Mendengar perkataan itu, Woody tanpa ragu-ragu langsung berkata, "Untuk mengelabui orang dan nggak dicurigai orang saat mendekati Faksi Alam, aku sengaja pergi mencari pemandangan yang bagus di sekitarnya. Jadi, aku mengundang beberapa pemuda kaya yang biasanya dekat denganku untuk pergi piknik bersama. Pada pertengahan, dagingnya sudah nggak cukup karena aku sengaja membawa lebih sedikit agar punya kesempatan pergi membeli daging. Nggak ada tempat lain di daerah belantara seperti itu, jadi aku mengusulkan untuk pergi membeli dagingnya di Faksi Alam."Mendengar perkataan itu, mata Biantara bersinar dan langsung menganggukkan kepalanya. "Bocah, idemu bagus juga. Benar-benar sulit ditebak orang. Sekelompok pemabuk membeli daging, nggak ada yang akan curiga. Apalagi, mereka adalah pemuda kaya yang terkenal di kota, bagus! Lanjutkan ceritamu."Biantara tidak bisa menahan dirinya untuk memberikan pujian kepada Woody.Mendengar perkataan itu, Woody melanjutkan, "Setelah itu, aku pergi membel
Setelah Wira selesai berbicara, beberapa orang itu segera bergerak menuju Faksi Alam. Sepanjang perjalanan, Woody terus memimpin jalan di depan, sedangkan Wira dan yang lainnya mengikuti di belakang. Tak lama kemudian, mereka tiba di Faksi Alam dan langsung berjalan masuk ke dalam. Mereka langsung terkejut, karena memang halaman itu dipenuhi mayat di mana-mana.Faksi Alam ini sangat terpencil. Jika terjadi pertarungan, mungkin tidak ada orang yang akan mengetahuinya. Namun, metode pembunuhan ini terlalu brutal hingga membuat Wira merasa ngeri.Orang-orang di faksi ini pasti ahli bela diri, karena ada yang memegang pedang dan senjata api. Bisa dibilang, ada berbagai jenis senjata yang mereka gunakan. Situasi di sekitar juga sangat kacau. Namun saat dia memeriksa para korban itu, memang ada titik merah di tengah kening mereka dan ada juga yang dipukuli hingga organ dalamnya hancur. Ini menunjukkan perbedaan tingkat kekuatan para korban. Yang lemah pasti langsung mati dengan satu pukulan,
Biksu Baju Hijau bisa membunuh begitu banyak orang sendirian dan bahkan kebanyakan dadri korbannya itu tewas dalam satu serangan. Sehebat apa sebenarnya orang ini?"Biksu Baju Hijau, bolehkah aku tahu kenapa kamu membunuh mereka?" kata Wira dengan tergesa-gesa.Mendengar pertanyaan itu, Biksu Baju Hijau akhirnya berkata, "Jangan panggil aku Biksu Baju Hijau. Namaku Hasto, kelak kamu panggil Kak Hasto saja. Jangan panggil biksu, seolah-olah aku ini benar-benar biksu saja."Setelah mengatakan itu, Hasto kembali berkata, "Nanti aku akan memberitahumu kenapa aku bunuh mereka. Untuk saat ini, aku akan beri tahu kalian hal lain dulu. Hal ini tentang bela diri."Begitu mendengar perkataan itu, Wira dan yang lainnya tertegun. Mereka berpikir apa hubungannya ini dengan bela diri? Namun mereka tidak mengatakan apa-apa, melainkan hanya mendengar saja.Saat ini, Hasto berdiri, lalu perlahan-lahan mulai berkata, "Perjalanan tentang bela diri ini panjang, sangat berhubungan dengan bakat dan ketekun
Setelah mengatakan itu, Hasto langsung menjentik jarinya dan sebuah energi memelesat keluar. Pada saat ini, energi itu langsung menembus lempengan batu di sampingnya.Ketiga orang yang melihat kejadian itu menjadi tercengang. Hanya dengan menjentikkan jarinya dengan lembut saja sudah bisa menembus lempengan batu. Jika energi itu mengenai kepala seseorang, bukankah kepala orang itu akan langsung hancur berkeping-keping?"Ini adalah cara untuk melepaskan energi internal. Energi itu bukan hanya bisa digunakan di dalam tubuh, tapi bisa melepaskannya ke luar tubuh juga. Mengenai seberapa jauh jaraknya dan kuatnya energi itu, itu tergantung dengan tahapan asteriknya. Secara teori, energi internal asterik puncak yang paling kuat, tapi ada beberapa genius yang berada di asterik menengah saja sudah bisa menandingi asterik puncak dengan bakat alami mereka. Hal ini jarang terjadi."Setelah mengatakan itu, Hasto tersenyum dan memandang ke arah ketiga orang itu. "Apa kalian mengerti yang kukatakan
"Seperti niat pedang dan niat membunuh. Tingkatan itu sangat sulit. Ada beberapa orang yang bahkan seumur hidup pun nggak berhasil menerobos ke tingkatan itu. Ada beberapa orang juga tiba-tiba mendapat pencerahan dan langsung masuk ke tingkatan itu. Di tingkatan dewata ini, yang diuji adalah bakat dan pemahamannya."Setelah mengatakan itu, Hasto melambaikan tangannya dan Pedang Treksha di tangan Danu langsung bergetar, lalu sebuah energi menarik Pedang Treksha itu ke tangannya. "Ini ... yang dimaksud niat!"Selesai mengatakan itu, Hasto menjentik pedangnya dengan lembut dan pedang itu pun langsung meraung dengan keras. Sebuah energi pedang yang dahsyat pun langsung meledak. "Inilah ... yang disebut niat tekad membunuh."Selesai mengatakan itu, Hasto bergerak, lalu tiba-tiba mengeluarkan serangan. Dalam sekejap, serangan ini memancarkan energi pedang sejauh puluhan meter dan langsung terlihat sebuah jurang yang sangat dalam di tanah.Hal itu benar-benar menggetarkan hati mereka. Seranga
Hasto membawa Wira keluar, lalu menuju ke gunung tandus di seberang yang sangat luas. Setelah berdiri di puncak gunung, Hasto menarik napas dalam-dalam dan menatap Wira dengan cemas."Kamu tahu aku akan mengajakmu mengobrol, tapi apa tahu hal yang ingin kubahas?" tanya Hasto.Wira mengangguk sembari menjawab, "Menjelaskan keterampilan bela diri kepada kami. Kamu pasti ingin kami menempuh jalur bela diri. Selain itu, kamu melenyapkan Faksi Alam karena teknik bela diri itu, 'kan?"Begitu ucapan ini dilontarkan, mata Hasto berbinar-binar. Dia tertawa dan menyahut, "Hahaha, Wira, kamu memang cerdas. Kamu orang paling cerdas yang pernah kutemui. Ya, Faksi Alam mengincarmu memang karena teknik bela diri itu."Wira menarik napas dalam-dalam. Dugaannya benar, sepertinya ada yang salah dengan kitab rahasia bela diri itu.Hasto menatap Wira sembari berucap dengan serius, "Wira, sebenarnya aku ingin memberitahumu, aku telah menipumu. Aku memberimu kitab itu karena keegoisanku. Tindakanku ini bisa
"Aku sendiri nggak bisa meramalmu, jadi ... aku merasa ini sudah takdirnya," jelas Hasto. Sesudah itu, dia menarik napas dalam-dalam.Sejujurnya, Hasto hanya mencoba-coba waktu itu. Dia tidak menduga Wira akan berhasil berkultivasi. Itu artinya, Julian mungkin bisa diselamatkan!"Rupanya begitu." Wira mengangguk. Dia meneruskan, "Jadi, Sekte Langit ingin membunuhku karena aku mempelajari teknik itu. Mereka takut aku menjadi kuat?""Tapi, masa mereka sebodoh itu? Kalau aku benar-benar kuat, bukankah mereka yang diuntungkan? Apalagi, aku berteman denganmu dan Julian. Bukankah teman seharusnya membantu teman? Untuk apa mereka membunuhku?" tanya Wira.Wira sungguh kebingungan, apa hanya karena dia berlatih teknik bela diri Sekte Langit? Jika bertukar posisi, dia pasti akan memenangkan hati orang itu supaya berdiri di pihaknya. Bagaimanapun, orang itu sudah pasti genius langka.Hasto tersenyum sambil menyahut, "Benar, tapi itu bukan alasan utama mereka ingin membunuhmu. Kamu memang sudah be
Wira sungguh tercengang mendengarnya. Teknik Ganda? Apa-apaan ini? Siapa yang bisa menduga akan hal ini?Wira berkata, "Jangan bercanda. Teknik Ganda? Julian punya status mulia di Sekte Langit, dia berasal dari Keluarga Triaji. Mana mungkin aku berani macam-macam dengannya."Hasto menyahut, "Kamu atau aku yang lebih memahami Julian? Biar kuberi tahu kabar baik, memang aku yang membunuh orang-orang itu, tapi Julian mengaku diri sendiri yang melakukannya. Selain itu, sebenarnya dia yang menyuruhku membunuh mereka."Wira makin terkejut. Dia sontak memekik, "Apa? Kamu bilang apa? Bagaimana mungkin?" Julian jelas adalah wanita cerdas, kenapa malah melakukan hal seperti ini? Sungguh tidak bisa dimengerti."Julian punya perasaan untukmu. Dia melakukan semua ini tentu demi dirimu. Kamu pernah berpikir kenapa Julian kembali ke kediaman Keluarga Triaji dan mengaku sebagai pembunuh?" tanya Hasto.Wira menggeleng. Dia sama sekali tidak memahami Sekte Langit, begitu juga situasi di sana. Jadi, dia
Mendengar kata dari selatan ke utara, Zaki dan Joko langsung tertegun dan kembali melihat peta di depan mereka.Setelah mengamati petanya dari sudut pandang berbeda, Zaki langsung terkejut sampai keringat dinginnya mengalir dan berkata dengan pelan, "Aku mengerti sekarang. Kalau tebakanku benar, mereka akan memblokir kita sepenuhnya di wilayah utara kalau mereka berhasil merebut Gunung Linang ini. Dengan begitu, seluruh wilayah dari Gunung Linang ke selatan akan dikuasai Wira."Mendengar perkataan itu, Darsa tersenyum.Setelah mendengar analisis Zaki, Joko yang berdiri di samping juga akhirnya mengerti situasinya dan berkata, "Ternyata begitu. Kalau begitu, selama pasukan Wira belum berhasil merebut Pulau Hulu dan bergerak ke Gunung Linang, mereka akan terus menyerang kita, 'kan?"Mendengar perkataan itu, semua orang tersenyum.Sementara itu, Darsa menganggukkan kepala dan berkata, "Benar. Sekarang mereka sudah menggunakan rencana saluran air dan kavaleri untuk menyerang kita pun masih
Zaki menambahkan, "Benar. Tuan, setelah memenangkan pertempuran ini, Wira pasti akan langsung pergi. Dia mana mungkin melancarkan serangan kedua."Mendengarkan perkataan keduanya, Darsa tersenyum dan berkata, "Aku tentu saja sangat yakin. Apa kalian tahu kenapa Wira bisa menyerang kita?"Kedua orang itu langsung tertegun sejenak karena sebelumnya mereka memang tidak memikirkan alasan di balik serangan itu.Zaki langsung tercengang sejenak, lalu berkata, "Tuan, bukankah mereka menyerang karena ingin merebut Pulau Hulu ini? Apa mereka punya tujuan lain?"Mendengar pertanyaan itu, Darsa tersenyum. Namun, dia tidak langsung menjawab, melainkan menatap Joko dan berkata sambil tersenyum, "Menurut kalian?"Joko juga tertegun karena dia tidak menyangka Darsa akan melemparkan pertanyaan ini padanya. Setelah berpikir sejenak, dia baru menjawab, "Menurutku, Wira memang ingin merebut Pulau Hulu ini. Tapi, apa mereka ada rencana di balik ini, aku masih belum terpikirkan."Semua orang juga langsung
Mendengar Darsa memuji dan bahkan memberikan penilaian yang sangat tinggi terhadap orang yang bernama Adjie ini, Zaki mengernyitkan alis dan berkata, "Tuan, kenapa kamu malah memuji musuh kita? Menurutku, nggak peduli siapa pun dia, tombakku ini pasti akan membunuhnya."Semua orang sudah terbiasa dengan temperamen Zaki yang buruk, sehingga kebanyakan dari mereka hanya tersenyum.Beberapa saat kemudian, Joko yang berdiri di samping pun tersenyum dan berkata, "Orang ini memang pandai menyusun strategi. Kalau tebakanku nggak salah, rencana membuka saluran air ini pasti ide dari Adjie, 'kan?"Joko menatap Guntur yang sedang berlutut saat mengatakan itu, jelas sedang bertanya pada Guntur.Setelah tertegun sejenak, Guntur baru berkata, "Benar, dia juga yang mengatur strategi penyerangan kami tadi. Tapi, kami benar-benar nggak menyangka dia bisa begitu keterlaluan sampai menjadikan orang-orang dari Desa Riwut sebagai umpan."Zaki mendengus, lalu langsung menendang Guntur dan berteriak dengan
Mendengar perkataan Darsa, semua orang menganggukkan kepala. Menurut mereka, apa yang dikatakan Darsa memang masuk akal.Pada saat itu, pintu tenda tiba-tiba terbuka dan Joko berjalan masuk. Setelah memberi salam pada Zaki, dia menatap Darsa dan berkata, "Aku sudah menangani semua perintah Tuan Darsa, sekarang tinggal menunggu laporan dari mata-mata. Kami sudah mengerahkan banyak mata-mata. Kalau ada informasi, mereka pasti akan segera melaporkannya."Mendengar laporan itu, Darsa merasa sangat puas. Dia menatap semua orang dan berkata, "Baiklah. Karena semuanya sudah diatur, sekarang kita akan menyusun rencana perang. Bisa dipastikan para perampok di Desa Riwut sudah bergabung dengan pasukan Wira. Apa kita berhasil menangkap salah satu dari mereka?"Tepat pada saat itu, salah seorang wakil jenderal yang bertugas untuk membersihkan medan perang memberi hormat dan berkata, "Tuan, sebelumnya kami memang berhasil menangkap satu tahanan. Orang ini tadinya berpura-pura mati, tapi untungnya p
Mendengar perkataan itu, Darsa menganggukkan kepala. Melihat Joko hendak pergi, dia baru teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Oh ya. Setelah selesai mengatur semuanya, datang lagi ke sini. Aku harus merencanakan beberapa hal lagi untuk langkah selanjutnya.""Baik!" jawab Joko.Setelah Joko pergi, Darsa mengernyitkan alis. Pada saat itu, dia melihat Zaki masuk dari luar. Dia langsung tertegun sejenak saat melihat Zaki, lalu bertanya, "Bagaimana? Pikiranmu sudah jernih?"Mendengar pertanyaan Darsa, Zaki menganggukkan kepala dan langsung berkata sambil memberi hormat, "Tuan Darsa, maaf, sebelumnya aku memang terlalu gegabah. Tapi, kali ini ada begitu banyak saudara kita yang tewas, aku benar-benar merasa nggak rela."Darsa tersenyum, lalu berkata, "Hehe. Ini bukan masalah, kita akan membalasnya lain kali. Kali ini mereka memang menang, tapi menang dan kalah adalah hal yang biasa dalam dunia peperangan. Kalau kamu putus asa dan hanya memikirkan soal balas dendam karena kekalahan k
Setelah pasukan utara kembali ke kemah, Darsa tidak bisa menahan amarahnya saat melihat ekspresi Zaki dan berkat, "Zaki, sebagai jenderal garis depan, kenapa kamu begitu gegabah? Musuh pasti sudah menyiapkan jebakan di depan makanya mereka mundur, tapi kamu malah masih ingin membawa pasukan untuk mengejar mereka."Mendengar perkataan itu, wajah Zaki langsung memerah. Setelah terdiam sejenak, dia baru berkata, "Kali ini memang aku yang salah perhitungan. Tapi, musuh kita benar-benar licik. Kalau kita terus membiarkan mereka begitu, kita akan terus dipermainkan mereka."Ekspresi Darsa langsung terlihat kecewa dan berkata dengan marah, "Tipu muslihat adalah hal yang biasa dalam perang dan ini sudah menjadi aturan sejak dulu. Apa yang kamu pikirkan? Aku beri tahu kamu, aku akan melupakan kesalahanmu kali ini kalau kamu bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik."Darsa mendengus, lalu menoleh pada Joko dan berkata dengan pelan, "Bawa orang-orangmu untuk menghitung jumlah korban dan pasukan
Pengirim pesan itu segera memberi hormat, lalu langsung berjalan keluar.Setelah pengirim pesan itu pergi, Darsa baru menghela napas. Saat ini, semuanya sudah direncanakan, tetapi tergantung pada takdir apakah ini akan berhasil atau tidak. Jika 10 ribu pasukan ini masih tidak bisa membawa kembali Joko dan Zaki, situasinya akan makin merepotkan.Saat itu, Wira yang berada di medan perang tiba-tiba menoleh dan melihat musuh sudah mengerahkan tambahan 10 ribu pasukan pun terkejut karena hal ini di luar perkiraannya. Dia tidak menyangka musuh masih memiliki pasukan sebanyak ini dan sebelumnya mereka juga sudah menunjukkan kekuatan yang luar biasa. Mengapa mereka tidak langsung mengerahkan seluruh pasukan?Sebelumnya, Wira dan pasukannya sudah berhasil menghancurkan semangat bertarung pasukan utara. Namun, begitu melihat musuh mendapat pasukan tambahan lagi sekarang, mereka langsung terkejut. Mereka tidak menduga musuh mereka ternyata begitu hebat.Tepat pada saat itu, salah seorang yang te
Begitu kedua belah pihak bertabrakan, suara benturannya langsung bergema dan kekuatan yang dahsyat membuat keduanya terlempar dari kuda mereka.Joko bisa begitu dipercaya Darsa karena ternyata kekuatannya memang luar biasa. Dia mendengus, dan segera memutar tubuhnya sambil mengayunkan senjatanya, lalu mendarat di tanah. Serangannya seharusnya sudah sangat cepat, tetapi dia tidak menyangka Arhan malah lebih cepat. Saat kakinya menyentuh tanah, Arhan sudah kembali menyerangnya.Keduanya bertarung dengan sangat sengit, membuat suasana medan perang menjadi makin kacau.Namun, pertarungan antara kedua orang itu malah membuat pasukan utara makin terdesak. Menurut mereka, kekuatan musuh mereka ini benar-benar luar biasa. Bahkan ada salah seorang prajurit yang berkata, "Kenapa pasukan musuh begitu kuat? Ini benar-benar merepotkan."Banyak prajurit lainnya yang menganggukkan kepala juga. Menurut mereka, kemampuan pasukan musuh kali ini benar-benar sangat hebat dan di luar perkiraan mereka. Bahk
Hayam menganggukkan kepala setelah mendengar Adjie berkata seperti itu, lalu segera berbalik dan memimpin pasukannya mendekati Wira.Saat melihat Agha juga memimpin pasukan untuk datang mengepung, Darsa yang berada di dalam tenda langsung terkejut. Dia selalu mengira bala bantuan dari pihak musuh hanya pasukan kavaleri yang bersembunyi di kegelapan, tetapi ternyata masih ada begitu banyak infanteri.Ekspresi Darsa langsung menjadi muram saat teringat dengan banjir yang tiba-tiba terjadi sebelumnya. Setelah tertegun sesaat, dia akhirnya menyadari semua itu adalah bagian dari jebakan yang sudah direncanakan musuh. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, bantu Zaki untuk mundur, sekarang bukan saatnya untuk menyerang."Ekspresi Joko berubah, lalu menganggukkan kepala dan berkata, "Baik, kita akan segera menerobos keluar."Namun, saat melihat pasukan musuh, seseorang yang berada di samping Joko berkata, "Sialan. Kita benar-benar nggak menyangka hal ini, tapi kekuatan mereka memang lu