"Baiklah. Bahkan Tuan Osmaro pun sudah berbicara, berarti rencana ini pasti nggak ada masalah. Malam ini kita akan bergerak dan segera menyerang Benteng Talog."Setelah mendengar perintah dari Wira, para perwira di ruangan itu menjadi gembira karena akhirnya mereka akan benar-benar bertarung secara langsung. Asalkan bisa mendapatkan Benteng Talog, mereka akan mendapatkan kota lainnya dengan mudah. Bagaimanapun juga, mereka menyadari Benteng Talog ini mudah untuk dipertahankan dan sulit untuk diserang.Setelah mencapai kesepakatan, Wira mulai mengatur pasukan. Meskipun sudah bertempur sepanjang hari, Doddy tetap terlihat gagah berani dan selalu berperang sebagai panglima barisan depan. Wira tidak ingin membiarkan Doddy terus memimpin pasukan, tetapi Doddy tetap bersikeras untuk bertarung di garis depan. Pada akhirnya, dia terpaksa membiarkan Doddy memimpin pasukan untuk menyelinap melalui terowongan rahasia dan membuka gerbang Benteng Talog agar mereka bisa masuk.Doddy merasa sangat ge
Orang yang datang melapor itu hanya seorang prajurit penjaga kota. Kalaupun dia benar-benar mata-mata Wira, dia juga tidak akan menggunakan cara ini untuk mengungkapkan identitasnya. Ini jelas adalah tindakan yang sia-sia. Satu-satunya kemungkinan yang tersisa adalah pasukan Wira memang sudah menyerang masuk ke dalam kota."Jenderal Tico, situasi saat ini sangat mendesak, sebaiknya kita keluar kota untuk melihatnya sendiri. Benteng Talog adalah gerbang utama Kerajaan Beluana. Karena itulah Raja berusaha mencari cara untuk merebutnya kembali. Kalau kita kehilangan Benteng Talog ini, kita akan menjadi penjahat sepanjang masa ...."Para perwira di depan Tico ini semuanya patuh dengan perintah Bhurek. Bhurek baru saja menjadi jenderal utama dan sekarang adalah kesempatan Tico menunjukkan kemampuannya. Mempertahankan Benteng Talog adalah prioritas utamanya saat ini. Namun dia tidak menyangka pertempuran baru dimulai tidak lama, mereka sudah akan kehilangan kota yang begitu penting. Jika mer
Para perwira itu saling memandang, lalu bersama-sama berbicara."Aku pikir apa yang dikatakan Jenderal Tico memang benar. Meskipun kita meninggalkan tempat ini, bagaimana kita bisa menghadapi Raja dan Jenderal Bhurek?""Kalau begitu, lebih baik kita bertarung sampai mati bersama kota ini.""Kalau harus mati di sini hari ini, nggak ada yang perlu ditakuti!""Setidaknya, reputasi kita tetap baik!"Mereka semua mengeluarkan senjata di tangan mereka dan mengikuti langkah Tico untuk menyerang pasukan Wira."Siapa beberapa orang di sana? Mereka tampaknya sangat berani. Sekarang mereka sudah berada di ujung tanduk, tapi masih berani bertarung dengan pasukan kita. Meskipun usaha mereka hanya sia-sia, mereka adalah orang-orang yang setia dan berani. Kalau bisa merekrut mereka, akan menjadi bantuan besar bagi kita."Para pasukan Wira juga sudah masuk ke dalam Benteng Talog. Namun begitu masuk, dia melihat Tico dan yang lainnya yang sedang bertarung melawan pasukan mereka.Saat ini, Tico hanya me
Jika Bhurek meletakkan semua pasukannya di Benteng Talog, pertahanan di tempat lain akan menjadi lebih lemah. Selain itu, Benteng Talog sekarang sudah tidak begitu penting seperti sebelumnya, hanya menjadi penghalang antara Kerajaan Beluana dan Wira saja. Jika bisa tetap mempertahankan kota ini, tentu saja adalah hal terbaik. Namun jika kehilangan kota ini, konsekuensinya juga tidak terlalu besar. Mereka masih memiliki cara untuk tetap melawan Wira."Jenderal Bhurek, apa kita nggak mengirim pasukan untuk mendukung Jenderal Tico? Menurut laporan para prajurit yang kembali, mereka semua awalnya berencana untuk membawa Jenderal Tico dan yang lainnya pergi melalui gerbang utara, tapi dia bersikeras enggan pergi. Sekarang, dia masih tetap bertahan di sana. Kalau kita pergi membantunya sekarang, mungkin masih bisa menyelamatkan nyawanya. Jenderal Tico adalah orang yang setia dan berani. Meskipun kehilangan kota itu, setidaknya kita nggak kehilangan semangat berjuang," kata wakil jenderal dar
Semuanya saling memandang sekilas, lalu wakil jenderal yang berbicara tadi pun berkata, "Dua ratus ribu pasukan!""Kalian sudah tahu Wira punya begitu banyak pasukan, kenapa kalian nggak pikir bagaimana Tico bisa bertahan begitu lama? Dia hanya punya 3.000 pasukan, bahkan semuanya adalah pasukan yang terluka dan sama sekali nggak punya kekuatan untuk bertarung. Pasukan Wira hanya perlu meludahi mereka saja pun sudah membuat mereka tenggelam, tapi mereka malah bisa terus bertahan.""Ini jelas adalah rencana Wira. Dia menunggu kita mengirim bantuan, lalu menghabisi semua pasukan yang datang membantu. Wira punya Meriam Darmadi sebagai andalannya. Kalau kita menyerang mereka secara langsung, kita yang akan rugi. Dia sudah merencanakan semuanya dengan baik, apa kalian masih nggak bisa melihatnya?"Kata-kata Bhurek ini membuat semuanya menyadari mereka telah kurang mempertimbangkan hal ini. Setelah dipikirkan kembali, apa yang dikatakan Bhurek memang benar. Mereka tadi terus memikirkan kesel
Wira juga memiliki pertimbangannya sendiri. Sekarang dia tentu saja tidak boleh melakukan kesalahan sedikit pun dan juga tidak boleh meremehkan pasukan dari Kerajaan Beluana. Bhurek bukan hanya memiliki kemampuan yang luar biasa, dia juga memiliki 700.000 pasukan Kerajaan Beluana.Kali ini Wira memang berhasil merebut kota, tetapi sebagian besar dari 50.000 pasukan di dalam kota juga sudah melarikan diri dan mungkin sekarang sudah tiba di kemah Bhurek. Selama pertempuran ini, mereka hanya berhasil menghancurkan 10.000 pasukan lawan dan itu tidak berarti apa-apa bagi lawannya. Oleh karena itu, selanjutnya Wira harus lebih berhati-hati agar tidak terjadi kesalahan apa pun. Di medan perang, memberi kesempatan kepada musuh akan membuat kita hancur. Dia sangat memahami prinsip ini."Kak Wira, kenapa kita masih terus duduk di sini dan menunggu ajal? Aku rasa kita nggak perlu menyebarkan rumor ini, sebaiknya Kakak langsung memimpin kita untuk terus menyerang saja. Asalkan ada kamu di sisi kit
Sesudah sibuk seharian, semua orang merasa cukup lelah. Orang-orang pun pergi, menyisakan Osmaro sendirian di ruangan."Tuan Osmaro, kamu juga sudah mendengar yang mereka katakan tadi. Sekarang semua orang hanya ingin segera melakukan pertarungan besar-besaran dengan Bhurek dan menguasai seluruh Kerajaan Beluana.""Tapi, itu berarti kita harus menghadapi ratusan ribu pasukan yang dipimpin oleh Bhurek. Dari segi jumlah, kita tentu kalah. Kalau pertarungan terjadi sekarang, tentunya nggak ada keuntungan untuk pasukan kita.""Tapi, yang dikatakan para jenderal juga benar. Kita harus memanfaatkan waktu ini untuk bertempur dengan Kerajaan Beluana. Bagaimanapun, wilayah Kerajaan Beluana jauh lebih banyak daripada kita. Kalau terus ditunda, pasukan dan pangan mereka hanya akan bertambah banyak. Sementara itu, kita yang hanya punya satu provinsi nggak akan sanggup bertahan," jelas Wira.Meskipun Wira seorang jenderal besar, dia memiliki banyak kerisauan, yaitu cara menyusun strategi. Nyawa sem
Semua urusan militer diserahkan kepada Danu dan Doddy, sedangkan Osmaro menjadi bintara. Tidak peduli keputusan apa pun yang diambil oleh Danu dan Doddy, mereka harus membahasnya dengan Osmaro terlebih dahulu. Hanya setelah mendapatkan persetujuan Osmaro, mereka baru bisa menjalankan rencana.Kabar kepergian Wira tidak tersebar di kalangan militer karena hanya diberitahukan kepada para jenderal. Danu dan Doddy mendapatkan perintah militer dan tampak murung sekarang. Mereka pun sedang minum di kamp."Apa yang sebenarnya dipikirkan Kak Wira? Dia seharusnya memberikan kekuasaan kepada kita, kenapa malah menunjuk Osmaro menjadi bintara? Kita harus melaporkan semuanya kepada Bintara sebelum bertindak? Bukankah itu berarti kita bawahannya?" tanya Doddy dengan kesal.Doddy memang sangat setia pada Wira, bahkan bersedia mengorbankan nyawanya untuk Wira. Lagi pula, tanpa pertolongan Wira dulu, mana mungkin dia masih bisa hidup sampai sekarang? Doddy bukan orang yang tidak tahu berterima kasih.
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan
"Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele
"Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap
Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak
Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai