Ishan sudah lama memandang rendah Ciputra. Ciputra memang adalah adik sepupunya dan Ishan bisa menjadi jenderal utama yang terkenal juga karena dukungan Ciputra. Meskipun demikian, Ishan sudah lama merasa kesal terhadap Ciputra, hanya saja dia tidak ada kesempatan untuk merebut posisi Ciputra. Bagaimanapun juga, dia akan dianggap sebagai pengkhianat jika benar-benar terjadi perebutan kekuasaan dan dia pasti akan menjadi bahan olok-olokan orang. Tiba saatnya, dia memang akan menjadi raja, tetapi ini bukan akhir yang diinginkannya.Dalam sekejap, Ishan dan yang lainnya sudah tiba di luar ibu kota. Di depan gerbang kota, ada beberapa prajurit penjaga yang menghalangi jalan mereka. Prajurit yang berdiri di barisan paling depan berkata, "Jenderal Ishan, ini adalah ibu kota. Jenderal datang untuk menghadap Raja, jadi nggak perlu bawa pasukan sebanyak ini. Biarkan para pasukan ini berdiam di sini dan Jenderal bisa ikuti aku untuk masuk. Raja sudah menunggumu cukup lama."Setelah mendengar per
"Bagus! Bagus sekali!" kata Ishan dengan gembira. Namun, tatapannya segera terlihat khawatir dan makin tajam."Yang aku tahu, kesehatan Raja selalu sangat baik dan belakangan ini aku juga nggak mendengar kabar tentang Raja sakit. Kenapa sekarang dia tiba-tiba memutuskan untuk turun takhta? Apa ada motif tersembunyi?"Ishan bisa mencapai posisinya saat ini bukan hanya semata-mata karena bantuan Ciputra, tetapi juga berkat kemampuannya sendiri. Selain itu, dia juga memiliki banyak pasukan elite, tentu saja dia bukan orang biasa. Meskipun hatinya merasa gembira, Ishan tetap selalu waspada.Bhurek segera menjelaskan, "Jenderal Ishan mungkin nggak tahu. Raja memang adalah seorang penguasa yang bijaksana, tapi dia adalah adik sepupumu. Masa kamu nggak tahu hobi Raja? Biasanya, dia suka melakukan hal nggak bermoral di dalam istana, sekarang bahkan lebih parah lagi. Belakangan ini, kondisi Raja makin memburuk. Setelah diperiksa tabib istana, baru tahu Raja menderita penyakit yang nggak bisa di
Sekelompok pejabat sipil dan militer mengikuti Bhurek dan Ishan. Namun begitu memasuki istana, mereka melihat bayangan yang bergerak di sekeliling mereka. Para pasukan kerajaan dan pengawal bersenjata muncul sesuai rencana Bhurek dan segera mengepung Ishan.Ishan memang membawa beberapa pengawal pribadi bersamanya, tetapi jumlah mereka hanya sedikit. Dalam sekejap, ekspresinya pun langsung berubah drastis. Dia menatap Bhurek, lalu segera menarik pedang dari pinggangnya dan berkata dengan nada dingin, "Bhurek, apa yang sebenarnya terjadi? Bukankah kamu bilang Raja ingin bertemu denganku? Apa ini caranya Raja memperlakukanku?"Bhurek mendengus. "Kamu ini hanya seorang pemberontak. Kamu berani bersikap sewenang-wenang di depan kami hanya karena kamu punya kekuatan militer. Sekarang kamu bahkan nggak menghormati Raja. Raja sudah lama ingin membunuhmu si pengkhianat ini."Para pejabat di belakang Bhurek juga ikut berkomentar dan memaki Ishan yang berada di depan mereka."Benar! Kamu ini ada
"Bunuh!" Setelah mendengar perintah dari Ishan, para prajuritnya itu segera bertarung dengan sengit.Sementara itu, Bhurek juga memimpin sekelompok perwira melawan Ishan. Kedua belah pihak langsung terlibat pertarungan yang mematikan. Dalam sekejap, darah mengalir di tempat itu dan terdengar suara jeritan yang bergema di langit. Pemandangan itu sangat mengerikan.Biantara juga memimpin pasukannya dalam pertarungan itu. Bagaimanapun juga, asalkan situasi internal di Kerajaan Beluana menjadi kacau, mereka akan memiliki peluang dan Wira juga bisa merebut lebih banyak wilayah. Saat ini, Wira sudah bersiap menjadi raja, sehingga dia tentu saja butuh kota-kota ini sebagai fondasinya yang kuat. Hanya mengandalkan satu provinsi saja tidak akan cukup.Dalam sekejap, pasukan Ishan sudah kalah total karena Bhurek dan yang lainnya sudah mempersiapkan dengan baik sebelumnya dan pasukan yang dibawa Ishan kali ini saat masuk ke kota juga tidak banyak. Bahkan beberapa pengawal di sampingnya pun sudah
"Dia hanya seorang wanita. Meskipun dulunya seorang putri, mana mungkin wanita bisa menjadi penguasa? Jangankan aku, aku yakin nggak ada yang berniat berlutut di depan seorang wanita. Tapi, semua ini berkat Tuan Biantara. Jadi, kami nggak akan mempermasalahkan yang sebelumnya, begitu juga dengan Yang Mulia."Biantara mengepalkan tangannya dengan erat. Dia ingin sekali membunuh Bhurek. Jika dibandingkan dengan Ishan, orang ini ternyata lebih berbahaya.Bhurek licik dan selalu mempertimbangkan sesuatu secara menyeluruh, bahkan melibatkan dirinya sendiri di dalam rencana. Sepertinya, dia akan menjadi musuh yang sulit untuk dihadapi kelak! Jika tidak segera dihabisi, masalah hanya akan datang bertubi-tubi.Namun, ada begitu banyak orang di sini sekarang. Begitu Biantara mengambil tindakan, dia dan anak buahnya mungkin akan tewas di sini.Ketika Biantara masih ragu-ragu, terlihat Ciputra yang menghampiri dari kejauhan. Tampak pengawal istana mengikuti di belakangnya. Ciputra sendiri mengena
"Tuan Biantara orang yang cerdas. Banyak temanmu di sini, kamu seharusnya nggak ingin melihat mereka mati bersamamu, 'kan?" bisik Bhurek.Perkataan sebelumnya tidak mengandung makna jahat. Bagaimanapun, Biantara sudah membantu Kerajaan Beluana mengatasi krisis sehingga termasuk menteri yang berjasa.Apalagi, Ciputra sudah bersuara tadi. Jika menyulitkan Biantara di saat seperti ini, Ciputra hanya akan dicerca publik. Rakyat dan pejabat juga akan merasa kecewa dengan tindakan ini.Itu sebabnya, Bhurek tidak akan mencelakai Biantara. Namun, untuk menahan Biantara di sini, dia harus membuatnya memahami keuntungan dan kerugian yang ada.Biantara menoleh melirik orang-orang di belakangnya. Mereka adalah anggota intelijen yang telah dibinanya dengan susah payah, juga orang-orang yang siap mati untuk Wira. Mereka tahu perjalanan kali ini sangat berbahaya, tetapi tetap berani mengikutinya.Jadi, Biantara tidak akan membiarkan mereka mati di sini. Setelah ragu sejenak, dia mengangguk dan berkat
Wira menatap Osmaro. Dia merasa lebih tenang karena memiliki seorang penasihat di sisinya. Untungnya, ada banyak cendekiawan di sini. Yang paling cerdas sudah pasti adalah Osmaro, apalagi dia memahami strategi perang.Di bawah tatapan para jenderal, Osmaro menyahut, "Jenderal, aku rasa ucapan kedua jenderal ini kurang tepat. Kita mungkin bisa mengurangi banyak kerepotan dengan cara ini, tapi nyawa Tuan Biantara akan terancam.""Selain itu, ada satu hal yang nggak boleh dilupakan. Bagaimanapun, pasukan itu tetap berada di bawah naungan Ciputra. Atau lebih tepatnya, mereka adalah pasukan Kerajaan Beluana. Waktu itu, kita menyuruh Biantara menyingkirkan Ishan karena berharap Putri Farrel bisa menguasai takhta. Tentu bagus jika Putri Farrel bisa menstabilkan pemerintahan.""Dengan begitu, kita akan terhubung secara permanen dengan Kerajaan Beluana. Kelak, kita dapat maju bersama dan hal ini tentu sangat menguntungkan bagi kita. Selain itu, kita bisa membentuk pasukan hebat untuk menumpas p
Wira melambaikan tangannya dengan tidak sabar dan berkata, "Nggak perlu membuang-buang waktu begini, katakan saja tujuan kedatanganmu. Apa sebenarnya yang diinginkan Ciputra?"Nada bicara Wira terdengar begitu dingin dan tegas. Di sisi lain, Danu dan Doddy telah memegang belati untuk berjaga-jaga.Menurut aturan, utusan dari salah satu pihak tidak boleh dibunuh saat perang sedang berlangsung. Namun, jika situasi mendesak, mereka tidak keberatan untuk membunuh utusan ini. Dengan begitu, mereka juga bisa membuat Ciputra gentar. Bagaimanapun, Ciputra hanya akan merajalela jika tidak diberikan pelajaran."Jenderal, ini surat dari rajaku. Silakan dilihat," ujar Irman sambil mengeluarkan sepucuk surat dan menyerahkannya kepada orang di samping.Setelah menerima surat itu, Wira membacanya sekilas dan wajahnya menjadi sangat masam. 'Sialan! Ternyata, Ciputra mengurung Biantara karena suatu alasan tertentu!'"Aku sudah mengerti. Kamu pasti lelah karena menempuh perjalanan panjang, silakan beris
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan
"Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele
"Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap
Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak
Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai