Para tukang pukul berbicara dengan arogan."Beraninya bocah sialan ini membuat keributan di kediaman Keluarga Ghanim! Apa kamu nggak tahu Keluarga Ghanim itu salah satu dari 8 keluarga besar?""Pengurus, bagaimana ini? Apa kita masih mau lanjut bicara omong kosong dengannya? Bagaimana kalau kita hajar dia dulu sebelum kita lempar keluar?""Ini pertama kalinya aku melihat orang yang begitu berani! Jelas-jelas dia hanya orang lemah, tapi malah berani membuat keributan di kediaman Keluarga Ghanim!"Sepertinya semua tukang pukul ini sudah terlalu lama berada di bawah naungan keluarga besar. Mereka menganggap diri mereka sebagai anggota keluarga besar.Pengurus kediaman juga menjadi sombong karena sekarang sudah ada yang membantunya. Dia tidak lagi terlihat ketakutan seperti sebelumnya. Dia segera menghampiri Wira dan mengancam, "Kultivasi orang-orang ini lebih hebat darimu! Kalau kamu berani macam-macam, kami juga nggak akan sungkan-sungkan lagi! Kalau bukan karena memikirkan martabat kelu
Apa Wira sudah gila? Ini adalah kediaman Keluarga Ghanim, jadi ini adalah wilayah kekuasaan Arham. Jika Arham memberi perintah, ayahnya pasti akan langsung membawa pasukan untuk membunuh Wira.Tiba-tiba, Wira meninju pipi kiri Arham. Alhasil, Arham terhuyung, lalu terjatuh di atas lumpur. Wira berkata, "Aku meninjumu karena Julian. Dia benar-benar sial disukai oleh orang sepertimu."Kemudian, Wira mencengkeram kerah baju Arham, lalu mengangkatnya dan meninju pipi kanannya. Wira berujar, "Kali ini, aku meninjumu untuk diriku sendiri. Rasanya sial sekali bertemu dengan orang sepertimu. Aku harap kelak kita nggak saling berutang dan kita nggak punya hubungan apa pun lagi!"Setelah melayangkan tinjunya 2 kali, Wira mengeluarkan saputangan untuk menyeka tangannya, seolah-olah Arham adalah barang yang kotor.Arham terjatuh di lantai, ekspresinya tampak kaget. Sejak kecil, Arham adalah orang yang berbakat. Dia tidak pernah dipermalukan seperti ini. Arham mengalami semua ini karena Wira. Arham
Meskipun begitu, Toriq juga tidak bisa mengabaikan putranya."Sepertinya putra bungsuku sudah terlalu nakal, aku minta maaf kepadamu. Kamu lepaskan dia dan anggap saja Keluarga Ghanim berutang budi kepadamu, kelak aku pasti akan membalasmu."Setelah mengatakan itu, Toriq pun mundur satu langkah, lalu memberi hormat kepada Wira. Arham yang tidak pernah melihat ayahnya memberi hormat kepada orang dunia luar, langsung terdiam.Wira juga tidak menyangka Toriq ini mampu menundukkan kepalanya dan meminta maaf tanpa ragu-ragu. Orang seperti Toriq ini baru bisa membuat orang lain ketakutan, karena Toriq tidak tahu malu. Mungkin dengan sikapnya inilah, Toriq baru bisa mencapai posisinya saat ini."Ayah, apa yang kamu lakukan? Dia ini hanya orang rendahan saja, kenapa kamu harus menundukkan kepalamu kepadanya?"Arham akhirnya bereaksi. Dia tidak mengerti mengapa ayahnya harus menundukkan kepala kepada orang rendahan yang telah menindasnya ini.Wira hanya melirik ke Arham sebentar, tetapi Toriq l
"Huh. Toriq, kalau kamu berani melakukan sesuatu, jangan takut akan ketahuan orang lain. Selain itu, kenapa ada pelayan dari Keluarga Ghanim di kediamanku? Kenapa dia bisa datang mencari Wira dan mengaku dia adalah pelayan dari gadis suci?" Beberapa perkataan Juna itu langsung membuat Toriq berkeringat dingin.Arham yang berada di samping tahu ini adalah kesalahannya, dia tidak ingin ayahnya menanggung semua kesalahan ini."Tuan Juna, semua ini adalah kesalahanku sendiri, ayahku nggak tahu. Mohon Tuan Juna jangan menyalahkan ayahku. Kalau ingin menghukum, aku bersedia menanggungnya sendirian."Saat mendengar perkataan Arham, Wira menatap Arham dengan terkejut. Otak Arham memang bodoh, tetapi Arham sangat berbakti kepada ayahnya. Sebenarnya, Arham juga tidak melakukan kesalahan yang begitu besar, sehingga dia tidak berniat untuk menuntut tanggung jawab dari Arham lagi. Hari ini, dia datang hanya untuk memberi Arham sebuah peringatan bahwa jika kelak terjadi hal seperti ini lagi, dia pas
Arham tidak menoleh dan tertegun di tempatnya. Dia tidak pernah menyangka orang yang sebelumnya adalah musuhnya akan menjadi temannya. Dia tersenyum, berbalik, dan memandang Wira."Ini bisa dibilang pertemuan yang tak terduga juga. Kita sudah saling mengenal begitu lama, tapi aku masih belum memberitahumu namaku adalah Arham Ghanim. Wira, kamu harus mengingat namaku. Meskipun aku nggak bisa langsung menjadi temanmu, aku yakin tidak akan lama lagi kita akan bertemu lagi." Setelah mengatakan itu, Arham berbalik lagi dan pergi sambil melambaikan tangannya.Wira menatap punggung Arham yang pergi menjauh dan tersenyum."Hei, apa kalian berdua melupakanku ya? Kalau nggak ada masalah lagi, ayo cepat pulang. Aku punya firasat buruk kalau tetap berada di kediaman Keluarga Ghanim. Tema untuk ujian tahap ketiga akan segera diumumkan, kita harus bersiap setelah pulang nanti."Julian juga tidak bisa menjelaskan mengapa dia akan merasa mengerikan dan ada bau amis darah di mana-mana hanya dengan bera
Saat memikirkan hal itu, Wira merasa sangat aneh. Apakah yang sebenarnya telah terjadi sebelumnya? Mungkin komentar-komentar ini telah memberikan dampak kepada Julian, sehingga Julian begitu sensitif.Hasto berjalan ke samping Wira dan menatap punggung Julian yang menjauh, lalu keduanya berjalan pulang dengan santai. Sepanjang perjalanan, keduanya membahas banyak hal tentang masa lalu Julian dan juga bagaimana Julian bisa terkena penyakit dinginnya. Hasto menceritakan semua yang diketahui dan tidak diketahui oleh Wira.Setelah kembali ke kediaman Keluarga Triaji, Wira tiba-tiba menyadari jantungnya berdebar, tetapi terasa agak sakit. Dia tidak terluka, sehingga tidak mungkin ada luka dalam. Rasa sakit ini seharusnya karena dia terlalu kasihan dengan Julian. Dia tiba di depan kamar Julian dan ingin mengetuk pintunya, tetapi akhirnya memutuskan untuk pergi karena merasa masih terlalu pagi sekarang. Setelah memenangkan lomba mencari jodoh itu, dia akan menikahi Julian secara terang-terang
Setelah menerima barang-barang itu, Wira memberi hormat kepada semua orang, lalu berbalik dan pergi. Ada pelayan yang membawanya menuju Hutan Kematian. Namun sebelum keluar dari pintu, dia berbalik dan memandang Julian sejenak. Seperti ada telepati di antara keduanya, dia merasa Julian sedang mengkhawatirkannya, sehingga dia tersenyum sebagai isyarat kepada Julian untuk tidak perlu khawatir dan tunggu dia kembali dengan tenang. Setelah memberikan isyarat itu, dia berbalik dan pergi.Setelah menunggangi kuda mengikuti pelayan itu entah berapa lama, Wira akhirnya tiba di Hutan Kematian."Kamu lihat papan tanda ini, 'kan? Hutan Kematian ada di depan. Begitu masuk ke dalam hutan ini, ada akan banyak binatang buas yang datang menyerangmu. Cuma ini yang bisa kukatakan, semoga kamu beruntung."Melihat dua pertandingan Wira yang sebelumnya, pelayan itu merasa Wira adalah orang berbakat yang langka. Dengan pemikiran seperti itulah, dia dengan baik hati memperingatkan Wira.Setelah pelayan itu p
Wira merasa sangat lapar dan perlu mencari sesuatu untuk mengisi energinya. Jika tidak, dia akan mati kelaparan sebelum lombanya dimulai. Bagaimanapun juga, dia berasal dari zaman modern dan pernah menyukai video petualangan, dia tidak menyangka hal itu akan berguna di tempat seperti ini. Sesuai metode yang pernah dijelaskan di video itu, dia membuat sebuah perangkap sederhana dan sekarang hanya tinggal mencari umpan. Namun, dari mana dia bisa mendapatkan umpan?Saat Wira sedang berpikir, terdengar suara gesekan dari semak-semak di sekitarnya. Dia menjadi tegang dan menggenggam pisau kecilnya dengan erat. Jika ada binatang buas, dia akan berjuang hingga mati. Namun, hanya seekor kelinci liar yang langsung melompat ke depannya.Setelah memastikan tidak ada binatang buas lainnya, Wira menghela napas lega, lalu memandang kelinci liar yang berbaring di depannya. Dia berpikir kelinci liar itu adalah umpan yang didapatkan secara cuma-cuma.Setelah mendapatkan umpan dengan mudah, Wira mengura
Setelah melihat Wira yang duduk di dalam sel, Danu merasa hatinya sakit dan berteriak, "Cepat buka pintu sel ini! Kalian benar-benar berani sekali. Bahkan kakakku juga kalian berani tangkap?"Bukan hanya Adianto yang langsung tercengang begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang berada di sana juga begitu. Danu adalah jenderal yang terkenal dan berkuasa. Di seluruh Provinsi Lowala, tidak ada yang bisa menandinginya dan bahkan tidak ada yang berani mengganggunya. Orang yang dipanggilnya kakak tentu saja adalah Wira.Adianto tidak berani percaya dengan apa yang didengarnya, tetapi kenyataannya sudah ada di depan matanya. Setelah menelan ludah, dia segera membuka pintu sel dan inisiatif masuk ke dalamnya. Dia hanya menundukkan kepala karena tidak berani menatap Wira dan berkata, "Tuan, sebelumnya aku nggak tahu apa-apa dan sudah menyinggungmu.""Aku mohon Tuan bisa memaafkanku, jangan menghukumku. Aku nggak akan mengulanginya lagi kelak."Pada saat ini, Adianto benar-benar ketakutan
"Menurutku, ini ide yang bagus. Kalau begitu, kita lakukan sesuai keinginanmu. Aku akan pergi memberi tahu rekan-rekanku di luar biar mereka membantuku memberi pelajaran pada anak ini. Sejujurnya, aku juga kesal dengan anak ini," kata Adianto sambil tersenyum sinis, lalu bersiap pergi bersama Ruben.Adianto memang tidak bisa langsung memutuskan semua hal yang ada di penjara bawah tanah, dia tetap harus melaporkannya pada atasannya. Namun, jabatannya lebih tinggi daripada orang-orang yang ada di sana. Jika kerabatnya ingin masuk ke kota, semua juga pasti akan melewatinya. Oleh karena itu, dia tentu saja memiliki pengaruh tertentu.Namun, saat baru saja berbalik, Adianto dan Ruben melihat ada sekelompok orang mendekat. Terutama saat melihat orang yang berdiri di paling depan, Adianto langsung tertegun dan tidak tahu harus berbuat apa."Saudaraku, ada apa?" tanya Ruben dengan ekspresi bingung."Aku nggak salah lihat, 'kan? Kenapa Jenderal Danu tiba-tiba datang ke penjara bawah tanah? Buka
"Aku mengerti. Melihat situasinya nggak beres, jadi kakakmu langsung pergi, 'kan? Orang bilang suami istri yang selalu bersama pun akan berpisah saat menghadapi bahaya, ternyata kakak adik pun seperti ini," sindir Sahim.Shafa malah tidak berbicara dan menjelaskan apa pun juga. Dia sebenarnya sudah menyadarinya saat tadi Wira berbicara dengan Kaffa. Wira bisa duduk di sini dengan begitu tenang pasti karena sudah memberikan tugas pada Kaffa. Kalau begitu, mengapa dia harus khawatir?Selain itu, Shafa tahu betul kebaikan kakaknya terhadapnya melebihi siapa pun. Oleh karena itu, dia merasa tidak perlu menjelaskan apa pun pada orang lain."Tutup mulutmu," kata Wira dengan kesal.Sahim langsung tidak berani berbicara lagi.Tepat pada saat itu, Ruben dan Adianto datang dan langsung berdiri di depan pintu sel."Sekarang kamu sudah tahu kekuatanku, 'kan? Tadi aku sebenarnya nggak ingin menyusahkan kalian dan menyuruh kalian cepat pergi, tapi kalian nggak mau dengar. Kalian malah mengusir para
Kaffa menyadari liontin giok ini memang berguna. Setelah mendengar perkataan Danu, dia tidak ragu-ragu dan langsung berkata, "Tuan Wira yang memberiku liontin giok ini sudah ditangkap kepala penjaga gerbang kota ke penjara bawah tanah. Jenderal Danu, cepat selamatkan dia."Kepala penjaga gerbang kota memang memiliki kekuasaan, tetapi kekuasaan itu masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Danu. Kaffa merasa lebih yakin lagi, kali ini Wira dan adiknya pasti akan selamat.Swish.Mendengar perkataan Kaffa, ekspresi Danu langsung menjadi sangat muram dan napasnya pun menjadi terengah-engah. "Mereka berani menangkap kakakku? Benar-benar nggak tahu diri!"Setelah memaki sebentar, Danu langsung melambaikan tangan pada kedua penjaga di belakangnya. "Segera kumpulkan orang dan ikut aku ke penjara bawah tanah!"Tak lama kemudian, semua orang sudah siap dan berangkat menuju penjara bawah tanah.Kaffa juga segera mengikuti mereka. Dia ingin menyelamatkan adiknya dengan tangannya sendiri dan berter
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan