"Farrel, kamu nggak perlu takut, nggak ada orang kakakmu di sini. Kalau ada yang ingin kamu katakan, katakan saja dengan berani. Kita pasti akan menolongmu!""Benar. Farrel, kamu anggap saja kami ini temanmu, katakan saja dengan berani.""Nona, kamu nggak perlu takut. Apa yang sebenarnya mereka lakukan di istana, kamu katakan dengan cermat. Kita pasti akan menolongmu."Semuanya mengira Farrel ketakutan, sehingga tidak berani mengungkapkan kebenarannya dan mereka semua mengelilinginya untuk menghiburnya. Namun, ekspresi Farrel tetap terlihat bingung, karena dia benar-benar tidak tahu. Jika tahu, dia pasti sudah mengatakannya."Aku benar-benar minta maaf. Kalau aku tahu, aku pasti akan mengatakannya. Tapi, aku juga nggak mengerti kenapa Kakak mengurungku."Farrel mengangkat kepalanya dengan ekspresi tegas. Dia benar-benar tidak berbohong, dia mengatakan yang sebenarnya. Hal ini mengejutkan semua orang di ruangan. Seorang putri malah dikurung dengan tanpa alasan. Mungkin saja ada alasanny
Memang benar apa yang dikatakan Wira. Sebelumnya, Ciputra memperlakukan Farrel dengan sangat baik, pasti ada alasannya mengapa kepribadian Ciputra langsung berubah drastis dalam semalam.Semua orang merasa sangat terkejut karena tidak menyangka Wira akan berpikir sejauh itu. Mereka semua pun tidak terpikirkan bahwa ada rahasia yang sulit diungkapkan di balik tindakan Ciputra. Bagaimanapun juga, mereka dilahirkan di keluarga raja. Tidak mungkin tidak memiliki ambisi dan tunduk pada seseorang begitu saja. Namun sekarang, sepertinya Ciputra mungkin pengecualian."Ternyata seperti ini. Mungkin Ciputra sekarang juga sangat menderita. Dia terpaksa mengurung adiknya dan sekarang harus berpura-pura terlihat kejam.""Danu selalu mengagumi orang seperti ini. Kalau kelak Ciputra dalam masalah dan minta tolong kepada kita, Bos harus menolongnya ya."Awalnya semua orang tidak mengerti mengapa Ciputra melakukan hal ini, tetapi mereka mulai mengerti setelah mendengar penjelasan Wira.Mendengar perkat
"Meskipun begitu, orang-orang di belakangnya itu juga nggak akan melepaskan kita. Untuk berpura-pura, Ciputra pasti akan mengirim orang untuk membunuh kita."Analisis Danu sangat masuk akal dan tentu saja Wira juga sudah mempertimbangkan hal itu. Namun, dia tidak khawatir karena ada Hasto bersama mereka. Jika orang-orang itu datang, semuanya juga bukan tandingan mereka."Meskipun begitu, kamu jangan lupa kita punya banyak ahli di sini. Selain itu, ada sesuatu yang belum kuceritakan kepada kalian. Ciputra pernah bertemu berduaan denganku dan kata-katanya sangat kejam, tapi aku menyadari dia ingin memutuskan hubungan kita agar orang-orang di belakangnya nggak menyerang kita. Sekarang, sepertinya kita sudah menyulitkannya."Memikirkan segala tindakan gegabahnya untuk menyelamatkan Farrel, Wira menggelengkan kepalanya.Saat masih berada di istana, Wira masih tidak mengerti mengapa Ciputra melakukan semua ini, tetapi begitu keluar, dia langsung mengerti. Sudah terjadi konflik seperti itu, C
"Aku akan memberimu satu kesempatan lagi. Turunkan perintah untuk mengisolasi seluruh kota. Pastikan kamu menangkap mereka, baik hidup maupun mati!" ujar Ciputra, masih dengan raut marahnya.Pria tua berjubah hitam itu mendengus lagi, lalu mengiakan dan undur diri. Setelah keluar, dia memandang Ciputra yang membelakanginya dan bergumam, "Di antara banyaknya cara, kamu sengaja memilih jalan yang memakan waktu dan tenaga. Ciputra, sebenarnya kamu yang bodoh atau aku? Niatmu terbaca dengan sangat jelas. Apa kamu benar-benar menganggap kami nggak tahu?"Pria tua berjubah hitam itu mendengus. Orang-orang Sekte Gunung yang mereka utus sebelumnya tidak bisa diandalkan. Jika begitu, dia hanya bisa mencari orang-orang yang lebih kuat.Ciputra yang berada di dalam ruangan tidak mengetahui isi pikiran pria tua berjubah hitam itu. Dia mengulum senyum tipis. Hatinya terasa lega karena adiknya baik-baik saja. Dia benar-benar berharap Wira segera membawa Farrel pergi sejauh mungkin dan tidak usah kem
Usai memaki-maki Danu, jenderal itu segera memimpin para prajuritnya pergi. Danu menghela napas lega, lalu buru-buru pergi memeriksa gerbang kota. Dari empat sisi gerbang kota, dia mendapati hanya gerbang barat yang penjagaannya terbilang longgar.Danu bergegas kembali ke restoran untuk melaporkan hasil penyelidikannya pada Wira. Namun, penampilan acak-acakannya membuat Wira terkejut setengah mati. Wira bahkan tidak sadar bahwa air yang tengah dituangnya sudah meluap hingga mengenai tangannya."Danu, aku cuma menyuruhmu menyelidiki situasi di luar, kenapa kamu kembali dengan penampilan mengenaskan begini?" tanya Wira setelah sadar dari keterkejutannya.Danu menggaruk kepalanya dengan malu, lalu dia pun menceritakan kejadian yang dihadapinya tadi."Rupanya begitu. Jadi, gimana hasil penyelidikanmu?" tanya Wira lagi."Kak Wira, aku sudah mengecek keempat gerbang kota. Dari semuanya, cuma gerbang barat yang penjagaannya lebih longgar. Gimana kalau kita keluar dari sana malam ini?" ujar Da
Suara senjata yang berbenturan di luar akhirnya menarik perhatian jenderal yang mengantuk."Suara apa itu?""Tuan, gawat! Ada sekelompok ahli bela diri di luar! Sebagian besar prajurit kita sudah tewas!" lapor seorang prajurit sambil berlari masuk dengan sempoyongan. Sekujur tubuhnya berlumuran darah, tetapi dia tidak melupakan tugasnya untuk melapor.Perubahan mendadak ini membuat jenderal yang memimpin terkesiap. Tanpa sempat mengenakan pakaiannya, dia berniat mengambil barang-barangnya dan hendak melarikan diri. Uang-uang ini tidak boleh sampai ketinggalan!Tepat ketika jenderal itu hendak berberes, Wira sudah menerobos masuk. Dia langsung melayangkan tongkat untuk menghabisi prajurit itu, lalu menatap jenderal itu dengan dingin."Pendekar, ampuni aku! Aku nggak pernah melakukan kejahatan apa pun! Aku hanya bekerja di sini, tolong jangan bunuh aku!" pinta jenderal itu sembari berlutut setelah melihat prajurit itu dibunuh begitu saja oleh Wira."Pendekar, aku akan membiarkanmu pergi,
Wira melirik sekilas Danu, Doddy, dan Biantara. Kemudian, dia menyuruh Hasto, Julian, dan Farrel mengikutinya.Setelah mendapatkan kabar kepulangan Wira, ketiga istrinya sudah menunggu di depan karena takut melewatkan sesuatu. Alhasil, mereka melihat Wira pulang."Suamiku, akhirnya kamu pulang. Gimana kondisimu sekarang, Farrel? Apa ada yang sakit? Apa kamu lapar?" tanya Wulan.Fokus Wulan awalnya hanya tertuju pada Wira. Namun, ketika melihat ekspresi Farrel yang kelelahan dan sedih, Wulan sontak merasa tidak tega padanya. Jadi, ketiga istri Wira mengelilingi Farrel untuk memberinya perhatian."Kalian bawa Farrel istirahat dulu. Kak Hasto, Julian, kalian tetap di sini, ada yang ingin kubahas," ujar Wira. Setelah ketiga istrinya membawa Farrel pergi, hanya tersisa mereka bertiga di aula."Wira, kamu mau bahas apa? Apa kamu sudah punya rencana?" tanya Hasto."Kak Hasto, selanjutnya akan terjadi pertempuran sengit. Aku tahu aku terkesan kurang sopan kalau menyuruhmu ikut serta pertempura
"Apa ada pergerakan di Kerajaan Nuala?" tanya Wira."Untuk sementara ini nggak ada, mereka terlihat nggak peduli dengan masalah ini," sahut Biantara.Wira merasa bingung. Jelas-jelas pertempuran sudah akan terjadi, mengapa Kerajaan Nuala tidak membuat persiapan? Sepertinya, ada rahasia yang tidak bisa diselidiki oleh Biantara. Itu berarti, Wira harus menanyakannya pada orang itu."Ya sudah, kamu sudah boleh kembali, aku akan mempertimbangkannya dulu. Setelah membuat keputusan, aku akan memanggilmu lagi," ucap Wira.Wira harus menulis surat untuk Yudha, menanyakan situasi yang sebenarnya terjadi. Makanya, dia menyuruh Biantara pergi.Sesudah Biantara pergi, Wira sendirian di kamar samping. Ketika menulis surat, dia pun merasa agak gelisah karena khawatir akan terjadi masalah baru.Masalah Keluarga Barus belum terselesaikan. Jika sesuatu terjadi pada Kerajaan Nuala, masalah ini akan menjadi makin rumit."Suamiku, apa terjadi masalah? Aku melihatmu gelisah, makanya kemari." Terdengar suar
Namun, auranya sangat berbeda. Apa mungkin karena sudah lama tidak bertemu, jadi terasa agak asing?"Bukannya aku nggak ingin pulang, hanya saja ada urusan penting yang harus diselesaikan. Mana mungkin aku nggak merindukan kalian? Selama aku pergi, aku selalu memikirkan kalian!" sahut Wira buru-buru.Wulan yang berdiri di samping tetap memasang ekspresi dingin. "Dasar pembohong! Kalau kamu benaran merindukan kami, kamu nggak akan pergi selama itu! Semua pria memang sama saja. Kalian egois dan cuma memikirkan diri sendiri!""Sudahlah, aku malas berdebat denganmu. Sebaiknya kamu segera berkemas dan pulang untuk melihat kami!"Wira menatap Wulan untuk waktu yang cukup lama. Tiba-tiba, tatapannya menjadi dingin. Dia segera menghampiri Wulan dan mencengkeram pergelangan tangannya."Sakit," ucap Wulan secara spontan.Doddy yang melihatnya pun terkejut. Apa yang terjadi? Wira terkenal sangat menyayangi istrinya, selalu memperlakukan mereka dengan sangat baik. Kenapa tiba-tiba menjadi sekasar
Setelah beberapa orang itu pergi, Doddy tetap tinggal di aula. Dia berjalan ke pintu, memastikan orang-orang sudah menjauh. Kemudian, dia kembali ke sisi Wira dengan dahi berkerut dan bertanya, "Kak, sebenarnya apa maksud mereka?""Sejak mereka datang, setiap hari cuma bahas soal uang. Kami nggak diperbolehkan melakukan apa pun. Aku rasa mereka sengaja menyulitkanmu. Apa mereka takut kita kalah perang, lalu mereka akan kehilangan kehidupan nyaman seperti sekarang ini?"Doddy menggertakkan giginya dengan kesal. Dia sungguh tidak mengerti mengapa Osmaro dan lainnya tidak mendukung gagasan memulai perang. Bukankah bagus jika mereka bisa mendamaikan sembilan provinsi secepat mungkin? Ini adalah hasil yang diinginkan semua orang, 'kan?Wira menghela napas dan menyahut dengan pelan, "Kamu tentu nggak ngerti apa yang mereka pikirkan. Sebenarnya mereka cuma pikirin kita. Aku percaya mereka nggak punya niat buruk.""Mereka bersikap seperti ini karena nggak ingin para rakyat mengalami penderitaa
Wira tertegun, matanya membelalak lebar. Tidak disangka, selama dia tidak ada, mereka telah melakukan begitu banyak hal, bahkan berhasil mengumpulkan begitu banyak persediaan uang dan bahan pangan untuknya."Bagus, benar-benar bagus! Dengan jawaban Tuan Harraz ini, aku nggak punya kecemasan apa pun lagi." Wira tertawa terbahak-bahak.Namun, Huben masih tampak cemas. "Gimana kalau perang belum selesai dalam 3 sampai 5 tahun?"Sembilan provinsi kembali terjerumus dalam kekacauan. Ini bukan perang yang bisa selesai hanya dalam beberapa tahun. Begitu kembali ke dalam kobaran perang, tidak ada seorang pun yang tahu akan seperti apa hasilnya.Fransco juga mengangguk setuju. "Benar. Kalau perang besar terus berlanjut, rakyat di dua provinsi kita pasti akan menghadapi beban yang belum pernah terjadi sebelumnya.""Kepercayaan dan dukungan rakyat yang susah payah dikumpulkan, kemungkinan besar akan hancur dalam sekejap. Segala upaya yang telah dilakukan sebelumnya akan menjadi sia-sia.""Selain
"Aku juga dengar, orang itu menguasai beberapa ilmu sihir dan ahli dalam formasi perang. Dia punya keahlian yang luar biasa!""Dia bahkan menjadi orang kepercayaan utama dari Senia.""Kalau orang seperti itu berhasil disingkirkan, tekanan kita pasti akan berkurang."Mendengar ucapan semua orang, Wira mengangguk setuju dan tidak menyembunyikan apa pun. "Yang kalian katakan benar, Panji memang punya kemampuan seperti itu. Makanya, dia harus disingkirkan. Kali ini, aku telah menghadapi banyak kesulitan untuk menyingkirkannya."Semua orang menarik napas panjang. Ternyata, selama ini Wira tidak berdiam diri saja. Mereka sudah salah paham terhadap Wira!Wira melanjutkan, "Oh ya, ada satu hal lagi. Setelah menyingkirkan Panji, Kerajaan Agrel tetap menjadi ancaman bagi kita. Aku baru saja menerima informasi terpercaya bahwa Senia telah menghubungi Kerajaan Beluana dan siap untuk menyerang kita.""Tapi, aku nggak akan tinggal diam. Aku juga sudah membuat kesepakatan dengan Osman. Kalau perang b
"Tuanku, akhirnya kamu pulang. Kami pikir kamu sudah nggak peduli dengan kedua provinsi ini lagi," ucap Huben terlebih dahulu dengan nada tidak puas.Bagi Wira, menjadi seorang pemimpin yang hanya memberi perintah memang mudah. Namun, semua beban dan tanggung jawab akhirnya ditanggung oleh bawahan. Siapa yang bisa merasa senang dengan itu?Apalagi, selama ini mereka tidak bisa menghubungi Wira dan hanya bisa bertahan dengan segala kemampuan yang ada.Pada hari-hari biasa, mungkin semua masih berjalan lancar tanpa banyak kendala. Namun, sejak bencana banjir melanda sembilan provinsi, masalah menjadi semakin banyak. Terlebih lagi saat membuat keputusan besar tanpa Wira sebagai pendukung utama, langkah mereka terasa begitu berat.Untungnya, semua bisa dilalui dengan baik. Namun, melihat Wira kembali, mereka tidak bisa menahan diri untuk mengungkapkan keluh kesah mereka. Mereka ingin Wira tahu betapa besar usaha dan pengorbanan mereka."Semuanya, sudah lama nggak ketemu. Aku bukan sengaja
Bagaimanapun, jika ada yang menyapanya, Wira harus membalas dengan sopan. Dalam proses itu, banyak waktu akan terbuang dan situasi seperti itu sangat merepotkan.Sebagai seseorang yang selalu rendah hati, Wira tidak suka melakukan sesuatu dengan cara yang mencolok."Tuan Wira, kapan kamu kembali?"Saat Wira sedang berjalan santai di pinggir jalan, dia mendengar seseorang memanggilnya. Dia pun menoleh, lalu menatap sosok yang mendekat.Namun, Wira hanya merasa familier dengan pria itu. Dia tidak langsung mengingat identitasnya.Melihat keraguan di mata Wira, pria itu tersenyum dan berkata, "Kamu benaran lupa padaku? Aku Sarman. Selama ini aku yang membantumu membuat senjata. Sudah ingat belum?"Mendengar itu, Wira langsung menyadari siapa pria itu dan mengangguk pelan. Sarman diterima di Dusun Darmandi karena memiliki sejumlah besar besi dingin berusia ribuan tahun.Karena besi dingin itu, Sarman meninggalkan tempat asalnya dan pergi ke Provinsi Lowala. Saat itu juga, Wira mengambil sel
Wira terkekeh-kekeh. Dia merasakan bahwa Gina benar-benar merasa senang. Hubungan antara Gina dan Kresna serupa dengan hubungan Wira dengan Lucy, atau bahkan lebih erat lagi.Bagaimanapun, Gina dan Kresna sudah menjalin hubungan yang lebih intim. Ini adalah fakta yang tidak dapat disangkal. Sementara itu, Wira dan Lucy tidak memiliki hubungan seperti itu."Terima kasih banyak, Tuan. Aku harap aku juga bisa ikut serta saat perang dimulai. Percayalah, aku nggak akan menjadi beban bagimu.""Selain itu, aku cukup mengenal medan di Kerajaan Agrel. Aku yakin aku dapat memberi bantuan kepadamu." Gina berbicara sambil menangkupkan tangan dengan penuh hormat.Wira mengangguk sambil membalas, "Ya, aku pegang ucapanmu ini."Setelah semua diatur dengan baik, Wira segera pergi. Segalanya sudah siap. Kini, mereka tinggal menunggu waktu yang tepat.Tugas berikutnya adalah memastikan Lucy menyusupkan orang-orangnya ke Kerajaan Agrel, lalu menjalin kontak dengan kedua raja itu.Sepanjang malam, Gina ti
Di halaman belakang kediaman jenderal.Di bawah panduan Lucy, Wira segera tiba di depan sebuah ruangan.Setelah pintu diketuk, tidak lama kemudian seorang wanita keluar dari dalam ruangan. Dia adalah Gina yang sudah lama tidak terlihat.Melihat Wira, Gina segera memberi hormat kepadanya. "Salam untuk Tuan Wira."Wira tersenyum sambil mengangguk. Sambil melangkah masuk ke ruangan, dia berucap, "Nggak perlu terlalu formal.""Aku memperlakukan orang-orang di sekitar dengan cara yang sama. Aku nggak menyukai tata krama berlebihan dan nggak membutuhkan penghormatan seperti ini.""Kelak, kamu nggak perlu bersikap terlalu sopan. Anggap saja kita ini teman."Gina mengangguk, meskipun dalam hati kecilnya, dia tidak berani benar-benar bertindak seperti itu.Sebagai penguasa dua wilayah, Wira memiliki kedudukan yang setara dengan Senia, bahkan lebih tinggi dari Kresna. Bagaimana mungkin Gina berani bersikap sembrono terhadapnya?Lucy terus mengikuti di belakang Wira, berdiri diam di sisi ruangan.
Wira kembali berbicara, "Dari semua orang yang berada di sekitarku, pekerjaanmu adalah yang paling berbahaya. Mengikutimu berarti menghadapi risiko terbesar pula.""Ayahnya sudah meninggal, kita nggak bisa membiarkan anaknya menderita karena kita. Menurut pendapatku, lebih baik kirim dia ke Dusun Darmadi untuk belajar. Mungkin suatu hari nanti, dia bisa meraih gelar kehormatan. Itu adalah jalan yang lebih baik."Lucy mengangguk. "Baik, akan kulaksanakan.""Oh ya." Wira mengubah topik pembicaraan. "Apa orang-orang kita masih belum bisa menyusup ke Kerajaan Agrel?"Dalam benak Wira, terlintas bayangan Kresna. Saat ini, dia telah mencapai kesepakatan dengan Kresna dan Ararya. Jika ketiganya bersatu, mereka akan menjadi tak terkalahkan. Hari kehancuran Senia akan segera tiba.Meskipun enggan bertempur dengan Senia dalam kondisi seperti ini, semua itu dilakukan demi rakyat. Hanya dengan menghancurkan Senia, rakyat di sembilan provinsi dapat hidup damai tanpa harus kembali merasakan peperang