkan
"Nggak boleh!" tolak Wira langsung. Dia memelototi Nafis sambil meneruskan, "Kita tentu harus pergi bersama, aku nggak bakal meninggalkan tempat ini dengan mengorbankan kalian. Kita sama-sama manusia. Aku nggak mungkin mengorbankan kalian hanya karena statusku lebih tinggi!"Begitu mendengarnya, mata semua orang sontak berkaca-kaca. Siapa pun yang menjadi anak buah Wira benar-benar beruntung. Lagi pula, hampir tidak ada penguasa di dunia ini yang begitu peduli pada anak buah mereka.Namun, para prajurit tiba-tiba berlutut, termasuk Nafis dan Biantara. Nafis berucap, "Tuan, kami tahu kamu sangat baik dan nggak bakal mengabaikan bawahan sendiri. Kalau nggak, aku nggak mungkin memilih menjadi bawahanmu."Biantara menggertakkan giginya sambil berkata, "Masalah bisa menjadi seperti ini karena instruksiku yang kurang baik. Sudah seharusnya aku yang menanggung semua konsekuensi ini. Tapi, sekarang situasi sudah berada di luar kendali. Aku ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahanku, tap
Fakta memang seperti itu. Apakah Wira hanya mencoba untuk menghibur mereka?Wira menatap Biantara, lalu tersenyum dan berucap, "Semua ini berkat Biantara."Biantara kebingungan, tidak tahu apa yang dibicarakan oleh Wira. Mereka berada di situasi buruk ini karena dirinya. Jika Sekte Kegelapan tidak menangkapnya, mana mungkin mereka akan datang ke tempat ini? Jadi, apa maksud ucapan Wira?"Benar, kami harus berterima kasih kepadamu karena sudah membina sekelompok ahli di jaringan mata-mata. Sebelum tiba di Kota Hantu, lebih tepatnya malam saat kita beristirahat, aku sudah membocorkan informasi ini kepada jaringan mata-mata.""Aku tahu akan terjadi perubahan situasi sehingga menyampaikan pesan kepada mereka. Mungkin, mereka sudah dalam perjalanan kemari. Asalkan bertahan satu atau dua hari, mereka pasti akan datang untuk membantu. Ketika saat itu tiba, kita bisa meloloskan diri dari pengepungan ini," ucap Wira.Ucapan Wira membuat orang-orang sontak bersemangat. Syukurlah! Mereka masih te
Hati Biantara merasa terharu, tetapi dia tidak berani banyak berbicara. Di hadapan musuh, mereka harus memikirkan strategi untuk menghadapi musuh. Segera melarikan dari Kota Hantu ini adalah pilihan terbaik."Tuan, mereka sudah sampai di sini dan sekarang sedang bersiap untuk menyerang kota. Perkiraan kasar, jumlah musuh ada sekitar sepuluh ribu orang dan semuanya adalah ahli. Meskipun kita punya tiga ribu pasukan elite, mungkin kita nggak akan bisa bertahan lama juga ...," lapor Nafis dengan cepat."Bagaimana kalau kita tetap ikuti saranku sebelumnya saja? Hanya dengan cara ini, mungkin kita bisa membuat satu jalan dan mengawalmu pergi dari sini. Kami yang mati nggak masalah, tapi kamu nggak boleh ada masalah," kata Nafis sekali lagi.Satu-satunya hal yang harus dipastikan di situasi kritis ini adalah keselamatan Wira, sedangkan nyawa mereka sendiri hanya bisa diabaikan untuk sementara ini. Semua yang harus diutamakan adalah Wira. Selama Wira bisa bertahan hidup, mereka masih punya ha
Semua orang bersorak dan segera kembali bergegas ke Kota Hantu. Kecepatan mereka tentu saja sangat luar biasa, tetapi tidak ada yang mengeluh.Di dalam Kota Hantu. Di tengah serangan yang bertubi-tubi, pasukan elite yang mengikuti Wira mulai berguguran satu per satu. Setelah Nafis menghitung jumlah mereka, mereka baru menyadari jumlah mereka yang tersisa kurang dari seribu orang. Selain itu, sebagian besar dari mereka sudah terluka, sehingga kekuatan tempur mereka sangat berkurang. Jika terus bertahan di sini, Kota Hantu pasti akan jatuh ke tangan musuh dalam waktu kurang dari satu jam dan mereka juga akan menjadi tawanan.Wira yang berdiri di atas tembok kota terus mengawasi situasi di sekitarnya. Melihat orang-orang di sekitarnya yang satu per satu terjatuh ke genangan darah, hatinya terasa sakit. Mereka semua adalah saudaranya dan juga orang-orang yang dia bawa dari Dusun Darmadi. Namun sekarang, tiga ribu pasukan elite ini tidak bisa semuanya kembali bersamanya."Wira!" Tepat saat
Prakasa juga merasa marah. Begitu kembali ke sisi orang-orangnya, dia langsung memaki, "Nggak bisa mengalahkanku, jadi menyerang diam-diam. Wira benar-benar hebat. Hari ini sebelum malam, aku pasti akan menyerang kota dan membuatnya berlutut di depanku untuk menjilat sepatuku."Orang-orang di belakang Prakasa bersorak. Mereka juga menantikan momen di mana Wira inisiatif menyerah.Hanya Thalia yang tatapannya tetap serius, tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya.Di dalam Kota Hantu. Seiring dengan suara tembakan senapan runduk, Wira juga menatap ke arah Nafis dan berkata sambil tersenyum, "Nggak disangka, kamu malah membawa senapan runduk ini ke sini.""Tentu saja. Ini adalah barang yang diberikan Tuan padaku sebelumnya, aku tentu saja harus selalu membawanya. Apalagi, benda ini jauh lebih kuat beberapa kali lipat daripada panahku. Kalau bukan karena aku masih belum menguasainya, mungkin serangan tadi akan langsung merenggut nyawa Prakasa. Sayang sekali!" Nafis hampir saja berhasil me
Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi
Sepanjang perjalanan, Trenggi terus berpikir apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan Wira dari Provinsi Lowala. Namun, setelah bertemu Wira, dia merasa sangat terharu. Dia benar-benar tidak menyangka Wira begitu tampan dan karismatik, pantas saja banyak orang di sembilan provinsi yang merasa Wira sangat bisa diandalkan. Hari ini, dia membuktikan sendiri kabar itu memang benar.Setelah semua pasukan besar dari Kerajaan Nuala memasuki kota, Wira langsung memerintahkan bawahannya untuk menutup gerbang kota.....Di dalam kediaman wali kota, Wira menatap Trenggi dan para jenderalnya yang masuk. Latif dan Agha yang sebelumnya pergi untuk membujuk orang-orang di kota juga sudah kembali. Saat melihat Trenggi dan Hayam, semua orang basa-basi terlebih dahulu.Setelah itu, Wira menarik Latif dan berkata, "Ayo, aku perkenalkan kamu dulu. Ini adalah saudara baru kami. Kalau bukan karena dia, mungkin nyawa kami sudah tiada saat sedang bersembunyi di hutan. Untung saja dia bersedia membantu
Wira menatap Nafis dan berkata, "Tinggalkan satu mata-mata untuk memandu pasukan besar Jenderal Trenggi, yang lainnya kembali ke sini. Kirim mereka ke utara dan minta mereka untuk terus memantau gerakan di sana. Kalau mereka menemukan pasukan utara, segera laporkan ke sini.""Baik," jawab Nafis.Setelah keduanya pergi, Wira baru mencari peta. Setelah melihat bagian atas peta itu, dia berkata dengan tenang, "Sekarang kita belum tahu pasukan utara itu ada di mana. Tapi, kalau mereka bergerak dengan cepat dan menurut waktu yang diberi tahu Kunaf tadi, sekarang mereka harusnya sedang melintasi Pulau Hulu."Mengingat jenderal tangguh dari pihak musuh adalah Zaki yang merupakan tangan kanan Bimala, Wira berpikir apakah dia bisa menggunakan Zaki ini untuk mengancam Bimala agar menyerahkan Bobby. Meskipun sekarang dia belum mengetahui kabar tentang Bobby, Zaki sebagai tangan kanan Bimala ini seharusnya tahu. Jika bahkan hal ini pun tidak tahu, Zaki ini benar-benar tidak berguna.Saat sedang me
Semua orang tertegun sejenak saat mendengar perkataan Latif. Menurut mereka, sepuluh orang memang terlalu sedikit.Saat Latif hendak menjelaskan maksudnya, saat itu Wira malah berkata, "Benar, sepuluh orang memang terlalu sedikit. Lebih baik mengikuti saran Adjie, bawa 100 orang bersamamu saja. Kalau terjadi masalah, kalian juga bisa saling membantu."Latif yang merasa terharu oleh kata-kata Wira segera memberi hormat pada Wira, lalu berdiri dan berkata, "Tuan, kalian sudah salah paham, aku nggak ingin bertindak secara besar-besaran. Kalau bukan karena takut kamu akan khawatir atau nggak ada yang melaporkan padamu, aku bisa pergi ke sana sendirian.""Para prajurit ini nggak penting, yang perlu ditangani adalah wakil jenderal yang memimpin mereka. Dia adalah orang kepercayaan Kunaf. Sekarang Kunaf sudah ditangkap, mereka pasti nggak akan menyerah pada kita. Karena Kunaf ini memegang kekuasaan besar, jadi wakil jenderal ini lebih seperti boneka. Justru karena itulah, aku yakin bisa menan
Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah
Bukan hanya Adjie dan yang lainnya, bahkan Wira yang berdiri di depan Kunaf pun tertegun setelah mendengar perkataan itu. Dia benar-benar tidak menyangka Bimala malah mengerahkan pasukan besar hanya untuk menangkapnya, benar-benar menghargainya.Agha yang mudah emosi pun langsung menendang Kunaf dan memarahi, "Katakan dengan jelas, kali ini ada berapa banyak pasukan utara yang dikirim?"Kunaf meludah ke tanah, lalu tertawa dingin dan berkata, "Hehe. Semuanya ada 100 ribu pasukan untuk menjaga perbatasan. Begitu pasukan besar itu tiba, kalian semua nggak akan bisa kabur lagi. Kalau kalian melepasku sekarang ...."Namun, sebelum Kunaf selesai berbicara, Nafis langsung menendang tubuh Kunaf untuk memaksanya menahan kata-kata berikutnya. "Melepaskanmu? Kamu bermimpi. Sayangnya, kamu nggak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup lagi."Tak disangka, ekspresi Kunaf malah tetap datar saat mendengar perkataan Nafis. Sebaliknya, dia malah tertawa dan berkata, "Hehe. Nggak masalah. Lagi pula, kal
Adjie menganggukkan kepalanya karena sangat setuju dengan pengaturan Agha. Jika terjadi sesuatu yang tak terduga pada saat seperti ini, semua usaha mereka sebelumnya akan sia-sia.Saat ini, di gerbang kota. Wira yang sedang memimpin sekelompok orang pun memandang ke langit di kejauhan, lalu memanggil Nafis dan bertanya dengan nada pelan, "Ada kabar dari para mata-mata?"Begitu menguasai kota, Wira langsung mengirim banyak mata-mata untuk menyambut 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala.Nafis memberi hormat dan menjawab, "Belum ada kabar. Tapi, berdasarkan informasi sebelumnya dari para mata-mata, mereka harusnya sudah dekat."Wira menganggukkan kepala. Tidak boleh ada kesalahan sedikit pun pada saat seperti ini.Tepat pada saat itu, ada seorang prajurit yang berlari mendekat. Setelah melihat keduanya, dia langsung memberi hormat dan berkata, "Tuan, Kak Nafis, Kak Adjie dan yang lainnya sudah kembali. Mereka bahkan berhasil menangkap Kunaf."Mendengar laporan itu, Nafis merasa sangat sen
Mendengar Latif berkata demikian, Adjie merasa agak ragu karena saat ini situasinya sangat mendesak. Jika dia melepaskan mereka begitu saja, dia akan kesulitan.Menyadari Adjie sepertinya merasa agak kesulitan, Latif yang berdiri di depan pintu tersenyum dan berkata sambil memberi hormat, "Kalau Kak Adjie merasa agak kesulitan, kamu bisa menahan kami di halaman ini dulu. Selama nyawa kami nggak terancam, kami bisa menerima cara lainnya."Melihat Latif yang begitu pengertian, Adjie membalas hormat itu dengan tersenyum. Setelah ragu sejenak, dia berkata perlahan-lahan, "Melihat Jenderal Latif begitu sungkan, aku akan terus terang saja. Saat fajar nanti, 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala akan langsung masuk ke kota.""Sekarang kami sudah menguasai gerbang kota dan kediaman wali kota juga. Begitu pasukan tiba mereka bisa langsung menerobos masuk tanpa hambatan."Kata-kata Adjie ini membuat Latif sangat bersemangat karena tidak ada satu pun dari mereka yang ingin menjadi seorang penjaga
Tanpa basa-basi, Agha langsung menampar kedua selir Kunaf. Mereka pun langsung diam, tak berani berteriak lagi.Namun, saat itu juga, Agha mencium bau pesing yang menyengat dan sontak mengumpat pelan, "Sialan!"Setelah beberapa saat, Kunaf sudah diikat erat. Adjie lalu menoleh ke arah Agha dan bertanya, "Apa kita perlu mengabari Tuan Wira? Sekarang situasi di dalam kota sudah terkendali, tinggal menunggu pasukan Kerajaan Nuala tiba."Mendengar nama Kerajaan Nuala, Kunaf yang tergeletak di lantai langsung mengeluarkan suara dari mulutnya yang disumpal dengan kain. Tubuhnya meronta-ronta.Adjie tidak berkata apa-apa dan hanya menendang tubuh Kunaf agar tetap diam. Setelah itu, dia duduk perlahan di kursi dan berkata dengan tenang, "Aku sudah mengutus orang untuk memberi tahu Wira. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang perlu kita lakukan.""Apa itu?""Dengan menggunakan perintah Kunaf, kita panggil semua kepala penjaga gerbang ke sini dengan alasan rapat mendadak. Begitu mereka masuk ke hala