"Apa kamu ingin bermusuhan dengan Kerajaan Beluana?" Ishan pernah bertemu dengan Wira sebelumnya, juga tahu hubungan Ciputra dengan Wira. Begitu mendengar ucapan Wira, amarah seketika berkecamuk dalam hati Ishan.Kemenangan awalnya sudah di depan mata mereka, tetapi semuanya dikacaukan oleh Wira. Bagaimana Ishan harus melaporkannya kepada Ciputra?"Seluruh anggota Sekte Gunung adalah ahli bela diri, mereka berbeda dengan kita. Mereka nggak seharusnya ikut campur dalam masalah antar negara! Meskipun nggak ada aturan tertulis, biar kuperjelas dulu, jika orang Sekte Gunung berani turun ke medan tempur lagi, aku akan langsung berpihak pada Kerajaan Nuala.""Kamu seharusnya tahu kalau aku juga punya pasukan elite. Selain itu, aku pasti bisa mengendalikan situasi perang. Sekte Gunung memang hebat, tapi ada Sekte Langit di belakangku. Kalian punya ahli bela diri, kami juga punya!" ucap Wira dengan nada datar. Dia terlihat sama sekali tidak takut pada Ishan.Lagi pula, selain memiliki Sekte La
"Kita berlebihan? Sebenarnya, semua ini juga untuk melindungi diri kita sendiri." Wira mendongak memandang bulan, lalu meneruskan dengan nada datar, "Orang Sekte Gunung pasti merencanakan sesuatu, kita hanya belum tahu apa-apa.""Itu sebabnya, mereka berkolusi dengan Ciputra. Bukan hanya membantunya menduduki takhta, tapi juga menyuruhnya mengerahkan pasukan untuk menyerang Kerajaan Nuala. Semua ini sudah pasti tindakan mereka.""Sebaiknya orang dunia persilatan nggak ikut campur dalam masalah kerajaan. Kalau mereka berhasil menguasai istana, akibatnya akan sangat fatal. Selain itu, kita sudah termasuk anggota Sekte Langit. Meskipun kurang menyukai anggota-anggotanya, ada Julian yang berada di sisi kita. Kita nggak boleh membuatnya sedih," jelas Wira.Wira telah mempertimbangkan semuanya dengan baik. Selain itu, dia adalah orang yang sangat teliti sehingga tidak akan membiarkan hal-hal tak terduga terjadi. Begitu sesuatu terlepas dari kendalinya, dia akan merasa sangat tidak nyaman."R
"Lagi-lagi kita nggak bisa tidur malam ini. Tanpa Wira, mungkin kita semua sudah mati sekarang," ucap Prabu kepada para jenderal di depannya.Antares diam-diam memasuki markas, targetnya sudah pasti Prabu, tetapi para jenderal ini juga bisa terbunuh.Jika dipikirkan, memang sangat mengerikan. Bagaimanapun, mereka sudah melihat kehebatan para ahli bela diri Sekte Gunung itu. Kekuatan orang-orang itu memang tidak biasa.Apabila Wira tidak membocorkan informasi, kerugian yang mereka derita hari ini sudah pasti sangat besar. Selain itu, seluruh pasukan Kerajaan Nuala hanya akan dikuasai oleh Kerajaan Beluana!Ini adalah bagian yang paling menakutkan! Prabu memiliki 100.000 pasukan elite, entah bagaimana jika pasukan ini jatuh ke tangan Kerajaan Beluana!Para jenderal itu mengangguk mendengar perkataan Prabu. Kemudian, mereka mulai mengutarakan pendapat masing-masing."Kita harus memberi tahu Raja hal ini supaya Raja memberikan hadiah. Tapi, hanya Wira yang pantas mendapatkannya untuk sekar
Di istana Kerajaan Beluana."Apa katamu? Kamu yakin dia Wira? Dia berani ikut campur urusan kedua kerajaan?" Ishan telah melaporkan semuanya kepada Ciputra. Begitu mendengarnya, ekspresi Ciputra pun menjadi sangat masam.Ini karena Ciputra tidak menduga Wira akan ikut campur dalam masalah ini, bahkan melukai orang Sekte Gunung! Tindakan ini sama saja dengan melawannya! Mana mungkin Ciputra bisa menerima semua ini!"Ya, aku yakin. Aku pernah bertemu Wira sebelumnya. Dia juga memberitahuku identitasnya, bahkan menjelaskan pro dan kontra yang ada. Dia turun tangan karena orang Sekte Gunung terlibat dalam pertempuran ini. Selain itu, dia sepertinya sangat membenci Sekte Gunung.""Yang Mulia, apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Aku nggak yakin dengan pemikiran Wira, tapi kalau dia bekerja sama dengan Kerajaan Nuala, akibatnya pasti akan sangat fatal!" jelas Ishan.Ciputra pun mulai merenungkan masalah ini. Untuk sesaat, dia tidak tahu harus bagaimana. Saat ini, terdengar suara langkah
"Yang Mulia, apa kita harus menarik mundur pasukan atau ...," tanya Ishan yang menatap Ciputra sambil menunggu jawabannya.Setelah ragu-ragu sejenak, Ciputra mengernyit sembari membalas, "Jangan dulu. Kamu kembali saja ke markas dan atur pasukanmu.""Aku tahu kamu sudah kalah sekali, tapi pantang menyerah. Aku yakin kamu akan menang pada pertarungan selanjutnya. Meskipun ini karena campur tangan Wira dan banyak menteri yang nggak senang dengan hasil ini, aku tetap menghormatimu. Jadi, semoga kamu nggak membuatku kecewa lagi."Ishan mengangguk mendengarnya. Tatapannya dipenuhi rasa bersyukur. Tidak peduli apa pendapat para menteri itu, yang terpenting adalah Ciputra selalu berada di pihaknya. Adapun yang lainnya, dia tidak peduli. Kemudian, Ishan berpamitan dan kembali ke markasnya."Wira, sebaiknya kamu nggak membuatku terlalu kesulitan. Sekarang aku sudah menjadi penguasa. Kalau keuntungan kerajaanku terancam, aku nggak akan mengampunimu. Apalagi, aku punya Sekte Gunung yang menyokong
"Baik."Di saat kedua orang itu sedang berbincang, terdengar suara langkah kaki dari luar. Selanjutnya, terlihat Wulan, dan ketiga wanita lainnya masuk. "Suamiku, kamu sedang siap-siap mau keluar?" tanya Wulan memulai pembicaraan.Saat melewati kamar Julian tadi, mereka mendengar suara kedua orang itu sedang berbincang. Oleh karena itu, mereka masuk ke kamarnya. Wira tidak ingin merahasiakan apa pun dari istri-istrinya, sehingga dia hanya mengangguk sambil tersenyum dan memberi penjelasan."Benar, kami berdua mau bersiap-siap pergi ke sekte Gunung. Tapi sebelum itu, aku harus membawanya pulang dulu. Karena terburu-buru pergi saat itu, Sekte Gunung dan Sekte Langit masih ada banyak hal yang belum diselesaikan. Jadi, kali ini kami harus pulang dulu."Di antara semua ini, masih ada hal yang belum diceritakannya, yaitu mengenai masalah dua kerajaan. Sekarang Wira sudah yakin bahwa semua masalah ini berkaitan anggota Sekte Gunung. Selain itu, Sekte Gunung juga mengutus ahli untuk membantu C
"Tenang saja, bahkan kalau harus mati sekalipun, aku akan tetap melindungi istri cantikmu itu," kata Biantara sambil merangkul pundak Wira dan tertawa.Wira memutar bola matanya terhadap Biantara. "Dasar, bisa nggak kamu jangan bicara sembarangan? Kenapa selalu saja mengungkit mati? Bawa sial tahu?"Wira yang baru saja hendak berangkat, tentu saja tidak bisa senang saat mendengar ucapan Biantara. Sementara itu, Danu dan Doddy tertawa canggung merespons keduanya. Biantara hanya menggaruk kepalanya. Melihat Wira yang marah, dia buru-buru menimpali, "Aku hanya bercanda, kok. Kenapa dianggap serius?"Meskipun berkata demikian, hati Biantara tetap merasa nyaman. Sebab, Wira menasihatinya dengan tulus karena benar-benar menganggapnya sebagai saudara."Sudahlah, semuanya sudah kuinstruksikan dengan baik. Aku nggak mau banyak omong kosong lagi dengan kalian. Kalian semua adalah sahabatku, aku nggak sembarangan percaya pada orang, aku hanya percaya pada kalian tanpa syarat."Mendengar ucapan Wi
Julian begitu terharu mendengarnya. Dia langsung memeluk lengan Wira dan mendekap ke pelukannya. Pada saat ini, dia benar-benar merasakan kebahagiaan yang tidak pernah dirasakannya sebelumnya. Alangkah indahnya jika waktu bisa berhenti di detik ini juga.Dengan begitu, tidak akan ada lagi kesedihan dan kegembiraan di dunia ini. Yang ada hanya kedua orang yang saling mencintai. Ini juga termasuk hal yang sangat membahagiakan di dunia ini!Setelah menempuh perjalanan selama 1 hari 1 malam, kedua orang itu akhirnya kembali ke Sekte Langit. Saat mengetahui Wira dan Julian pulang, Arham yang telah mendapat kabar itu, lantas menunggu di depan pintu masuk Sekte Langit. Saat melihat sosok mereka berdua, dia buru-buru menyambutnya.Sebelumnya, dia memang selalu bertentangan dengan Wira. Namun, itu hanya karena dia merasa tidak puas terhadap Wira. Akan tetapi, setelah berinteraksi dengannya beberapa kali, keduanya sudah menjadi teman, dan bahkan jadi sahabat yang lumayan akrab."Kukira bakal lam
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan
"Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele
"Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap
Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak
Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai